Rumah Ambruk, 7 Orang Sekeluarga Selamat
Para siswa SDN 2 Gesing terpaksa diliburkan, karena sekolah mereka terendam lumpur pasca banjir, Minggu malam
Bencana Longsor Dinihari di Banjar Tamblingan, Desa Munduk
SINGARAJA, NusaBali
Hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Buleleng, Minggu (29/1) malam, megakibatkan bencana longsor, banjir, dan pohon tumbang di sejumlah titik. Salah satunya, bencana longsor di Banjar Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar ketika sebuah rumah yang ditempati satu keluarga beranggotakan 7 orang sampai terjungkal. Beruntung, penghuninya selamat dari maut, meskipun mereka sempat ikut terseret.
Bencana longsor hingga menyebabkan rumah terjungal di Banjar Tamblingan, Desa Munduk ini terjadi Senin (30/1) dinihari sekitar pukul 01.00 Wita. Rumah semi permanen yang terjungkal adalah milik keluarga I Ketut Sama, 52. Rumah yang terjungkal ini berada di lereng jurang.
Ketut Sama mengisahkan, sebelum rumahnya roboh karena pondasinya tergerus longsor, hujan lebat mengguyur sejak Minggu malam pukul 21/00 Wita. “Saat kejadian, Senin dinihari pukul 01.00 Wita, hujan sebetulnya sudah reda. Kebetulan, saat itu saya terbangun dan menyalakan api di dapur untuk menghangatkan badan. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dan kemudian rumah kami langsung roboh,” cerita Ketut Sama saat di-temui NusaBali di lokasi rumahnya yang terjungkal, Senin kemarin.
Menurut Ketut Sama, saat musibah terjadi, dia berada di rumah bersama anggota ke-luarganya berjumlah 7 orang. Mereka tidur di dua kamar terpisah, yakni Ni Ketut Sening, 50 (istri dari Ketut Sama), I Putu Setiawan, 31 (anak dari Ketut Sama), Ni Ketut Hendrawati, 24 (anak dari Ketut Sama), Ni Kadek Oktaviani, 19 (menantu dari Ketut Sama), I Gede Suardika, 7 (cucu dari Ketut Sama), dan Kadek Nanda Dwi Putra, 1 (cucu dari Ketut Sama).
Bahkan, menurut Ketut Sama, Kadek Oktaviani yang tidur bersama anak balitanya, Kadek Nanda Dwi Putra, sempat ikut terseret longsor dan tertimbun atap rumah. Untung-nya, mereka semua dapat diselamatkan. “Saya tidak tahu, tiba-tiba terbangun sudah ditimpa atap rumah. Saya tertimpa bersama anak saya yang kecil (Kadek Nanda) dan ipar, Ketut Hendrawati,” kenang Kadek Oktaviani.
Usai menyelematkan diri, 7 orang sekeluarga penghuni gubuk yang terjungkal ini langsung menuju ke bangunan dapur yang posisinya paling aman. Mereka berlindung sampai pagi di bagunan dapur yang hanya beralaskan terpal, tanpa sempat tidur lagi. “Kami masih bersyukur bisa selamat,” cetut Ketut Sama.
Menurut Ketut Sama, keluarganya belum dapat mengevakuasi barang-barang di dalam rumahnya yang terjungkal. Pihaknya akan menunggu sampai situasi memungkinkan untuk mengevakuasi barang-barang.
Keluarga Ketut Sama bukan hanya kehilangan tempat tinggal yang terjungkal diterjang longsor. Tiga unit sepeda motor miliknya juga ikut tergerus longsor hingga jatuh ke dasar jurang sedalam 7 meter, masing-masing Vario DK 8026 UT, Supra DK 4953 VK, dan Supra DK 3563 UE. Sebelum hanyt ke dasar jurang, ketiga motor tersebut terparkir di halaman sebelah selatan rumah Ketut Sama.
Selain tiga motornya hanyut, keluarga Ketut Sama juga nyaris kehilangan seekor sapi betinanya yang dihanyutkan longsor. Beruntung, sapi betinanya tidak sampai mati tertimbun dan hanya mengalami patah tulang kaki.
