Bisnis Handicraft Andalkan Pemasaran Digital
Wisman Masih Sepi
DENPASAR,NusaBali
Bisnis handcraft Bali masih ‘dihantui’ dampak pandemi Covid-19. Sehingga belum ada perkembangan signifikan bisnis kerajinan Bali ini.
Walau begitu pelaku bisnis handicraft tetap berupaya ‘memasarkan’ produknya, secara digital. Karena sampai saat ini belum ada penerbangan internasional ke Bali.
“Sampai saat ini belum ada yang baru,” ujar Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handcraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Darma Siadja, Senin(1/11).
Memang open border terbatas sudah dibuka untuk bandara (Bandara I Gusti Ngurah Rai). Tetapi faktanya sampai saat ini belum penerbangan luar negeri yang datang ke Bali.
“Ini mungkin karena aturan tentang open border masih baru,” duga pengusaha asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Otomatis belum ada wisman, termasuk pebisnis atau buyer handcraft yang datang. Selain itu aturan yang berubah-ubah, juga diperkirakan ikut memberi pengaruh. Contohnya soal test PCR di bandara.
“Kita kirim barang lewat foto secara digital atau online saja,” kata Darma Siaja. Itulah salah satu untuk menjaga buyer, komunikasi secara digital. “Sehingga ada pesanan, walau belum banyak,” ucap Darma Siadja.
Jenis kerajinan kayu dalam bentuk seni pop atau pop art dan kreative, masih dominan diminati buyer luar. Pasarnya sebagian besar Amerika dan Uni Eropa.
Kapan kondisi bisnis handcraft Bali akan normal, Darma Siadja mengaku tidak bisa memperkirakan. Namun demikian dia bilang kemungkinan setelah situasi normal.”Karena itu kita masih menunggu situasi membaik sambil tetap menjaga komunikasi,” ujarnya. *k17.
“Sampai saat ini belum ada yang baru,” ujar Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handcraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Darma Siadja, Senin(1/11).
Memang open border terbatas sudah dibuka untuk bandara (Bandara I Gusti Ngurah Rai). Tetapi faktanya sampai saat ini belum penerbangan luar negeri yang datang ke Bali.
“Ini mungkin karena aturan tentang open border masih baru,” duga pengusaha asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Otomatis belum ada wisman, termasuk pebisnis atau buyer handcraft yang datang. Selain itu aturan yang berubah-ubah, juga diperkirakan ikut memberi pengaruh. Contohnya soal test PCR di bandara.
“Kita kirim barang lewat foto secara digital atau online saja,” kata Darma Siaja. Itulah salah satu untuk menjaga buyer, komunikasi secara digital. “Sehingga ada pesanan, walau belum banyak,” ucap Darma Siadja.
Jenis kerajinan kayu dalam bentuk seni pop atau pop art dan kreative, masih dominan diminati buyer luar. Pasarnya sebagian besar Amerika dan Uni Eropa.
Kapan kondisi bisnis handcraft Bali akan normal, Darma Siadja mengaku tidak bisa memperkirakan. Namun demikian dia bilang kemungkinan setelah situasi normal.”Karena itu kita masih menunggu situasi membaik sambil tetap menjaga komunikasi,” ujarnya. *k17.
1
Komentar