Warga Terpaksa Manfaatkan Air Telabah untuk MCK
Berbeda dengan warga Desa Menyali yang manfaatkan air telabah, warga di Desa Sawan ambil air untuk konsumsi dan kebutuhan lainnya dari Sumber Air Kemuning
Pipa Air Milik 5 Desa Bertetangga yang Putus Diterjang Longsor Belum Diperbaiki
SINGARAJA, NusaBali
Perbaikan pipa distribusi air bersih untuk 5 desa bertetangga di Kecamatan Sawan, Buleleng yang putus akibat diterjang longsor, belum bisa diperbaiki. Badan Penang-gulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng rencananya baru akan memasok air bersih, mulai Kamis (2/2) ini. Namun, sebelum air bersih dipasok BPBD Buleleng, ribuan warga setempat terpaksa memanfaatkan air telabah sebagai sumber air alternatif, terutama untuk MCK.
Lima desa bertetangga di Kecamatan Sawan yang kini krisis air bersih akibat bencana longsor, Minggu (29/1) malam, masing-masing Desa Sekumpul, Desa Bebetin, Desa Menyali, Desa Sawan, dan Desa Sudaji. Pipa distribusi air ukuran 4 dim untuk pasokan air bersih lima desa bertetangga ini terputus di wilayah Desa Sekumpul, akibat diterjang longsornya tebing perbukitan setempat.
Hingga Rabu (1/2), upaya perbaikan pipa distribusi air yang putus ini masih sulit dilakukan. Masalahnya, lokasi pipa putus berada pada lereng bukit dengan kemiringan 60 derajat. Selain sulit dijangkau, pipa besi yang putus juga harus dilas ulang sehingga perlu tenaga teknis khusus.
Camat Sawan, I Gusti Ngurah Suradnyana, mengatakan pihaknya sudah sempat terjun ke lokasi longsor. Dari hasil koordinasi dengan para Perbekel kelima desa bertetangga, kata Camat IGN Suradnyana, perbaikan pipa harus dilakukan dengan tenaga khusus.
“Nanti para Perbekel akan mengadakan pertemuan, karena perbaikan pipa harus dilakukan oleh tenaga teknis. Perbaikan itu sementara dulu, agar aliran air bersih bisa normal. Nanti biar ada dilanjut dengan perbaikan secara permanen,” tandas Camat Suradnyana saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin.
Menurut Camat Suradnyana, dari laporan yang diterimanya, sejauh ini warga yang terdampak longsor di lima desa bertetangga masih bisa mendapatkan air bersih di sumber-sumber mata air alternatif. “Hampir semua desa yang kena dampak, masih punya sumber mata air alternatif, jadi warganya mencari air bersih ke lokasi tersebut,” katanya.
Khusus untuk warga di Desa Sawan, mereka memanfaatkan air bersih dari Sumber Air Kemuning yang terletak di Dusun Kanginan, berjarak hampir 1 kilometer dari pemukiman. Seorang ibu rumah tangga di Desa Sawan, Gulem Sulami Dewi, mengakui keluarganya sudah langsung memanfaatkan Sumer Air Kemuning sejak pasokan air bersih terputus pasca longsor di Desa Sekumpul.
Menurut Gulem Sulami, air bersih yang diambil di Sumer Air Kemuning dinyakini layak konsumsi. “Kebetulan, lokasinya tidak begitu jauh. Airnya bersih. Tadi pagi (kemarin) suami saya ambil air dua galon, sementara sorenya bisa tiga atau empat galon. Sekalian persiapan air untuk masak esok pagi,” cerita Gulem Sulami.
Beda lagi warga terdampak longsor di Desa Menyali. Mereka justru memanfaatkan air telabah (sungai kecil) yang warnanya agak kecoklatan. Air telabah ini dimanfaatkan hanya untuk MCK saja. Sedangkan untuk konsumsi air bersih, warga Desa Menyali memanfaatkan sumber mata air yang lokasinya cukup jauh. “Untuk MCK pakai air telabah, sementatra untuk masak harus cari air ke Desa Sawan,” ungkap Ketua Unit Pengelola Sarana (UPS) Sari Tirta Bhuana Desa Menyali, I Ketut Kerada, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Rabu kemarin.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, I Ketut Sensus, mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng terkait upaya perbaikan pipa distribusi air yang terputus di Desa Sekumpul ini. Masalahnya, perbaikan pipa perlu tenaga teknis.
