Kusir Delman Puputan Bertahan di Tengah Keprihatinan
DENPASAR, NusaBali.com – Di era modernisasi seperti saat ini, keberadaan delman sebagai salah satu transportasi tradisional yang masih bertahan, terasa memprihatinkan.
Bukan hanya menghadapi penurunan minat penumpang ataupun minimnya wisatawan, melainkan biaya perawatan delman dan pakan kuda juga cukup tinggi.
Pakan untuk satu karung rumput bisa menguras sekitar Rp 50.000 per hari. Belum lagi sepatu kudanya bisa menyedot biaya Rp 1,7 juta.
Alhasil sejumlah kusir yang berada di sekitar kawasan Lapangan I Gusti Ngurah Made Agung atau lebih dikenal dengan nama Lapangan Puputan Badung di Kota Denpasar, pasrah dengan keadaan yang ada.
Hal tersebut pun disampaikan oleh I Ketut Neden, selaku Ketua Perkumpulan Kusir Delman yang ada di wilayah Lapangan Puputan. “Saat ini keberadaan delman agak kurang diminati, terbukti bahwa kami mengalami penurunan jumlah penumpang. Hari ini baru dapat 10 kali tarikan saja. Biasanya sebelum pandemi, atau tahun-tahun sebelumnya sampai kewalahan melayani penumpang. Sampai 50 kali tarikan per hari bahkan lebih,” ungkap Neden, Minggu (31/10/2021).
Dirinya pun mengungkapkan, bahwa pada awal pandemi bulan Maret hingga September 2020, para kusir delman sempat berhenti beroperasi. “Ya saat itu kami harus mencari mata pencaharian lain, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan syukur mulai lagi beroperasi bulan Oktober 2020,” tambahnya.
Untuk mempertahankan eksistensi dari keberadaan delman tersebut, sejatinya pemerintah Kota Denpasar, dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Denpasar, telah menerapkan sistem subsidi bagi para kusir delman yang ada di kawasan Lapangan Puputan Badung, Kota Denpasar. “Dari bulan Oktober 2017 setiap hari Sabtu dan Minggu masyarakat naik delman secara gratis. Tujuannya pada saat itu adalah untuk mendukung program City Tour Kota Denpasar,” ujar Gusti Agung Komang Widnyana, yang merupakan Kasi Daya Tarik Wisata, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Minggu (31/10/2021).
Lebih lanjut Gusti Agung Komang Widnyana menjelaskan, bahwa subsidi yang diberikan yakni berjumlah Rp 300.000 per hari Sabtu dan Minggu, kepada masing-masing kusir delman tersebut. “Diharapkan dengan adanya subsidi tersebut, para kusir delman tetap semangat melayani para wisatawan untuk berkeliling di Kota Denpasar,” jelasnya.
Dirinya pun mengatakan bahwa delman sebagai salah satu transportasi yang memiliki nilai sejarah, dan berjaya pada era tahun 1980’an. “Saya berharap seiring waktu wisatawan kembali berdatangan ke Bali khususnya ke Denpasar, agar delman kembali beroperasi layaknya sebelum pandemi. Karena keberadaan delman ini juga merupakan suatu komponen pendukung pariwisata Kota Denpasar,” harapnya.
Sementara itu, Nyoman Manik, 65, menyatakan bahwa jika hanya mengandalkan subsidi oleh pemerintah kota, maka upah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Katakanlah hari Sabtu dan Minggu dalam sebulan itu ketemu 8 kali, ya kami menerima sekitar Rp 2,4 juta, dipotong perawatan delman sisa masih sekitar Rp 700ribuan saja,” jelas Manik.
Maka dari itu, tak jarang Manik dan kusir delman lainnya, tetap mangkal di hari-hari biasa Senin hingga Jumat, untuk mendapatkan penghasilan harian tambahan. “Kami bersyukur diperhatikan oleh pemerintah kota, tapi ya kenyataannya seperti ini,” kata Manik pasrah. *rma
Komentar