Pasca rumahnya terjungkal, Ketut Sama dan keluarganya berencana mengungsi ke rumah kerabatnya. Keluarga Ketut Sama sendiri selama ini tinggal di rumah semi permanen yang dibangun di atas lahan milik warga sekampung dari Desa Munduk, Kecamatan Banjar. Mereka terpaksa tinggal di lereng jurang, karena tidak memiliki pekarangan untuk tempat tinggal. “Karena tak punya biaya, hanya gubuk ini yang bisa saya bangun untuk ditempati bersama keluarga. Biar dekat juga, karena saya garap kebun orang dekat sini,” imbuh Ketut Sama.
Sementara itu, bencana banjir terjadi di Banjar Gesing I, Desa Gesing, Kecamatan Banjar, Minggu malam sekitar pukul 20.30 Wita. Akibatnya, SDN 2 Gesing nyaris seluruhnya terendam lumpur. Para siswa pun tak bisa mengikuti proses belajar mengajar, Rabu kemarin, karena timbunan lumpur ini.
Menurut Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Gesing, I Nyoman Arsana, bencana banjir yang menerjang sekolahnya diketahui Minggu malam saat dirinya ditelepon oleh salah satu temannya. Malam itu juga, Kasek Nyoman Arsana bersama seorang guru dan dibantu tetangganya, terjun melihat situasi di sekolah.
“Saat dicek, lapangan sekolah sudah penuh lumpur. Air dan lumpur juga masuk ke rua ngan Kelas II, Kelas V, Kelas VI, dan Ruang Guru. Kami pun segera selamatkan barang-barang di Ruang Guru,” ungkap Kasek Nyoman Arsana, Senin kemarin.
Menurut Arsana, bukan hanya terendam lumpur, tembok penyengker bagian depan dan belakang SDN 2 Gesing juga ambruk sepanjang 40 meter. Senin kemarin, para siswa SDN 2 Gesing sempat berdatangan ke sekolah. Namun, karena situasi tidak memungkinkan untuk proses belajar mengajar, para siswa Kelas I, Kelas II, dan Kelas III langsung dipulangkan. Sedangkan siswa Kelas Iv, Kelas V, dan Kelas VI diajak bergotong royong untuk memindahkan sejumlah barang dari Runag Guru ke Ruang Perpustakaan.
Kepala Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Banjar, I Made Pastima, kemarin sempat terjun ke SDN 2 Gesing. Menurut Made Pastima, untuk sementara siswa SDN 2 Gesing akan diliburkan dulu, sampai nanti sekolah benar-benar bersih dan memungkinkan untuk dilakukan proses belajar mengajar. “Besok (hari ini, Red) kami juag akan libatkan guru-guru dari sekolah lain di Kecamatan Banjar untuk bergotong royong di sini, agar sekolah cepat bersih,” jelas Pastima.
Sedangkan Kepala Desa (Perbekel) Gesing, I Nyoman Sanjaya, yang ditemui NusaBali di lokasi bencana banjir, Rabu kemarin, mengatakan lumpur yang menggenangi SDN 2 Gesing berasal dari pertemuan tiga got di sebelah timur sekolah. Hujan deras mengakibatkan sejumlah material senderan got terlepas dan menyumbat titik pertemuan got, sehingga air hujan yang terus mengalir deras tidak dapat ditampung dan akhirnya meluap. “Untuk sementara, yang terdampak hanya sekolah (SDN 2 Gesing). Sedangkan rumah warga memang ada beberapa yang terdampak, tapi hanya di halamannya saja,” papar Perbekel Sanjaya.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur, mengatakan bahwa bencana yang terjadi akibat hujan lebat, Minggu malam, terjadi di enam desa. Termasuk bencana longsor di Desa Tejakula, Kecamatan Tekakula hingga melumpuhkan jalan menuju Pura Jati. “Juga terjadi longsor di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan yang sempat setengah badan jalan di Jalur Utama Singaraja-Kintamani,” jelas Made Subur. * k23
SINGARAJA, NusaBali
Hujan deras yang mengguyur hampir seluruh wilayah Buleleng, Minggu (29/1) malam, megakibatkan bencana longsor, banjir, dan pohon tumbang di sejumlah titik. Salah satunya, bencana longsor di Banjar Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar ketika sebuah rumah yang ditempati satu keluarga beranggotakan 7 orang sampai terjungkal. Beruntung, penghuninya selamat dari maut, meskipun mereka sempat ikut terseret.