“Sore ini (kemarin) tim teknis akan turun. Perbaikan itu perlu las. Desa yang terdampak adalah Desa Sawan, Desa Menyali, dan Desa Bebetin. Untuk perbaikan, setelah kami koordonasi, dananya disanggupi swadaya. Tapi, kami tetap usulkan permohonan bantuan ke provinsi,” terang Ketut Sensus, Rabu kemarin.
Menyikapi kesulitan air bersih bagi warga di lima desa bertetangga, menurut Ketut Sensus, pihaknya akan memasok air bersih kepada mereka, hari ini. “Air akan dipasok dengan memanfaatkan mobil tangki BPBD Buleleng dan BPBD Provinsi Bali,” katanya.
Bencana longsor yang menyebabkan krisis air bersih lima desa bertetangga itu sendiri terjadi di tebing perbukitan kawasan Desa Sekumpul, Minggu malam, namun baru diketahui warga setempat, Selasa (31/1). Material longsoran berupa batu dan batang pohon besar menerjang pipa ukuran 4 dim untuk distribusi air ke lima desa bertetangga tersebut, hingga putus.
Sumber mata air yang dialirkan pipa untuk didistribusikan ke lima desa bertetangga ini berasal dari lereng perbukitan Desa Sekumpul, sekitar areal objek wisata Air Terjun Sekumpul. Kelima desa bertetangga sama-sama memasang pipa distribusi air bersih berukuran 3-4 dim.
Pasca longsor yang menyebabkan putusnya pipa distribusi air, ribuan kepala keluarga (KK) di lima desa bertetangga kini terancam krisis air bersih. Data yang dihimpun NusaBali, Selasa kemarin, jumlah warga terbanyak yang terancam kesulitan air bersih berada di Desa Sudaji mencapai 975 KK, disusul Desa menyali (483 KK), Desa Sawan (400 KK), Desa Bebetin (166 KK), dan Desa Sekumpul (sebanyak 30 KK). * k19
SINGARAJA, NusaBali
Perbaikan pipa distribusi air bersih untuk 5 desa bertetangga di Kecamatan Sawan, Buleleng yang putus akibat diterjang longsor, belum bisa diperbaiki. Badan Penang-gulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng rencananya baru akan memasok air bersih, mulai Kamis (2/2) ini. Namun, sebelum air bersih dipasok BPBD Buleleng, ribuan warga setempat terpaksa memanfaatkan air telabah sebagai sumber air alternatif, terutama untuk MCK.
Lima desa bertetangga di Kecamatan Sawan yang kini krisis air bersih akibat bencana longsor, Minggu (29/1) malam, masing-masing Desa Sekumpul, Desa Bebetin, Desa Menyali, Desa Sawan, dan Desa Sudaji. Pipa distribusi air ukuran 4 dim untuk pasokan air bersih lima desa bertetangga ini terputus di wilayah Desa Sekumpul, akibat diterjang longsornya tebing perbukitan setempat.
Hingga Rabu (1/2), upaya perbaikan pipa distribusi air yang putus ini masih sulit dilakukan. Masalahnya, lokasi pipa putus berada pada lereng bukit dengan kemiringan 60 derajat. Selain sulit dijangkau, pipa besi yang putus juga harus dilas ulang sehingga perlu tenaga teknis khusus.
Camat Sawan, I Gusti Ngurah Suradnyana, mengatakan pihaknya sudah sempat terjun ke lokasi longsor. Dari hasil koordinasi dengan para Perbekel kelima desa bertetangga, kata Camat IGN Suradnyana, perbaikan pipa harus dilakukan dengan tenaga khusus.
“Nanti para Perbekel akan mengadakan pertemuan, karena perbaikan pipa harus dilakukan oleh tenaga teknis. Perbaikan itu sementara dulu, agar aliran air bersih bisa normal. Nanti biar ada dilanjut dengan perbaikan secara permanen,” tandas Camat Suradnyana saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin.
