Dewi Munduk Masih Sepi Wisman
DENPASAR,NusaBali
Belum adanya wisman ke Bali berpengaruh langsung terhadap desa wisata (dewi).
Desa Munduk di Kecamatan Banjar Buleleng, hingga kini masih sepi dari turis asing. Home stay, villa dan akomodasi lain di desa ini yang jumlahnya tidak kurang dari 60 buah, masih kosong. Nihil wisatawan.
“Belum ada, masih sepi,” ujar I Nyoman Witama, Ketua Ikatan Akomodasi Munduk (IAM), Minggu (7/11).
Kata Witama, dari komunikasi dengan mitra dan kolega di luar negeri, SOP keberangkatan terkait pandemi dan perencanaan berwisata yang butuh persiapan, menyebabkan wisman tidak bisa seketika datang ke Bali.
“Untuk proses keberangkatan dari bandara butuh waktu lebih dari satu jam,” ujar Witama mengutip penuturan koleganya dari Swiss.
Untuk diketahui, wisman Swiss salah satu yang suka berwisata di Munduk, karena alam pedesaan suasana pegunungan yang memikat wisatawan dari Swiss.
Selain itu sampai saat ini masih sedikit maskapai yang melakukan penjualan tiket ke luar negeri. Karena itulah kata Witama, pelaku wisata di Munduk, terpaksa masih harus bersabar menanti kedatangan wisman.
Walau demikian, pelaku pariwisata Munduk berharap prosedur kedatangan wisman ke Bali bisa disederhanakan. Salah satunya soal karantina.
Kata Witama, sebaiknya karantina tak diterapkan jika semua prosedur dan persyaratan keberangkat wisman dari negara asalnya sudah lengkap kata Witama tidak perlu lagi dikarantina. Diantaranya vaksinasi lengkap, termasuk suhu tubuh.
“Karena suhu tubuh tersebut juga mengindikasikan kesehatan seseorang,” ucap Witama. Di pihak lain, diharapkan ada semacam kerjasama antara maskapai terkait transit penumpang. Misalnya wisman yang transit di Jakarta, kemudian melanjutkan perjalanan dengan pindah pesawat tak perlu lagi melalui proses check in, check out. ”Bisa langsung pindah pesawat,” harap Witama.
Faktor alam juga mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Munduk. November sampai Maret tahun berikutnya merupakan musim basah, sering turun hujan di Munduk. Hal itu juga mempengaruhi animo wisatawan ke Munduk dan desa-desa sekitarnya.
Pada rentang waktu tersebut dalam kondisi normal, merupakan masa low season di Munduk. Tingkat hunian biasanya maksimal sampai sekitar 20 persen.
Sementara menunggu wisman, pelaku wisata di Munduk tetap melakukan persiapan. Diantaranya pelatihan soal digitalisasi dan usaha lain yang diberikan Buleleng Home Stay Associaton (BUSHA).*K17.
“Belum ada, masih sepi,” ujar I Nyoman Witama, Ketua Ikatan Akomodasi Munduk (IAM), Minggu (7/11).
Kata Witama, dari komunikasi dengan mitra dan kolega di luar negeri, SOP keberangkatan terkait pandemi dan perencanaan berwisata yang butuh persiapan, menyebabkan wisman tidak bisa seketika datang ke Bali.
“Untuk proses keberangkatan dari bandara butuh waktu lebih dari satu jam,” ujar Witama mengutip penuturan koleganya dari Swiss.
Untuk diketahui, wisman Swiss salah satu yang suka berwisata di Munduk, karena alam pedesaan suasana pegunungan yang memikat wisatawan dari Swiss.
Selain itu sampai saat ini masih sedikit maskapai yang melakukan penjualan tiket ke luar negeri. Karena itulah kata Witama, pelaku wisata di Munduk, terpaksa masih harus bersabar menanti kedatangan wisman.
Walau demikian, pelaku pariwisata Munduk berharap prosedur kedatangan wisman ke Bali bisa disederhanakan. Salah satunya soal karantina.
Kata Witama, sebaiknya karantina tak diterapkan jika semua prosedur dan persyaratan keberangkat wisman dari negara asalnya sudah lengkap kata Witama tidak perlu lagi dikarantina. Diantaranya vaksinasi lengkap, termasuk suhu tubuh.
“Karena suhu tubuh tersebut juga mengindikasikan kesehatan seseorang,” ucap Witama. Di pihak lain, diharapkan ada semacam kerjasama antara maskapai terkait transit penumpang. Misalnya wisman yang transit di Jakarta, kemudian melanjutkan perjalanan dengan pindah pesawat tak perlu lagi melalui proses check in, check out. ”Bisa langsung pindah pesawat,” harap Witama.
Faktor alam juga mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Munduk. November sampai Maret tahun berikutnya merupakan musim basah, sering turun hujan di Munduk. Hal itu juga mempengaruhi animo wisatawan ke Munduk dan desa-desa sekitarnya.
Pada rentang waktu tersebut dalam kondisi normal, merupakan masa low season di Munduk. Tingkat hunian biasanya maksimal sampai sekitar 20 persen.
Sementara menunggu wisman, pelaku wisata di Munduk tetap melakukan persiapan. Diantaranya pelatihan soal digitalisasi dan usaha lain yang diberikan Buleleng Home Stay Associaton (BUSHA).*K17.
Komentar