Bencana longsor hingga menyebabkan rumah terjungal di Banjar Tamblingan, Desa Munduk ini terjadi Senin (30/1) dinihari sekitar pukul 01.00 Wita. Rumah semi permanen yang terjungkal adalah milik keluarga I Ketut Sama, 52. Rumah yang terjungkal ini berada di lereng jurang.
Ketut Sama mengisahkan, sebelum rumahnya roboh karena pondasinya tergerus longsor, hujan lebat mengguyur sejak Minggu malam pukul 21/00 Wita. “Saat kejadian, Senin dinihari pukul 01.00 Wita, hujan sebetulnya sudah reda. Kebetulan, saat itu saya terbangun dan menyalakan api di dapur untuk menghangatkan badan. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dan kemudian rumah kami langsung roboh,” cerita Ketut Sama saat di-temui NusaBali di lokasi rumahnya yang terjungkal, Senin kemarin.
Menurut Ketut Sama, saat musibah terjadi, dia berada di rumah bersama anggota ke-luarganya berjumlah 7 orang. Mereka tidur di dua kamar terpisah, yakni Ni Ketut Sening, 50 (istri dari Ketut Sama), I Putu Setiawan, 31 (anak dari Ketut Sama), Ni Ketut Hendrawati, 24 (anak dari Ketut Sama), Ni Kadek Oktaviani, 19 (menantu dari Ketut Sama), I Gede Suardika, 7 (cucu dari Ketut Sama), dan Kadek Nanda Dwi Putra, 1 (cucu dari Ketut Sama).
Bahkan, menurut Ketut Sama, Kadek Oktaviani yang tidur bersama anak balitanya, Kadek Nanda Dwi Putra, sempat ikut terseret longsor dan tertimbun atap rumah. Untung-nya, mereka semua dapat diselamatkan. “Saya tidak tahu, tiba-tiba terbangun sudah ditimpa atap rumah. Saya tertimpa bersama anak saya yang kecil (Kadek Nanda) dan ipar, Ketut Hendrawati,” kenang Kadek Oktaviani.
Usai menyelematkan diri, 7 orang sekeluarga penghuni gubuk yang terjungkal ini langsung menuju ke bangunan dapur yang posisinya paling aman. Mereka berlindung sampai pagi di bagunan dapur yang hanya beralaskan terpal, tanpa sempat tidur lagi. “Kami masih bersyukur bisa selamat,” cetut Ketut Sama.
Menurut Ketut Sama, keluarganya belum dapat mengevakuasi barang-barang di dalam rumahnya yang terjungkal. Pihaknya akan menunggu sampai situasi memungkinkan untuk mengevakuasi barang-barang.
Keluarga Ketut Sama bukan hanya kehilangan tempat tinggal yang terjungkal diterjang longsor. Tiga unit sepeda motor miliknya juga ikut tergerus longsor hingga jatuh ke dasar jurang sedalam 7 meter, masing-masing Vario DK 8026 UT, Supra DK 4953 VK, dan Supra DK 3563 UE. Sebelum hanyt ke dasar jurang, ketiga motor tersebut terparkir di halaman sebelah selatan rumah Ketut Sama.
Selain tiga motornya hanyut, keluarga Ketut Sama juga nyaris kehilangan seekor sapi betinanya yang dihanyutkan longsor. Beruntung, sapi betinanya tidak sampai mati tertimbun dan hanya mengalami patah tulang kaki.