Menurut Camat Suradnyana, dari laporan yang diterimanya, sejauh ini warga yang terdampak longsor di lima desa bertetangga masih bisa mendapatkan air bersih di sumber-sumber mata air alternatif. “Hampir semua desa yang kena dampak, masih punya sumber mata air alternatif, jadi warganya mencari air bersih ke lokasi tersebut,” katanya.
Khusus untuk warga di Desa Sawan, mereka memanfaatkan air bersih dari Sumber Air Kemuning yang terletak di Dusun Kanginan, berjarak hampir 1 kilometer dari pemukiman. Seorang ibu rumah tangga di Desa Sawan, Gulem Sulami Dewi, mengakui keluarganya sudah langsung memanfaatkan Sumer Air Kemuning sejak pasokan air bersih terputus pasca longsor di Desa Sekumpul.
Menurut Gulem Sulami, air bersih yang diambil di Sumer Air Kemuning dinyakini layak konsumsi. “Kebetulan, lokasinya tidak begitu jauh. Airnya bersih. Tadi pagi (kemarin) suami saya ambil air dua galon, sementara sorenya bisa tiga atau empat galon. Sekalian persiapan air untuk masak esok pagi,” cerita Gulem Sulami.
Beda lagi warga terdampak longsor di Desa Menyali. Mereka justru memanfaatkan air telabah (sungai kecil) yang warnanya agak kecoklatan. Air telabah ini dimanfaatkan hanya untuk MCK saja. Sedangkan untuk konsumsi air bersih, warga Desa Menyali memanfaatkan sumber mata air yang lokasinya cukup jauh. “Untuk MCK pakai air telabah, sementatra untuk masak harus cari air ke Desa Sawan,” ungkap Ketua Unit Pengelola Sarana (UPS) Sari Tirta Bhuana Desa Menyali, I Ketut Kerada, saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Rabu kemarin.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, I Ketut Sensus, mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng terkait upaya perbaikan pipa distribusi air yang terputus di Desa Sekumpul ini. Masalahnya, perbaikan pipa perlu tenaga teknis.
“Sore ini (kemarin) tim teknis akan turun. Perbaikan itu perlu las. Desa yang terdampak adalah Desa Sawan, Desa Menyali, dan Desa Bebetin. Untuk perbaikan, setelah kami koordonasi, dananya disanggupi swadaya. Tapi, kami tetap usulkan permohonan bantuan ke provinsi,” terang Ketut Sensus, Rabu kemarin.
Menyikapi kesulitan air bersih bagi warga di lima desa bertetangga, menurut Ketut Sensus, pihaknya akan memasok air bersih kepada mereka, hari ini. “Air akan dipasok dengan memanfaatkan mobil tangki BPBD Buleleng dan BPBD Provinsi Bali,” katanya.
Bencana longsor yang menyebabkan krisis air bersih lima desa bertetangga itu sendiri terjadi di tebing perbukitan kawasan Desa Sekumpul, Minggu malam, namun baru diketahui warga setempat, Selasa (31/1). Material longsoran berupa batu dan batang pohon besar menerjang pipa ukuran 4 dim untuk distribusi air ke lima desa bertetangga tersebut, hingga putus.
Sumber mata air yang dialirkan pipa untuk didistribusikan ke lima desa bertetangga ini berasal dari lereng perbukitan Desa Sekumpul, sekitar areal objek wisata Air Terjun Sekumpul. Kelima desa bertetangga sama-sama memasang pipa distribusi air bersih berukuran 3-4 dim.
Pasca longsor yang menyebabkan putusnya pipa distribusi air, ribuan kepala keluarga (KK) di lima desa bertetangga kini terancam krisis air bersih. Data yang dihimpun NusaBali, Selasa kemarin, jumlah warga terbanyak yang terancam kesulitan air bersih berada di Desa Sudaji mencapai 975 KK, disusul Desa menyali (483 KK), Desa Sawan (400 KK), Desa Bebetin (166 KK), dan Desa Sekumpul (sebanyak 30 KK). * k19
1
Komentar