nusabali

Nataru, Bali Siap Terima Wisatawan

  • www.nusabali.com-nataru-bali-siap-terima-wisatawan

DENPASAR, NusaBali
Plt Kepala Dinas Pariwisata Bali (Kadiparda) Provinsi Bali Tjokorda Bagus Pemayun menyatakan Bali siap menerima kedatangan wisatawan, terutama wisatawan domestik sehubungan dengan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.

Harapannya kemudahan syarat penerbangan dari awalnya swab PCR kini cukup dengan test antigen, mendorong wisatawan lebih banyak berwisata ke Bali.

“Bali sudah siap,” ujarnya usai pertemuan dengan mantan Kadiparda Bali I Putu Astawa di Kantor Diparda Bali, Jalan Tjut Nyak Dien, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (5/11).

Kesiapan tersebut, tegas Tjok Bagus Pemayun, tentu dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) CHSE yang ketat. Apalagi pada 2022 nanti, Bali menjadi tempat sejumlah event internasional.

Ditanya apakah sudah ada peningkatan kunjungan wisatawan setelah pemberlakuan test antigen, Tjok Bagus Pemayun mengatakan belum ada data. “Namun tadi (kemarin) saya ke Seminyak ketemu dengan teman-teman pariwisata, semua berharap kedatangan wisatawan meningkat,” ujar birokrat yang masih menjabat Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang)  Pemprov Bali.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan mantan Kadiparda Bali I Putu Astawa dan sejumlah stakeholder pariwisata, Tjok Bagus Pemayun menyatakan semua program pembangunan pariwisata Bali yang secara fundamental sudah diletakkan oleh pendahulunya I Putu Astawa, akan dilanjutkan. Khusus selama pandemi Covid-19, pariwisata Bali mandek karena tidak adanya pergerakan wisatawan mancanegara. “Maka pasca pandemi ini pariwisata Bali harus digarap dengan lebih serius lagi untuk menuju pariwisata budaya Bali berkualitas dan berkelanjutan,” kata dia dalam pertemuan yang sekaligus ajang pelepasan I Putu Astawa, setelah mengakhiri jabatan sebagai Kadiparda Bali.

Dikatakannya, membangun pariwisata budaya Bali ibarat membangun rumah dengan 5 pilar, yakni, akademisi, bisnis, community, government, dan media yang disingkat ABCGM. Kelima pilar ini harus sama-sama kuat, dan semua komit dan saling mendukung untuk mewujudkan sebuah bangunan yang kuat dan kokoh.

Begitu juga pariwisata budaya Bali, jika kelima pilar ini sama-sama saling dukung dan memiliki tujuan yang sama untuk kemajuan bersama, maka pariwisata Bali pasti akan kuat, kokoh, dan sudah tentu akan terwujud pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Sementara Putu Astawa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu selama menjabat Kadiparda Bali. Khususnya kepada para pelaku pariwisata, asosiasi pariwisata, kelompok ahli pembangunan bidang pariwisata, para tokoh pariwisata, dan yang lainnya. “Keberhasilan selama ini bukan karena saya sendiri, tetapi dukungan semua pihak yang membantu tanpa pamrih,” ujar pria asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, yang kini menduduki jabatan fungsional di Bappeda Bali.

Putu Astawa mencontohkan dalam pembuatan peraturan-peraturan tentang pariwisata baik Perda maupun Pergub, dia mengaku banyak dibantu para tokoh pariwisata. “Menyusun protokol CHSE, selanjutnya melakukan verifikasi fasilitas pariwisata, semua dilakukan secara gotong royong bersama teman-teman pelaku pariwisata. Demikian juga dalam melaksanakan vaksinasi terhadap para tenaga pariwisata, semua atas bantuan para pelaku pariwisata.”

Putu Astawa berpesan bahwa ada beberapa PR yang memang belum selesai, salah satunya adalah pembangunan pariwisata digital yang harus dilanjutkan, karena program ini akan sangat mendukung pembangunan pariwisata budaya Bali yang berkualitas dan berkelanjutan, serta program-program lain yang tidak bisa dijalankan karena adanya pandemi Covid-19 selama hampir 2 tahun.

Koordinator Kelompok Ahli Pembangunan Bidang Pariwisata I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya atau Rai Suryawijaya, menyatakan hal yang paling urgent yang harus diperjuangkan untuk dapat menarik wisatawan manca negara datang ke Bali adalah menghilangkan karantina.

Saat ini syarat wisatawan mancanegara yang datang ke Bali adalah wajib dikarantina selama 3 x 24 jam. Menurutnya, meskipun itu sudah jauh lebih baik dari pada karantina 8 hari atau 5 hari, akan tetapi tetap menjadi ganjalan bagi wisatawan untuk berlibur ke Bali. Salah satu negara yang telah menghapus karantina adalah Thailand. “Kita harus belajar dari Thailand, kalau ingin pariwisata dan ekonomi Bali cepat bangkit,” ujar Rai Suryawijaya, yang merupakan Ketua BPC PHRI Kabupaten Badung dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung. *k17

Komentar