Denpasar Mengalami Deflasi, Singaraja Inflasi
DENPASAR, NusaBali.com - Perkembangan ekonomi berbeda dialami dua kota terbesar di Provinsi Bali. Pada bulan Oktober Kota Denpasar disebut mengalami deflasi, sebaliknya Kota Singaraja mengalami inflasi.
Hal ini dilaporkan oleh Badan Pusat Statisik (BPS) Provinsi Bali dalam rilis resminya yang disampaikan secara daring, Senin (1/11/2021).
Dalam rilis yang disampaikan Plt Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Bali, Made Agus Adnyana, Kota Denpasar dikatakan mengalami deflasi sebesar -0,23 persen, sebaliknya Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,08 persen dibanding bulan sebelumnya.
“Jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang mengalami deflasi di seluruh indonesia maka Kota Denpasar menempati urutan ke delapan dari 22 kota yang mengalami deflasi. Sementara Kota Singaraja menempati urutan ke 50 dari 68 kota yang mengalami inflasi,” ujar Agus Adnyana.
Tiga kelompok penyumbang deflasi terbesar Kota Denpasar meliputi perlengkapan rumah tangga (dengan andil sebesar -0,242 persen), makanan (-0,058 persen), dan informasi (-0,004 persen).
Sementara tiga kelompok penyumbang inflasi terbesar Kota Singaraja meliputi Perlengkapan Rumah Tangga (dengan andil sebesar 0,083 persen), perawatan pribadi (0,040 persen), dan rekreasi (0,008 persen).
Di sisi lain berdasarkan komponen penyusunnya, pada komponen inti Kota Denpasar mengalami deflasi sebesar -0,037 persen, sedangkan Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,30 persen. Pada komponen yang diatur pemerintah, Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,58 persen, sementara Kota Singaraja juga mengalami inflasi sebesar 0,04 persen. Untuk komponen bergejolak, Kota Denpasar mengalami deflasi sebesar -0,49 persen, dan Kota Singaraja juga mengalami deflasi sebesar -0,51 persen.
Lebih jauh Agus Adnyana menyebutkan 10 komoditas utama yang menyumbang inflasi di kedua kota. “Untuk Kota Denpasar, komoditas penyumbang inflasi selama bulan Oktober, yang pertama tarif angkutan udara dengan andil sebesar 0,07 persen, dilanjutkan komoditas minyak goreng sebesar 0,05 persen, kemudian komoditas berikutnya komoditas cabai merah, pasta gigi, cabai rawit, rokok kretek filter, shampo, jeruk, lemari pakaian, dan hand body lotion,” sebut Agus Adnyana.
Selanjutnya Agus menyebut 10 komoditas utama penyumbang deflasi di Kota Denpasar selama bulan Oktober, yakni yang pertama adalah komoditas canang sari dengan andil sebesar sebesar -0,27 persen, diikuti komoditas tomat (-0,07 persen), dan diikuti berturut-turut oleh komoditas emas persiapan, bawang merah, buah naga, telur ayam ras, mangga, daging ayam ras, kursi, dan kol putih.
Sementara untuk Kota Singaraja 10 komoditas yang memiliki andil menyumbang inflasi terbesar adalah komoditas cabai merah dengan andil sebesar 0,16 persen, diikuti komoditas canang sari (0,06 persen), dan diikuti berturut-turut oleh komoditas minyak goreng, beras, cabai rawit, wafer, daging ayam ras, nangka muda, air kemasan, dan pasta gigi.
Sedangkan 10 komoditas yang memiliki andil menyumbang deflasi terbesar di Kota Singaraja adalah komoditas telur ayam ras dengan andil sebesar sebesar -0,10 persen, diikuti komoditas ikan tongkol diawetkan (-0,05 persen), dan diikuti berturut-turut oleh komoditas pisang, tomat, ikan tongkol, udang basah, rampela hati ayam, kangkung, terong, dan bayam. *adi
1
Komentar