Denpasar Deflasi, Singaraja Inflasi
DENPASAR,NusaBali
Dua kota di Bali, Denpasar dan Singaraja yang menjadi perhitungan dasar penentuan inflasi mengalami kondisi berbeda pada Oktober kemarin.
Di Denpasar tercatat deflasi 0,23 persen. Sebaliknya Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. Hal tersebut mengacu perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Senin (1/11). “Memasuki bulan keduapuluh pandemi Covid-19 dan penerapan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Oktober 2021, perkembangan harga berbagai komoditas barang dan jasa konsumsi di Kota Denpasar secara umum menunjukkan adanya penurunan atau deflasi,” ujar Plt Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Made Agus Adnyana.
Dari 22 kota di Indonesia yang mengalami deflasi, Denpasar berada di urutan ke -8, dengan besaran deflasi 0,23 persen.
Dijelaskan dari sebelas kelompok pengeluaran, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran itu yakni kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga. Yang kedua kelompok makanan minuman dan tembakau sedalam dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan kelompok ketiga.
Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga, memberi sumbangan deflasi diantaranya canang sari, tomat, emas perhiasan, bawang merah, buah naga, telur ayam ras, mangga, daging ayam ras, kursi dan kol putih.
Sebaliknya komoditas yang tercatat mengalami peningkatan harga atau memberikan sumbangan menahan laju deflasi antara lain, tarif angkutan udara, minyak goreng, cabai merah, pasta gigi, cabai rawit, rokok kretek filter, sampo, jeruk, lemari pakaian dan hand body lotion.
Berbeda dengan Denpasar yang mengalami deflasi, Kota Singaraja mengalami sebaliknya.“Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,08 persen,” kata Agus Adnyana.
BPS mencatat 5 kelompok yang mengalami inflasi. Kelima kelompok tersebut yakni kelompok perlengkapan peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga. Selanjutnya kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Yang ketiga kelompok rekreasi olahraga dan budaya. Keempat kelompok pakaian dan alas kaki serta kelima kelompok transportasi.
Ada belasan komoditas yang memberi sumbangan inflasi yang dialami Singaraja. Diantara cabe merah, cabe rawit, minyak goreng daging ayam,sawi hijau, pasta gigi hingga canang sari.
Komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga atau yang secara rata-rata tercatat mengalami deflasi sepanjang Oktober 2021 juga tidak sedikit. Diantaranya telur ayam ras, tongkol diawetkan, pisang, tomat, ikan tongkol dan lainnya sampai dengan jahe.
Singaraja berada pada diurutan 50 dari 68 kota di Indonesia yang mengalami inflasi pada Oktober. Terpisah pengamat ekonomi dari Undiknas Denpasar Prof Ida Bagus Raka Suardana menyatakan inflasi maupun deflasi merupakan fenomena biasa dalam ekonomi. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan likuiditas uang di masyarakat dan ketersediaan barang atau komoditas.
“Jika deflasi konsumen yang diuntungkan, pedagang dan produsen yang rugi atau berkurang keuntungannya karena harga barang rendah,” jelas Raka Suardana. Sebaliknya jika terjadi inflasi, konsumen harus membayar lebih tinggi karena ketersediaan yang terbatas. *k17
Komentar