Pasca rumahnya terjungkal, Ketut Sama dan keluarganya berencana mengungsi ke rumah kerabatnya. Keluarga Ketut Sama sendiri selama ini tinggal di rumah semi permanen yang dibangun di atas lahan milik warga sekampung dari Desa Munduk, Kecamatan Banjar. Mereka terpaksa tinggal di lereng jurang, karena tidak memiliki pekarangan untuk tempat tinggal. “Karena tak punya biaya, hanya gubuk ini yang bisa saya bangun untuk ditempati bersama keluarga. Biar dekat juga, karena saya garap kebun orang dekat sini,” imbuh Ketut Sama.
Sementara itu, bencana banjir terjadi di Banjar Gesing I, Desa Gesing, Kecamatan Banjar, Minggu malam sekitar pukul 20.30 Wita. Akibatnya, SDN 2 Gesing nyaris seluruhnya terendam lumpur. Para siswa pun tak bisa mengikuti proses belajar mengajar, Rabu kemarin, karena timbunan lumpur ini.
Menurut Kepala Sekolah (Kasek) SDN 2 Gesing, I Nyoman Arsana, bencana banjir yang menerjang sekolahnya diketahui Minggu malam saat dirinya ditelepon oleh salah satu temannya. Malam itu juga, Kasek Nyoman Arsana bersama seorang guru dan dibantu tetangganya, terjun melihat situasi di sekolah.
“Saat dicek, lapangan sekolah sudah penuh lumpur. Air dan lumpur juga masuk ke rua ngan Kelas II, Kelas V, Kelas VI, dan Ruang Guru. Kami pun segera selamatkan barang-barang di Ruang Guru,” ungkap Kasek Nyoman Arsana, Senin kemarin.
Menurut Arsana, bukan hanya terendam lumpur, tembok penyengker bagian depan dan belakang SDN 2 Gesing juga ambruk sepanjang 40 meter. Senin kemarin, para siswa SDN 2 Gesing sempat berdatangan ke sekolah. Namun, karena situasi tidak memungkinkan untuk proses belajar mengajar, para siswa Kelas I, Kelas II, dan Kelas III langsung dipulangkan. Sedangkan siswa Kelas Iv, Kelas V, dan Kelas VI diajak bergotong royong untuk memindahkan sejumlah barang dari Runag Guru ke Ruang Perpustakaan.
Kepala Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Banjar, I Made Pastima, kemarin sempat terjun ke SDN 2 Gesing. Menurut Made Pastima, untuk sementara siswa SDN 2 Gesing akan diliburkan dulu, sampai nanti sekolah benar-benar bersih dan memungkinkan untuk dilakukan proses belajar mengajar. “Besok (hari ini, Red) kami juag akan libatkan guru-guru dari sekolah lain di Kecamatan Banjar untuk bergotong royong di sini, agar sekolah cepat bersih,” jelas Pastima.
Sedangkan Kepala Desa (Perbekel) Gesing, I Nyoman Sanjaya, yang ditemui NusaBali di lokasi bencana banjir, Rabu kemarin, mengatakan lumpur yang menggenangi SDN 2 Gesing berasal dari pertemuan tiga got di sebelah timur sekolah. Hujan deras mengakibatkan sejumlah material senderan got terlepas dan menyumbat titik pertemuan got, sehingga air hujan yang terus mengalir deras tidak dapat ditampung dan akhirnya meluap. “Untuk sementara, yang terdampak hanya sekolah (SDN 2 Gesing). Sedangkan rumah warga memang ada beberapa yang terdampak, tapi hanya di halamannya saja,” papar Perbekel Sanjaya.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Made Subur, mengatakan bahwa bencana yang terjadi akibat hujan lebat, Minggu malam, terjadi di enam desa. Termasuk bencana longsor di Desa Tejakula, Kecamatan Tekakula hingga melumpuhkan jalan menuju Pura Jati. “Juga terjadi longsor di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan yang sempat setengah badan jalan di Jalur Utama Singaraja-Kintamani,” jelas Made Subur. * k23
Komentar