Banjar Apuh Ubud Manfaatkan Buah Sisa Galungan Menjadi Eco Enzyme
GIANYAR, NusaBali.com –Krama Banjar Apuh, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar mengadakan pelatihan inovasi ramah lingkungan, seperti pembuatan cairan eco enzyme, kegiatan penukaran sampah plastik dengan beras serta pembuatan tebe modifikasi.
Pelatihan yang diselenggarakan Sabtu (13/11/2021) bekerjasama dengan beberapa pegiat lingkungan seperti komunitas Tol-Tol, Bersih-Bersih Bali, dan Plastic Exchanhe.
Turut hadir anggota Komisi VI DPR RI I Nyoman Partha, yang mensosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, mengingat kawasan Banjar Apuh sendiri akan dirancang menjadi kawasan pariwisata. “Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh warga Banjar Apuh, karena ke depannya pariwisata di Bali harus berorientasi kepada pariwisata yang ramah lingkungan, dan mengutamakan sumber daya alamnya serta budaya yang dimiliki,” ujar Partha, Sabtu (13/11/2021).
Kegiatan ini juga merupakan implementasi Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. “Seluruh lapisan masyarakat harus bergerak mewujudkan Bali, terutama pariwisata Bali yang menampilkan keindahan alam dan budayanya,” tambahnya.
Sementara itu Kelian Dinas Banjar Apuh Wayan Eka Sudiarta mengatakan bahwa kegiatan pelatihan berkaitan banyaknya timbunan sampah, terutama sampah organik pasca perayaan hari raya Galungan, Rabu (10/11/2021). Untuk mengatasi hal tersebut prajuru bersama warga Banjar Apuh berinisiatif mengolah sampah organik tersebut menjadi cairan eco enzyme yang memiliki banyak manfaat baik bagi lingkungan, maupun hewan.
“Masing-masing keluarga yang merayakan hari Galungan sebagian besar menghasilkan buah sisa upacara yang tidak habis dikonsumsi. Daripada dibuang begitu saja dan menambah beban TPA, lebih baik diolah menjadi hal yang bermanfaat seperti eco enzyme dan kompos,” jelasnya.
Dengan adanya pelatihan inovasi ramah lingkungan tersebut, krama Banjar Apuh berkomitmen untuk ke depannya konsisten menerapkan ilmu yang telah didapat, dalam mengolah limbah sampah organik. “Ada dua inovasi ramah lingkungan khusus sampah organik, yakni, pembuatan eco enzyme dan teba modifikasi,” ungkap Sudiarta.
Eco enzyme dinilai memiliki banyak manfaat mulai dari disinfektan alami, hingga memiliki khasiat untuk kesehatan kulit manusia. Sementara itu tebe modifikasi merupakan wadah pembuatan kompos, yang memiliki diameter 80 cm dan kedalaman 2 meter yang dapat dibuat pada rumah masing-masing guna meminimalisir jumlah sampah organik. “Terutama eco enzyme sebagai disinfektan sangat bermanfaat di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini,” tuturnya.
Sedangkan untuk kegiatan penukaran sampah plastik merupakan upaya yang dilakukan Banjar Apuh dalam meminimalisir pencemaran lingkungan oleh sampah plastik, serta mendorong niat masyarakat agar dapat memilah sampah yang dihasilkan terutama sampah keluarga atau sampah sehari-hari. “Dengan 4 kilogram sampah plastik dapat ditukarkan dengan 1 kilogram beras,” tambah Sudiarta.
Sementara itu I Made Janur Yasa yang merupakan founder dari gerakan Plastic Exchange di Bali menyatakan setelah mulai aktif digencarkan selama 2 tahun, telah berhasil mengajak hampir 200 desa yang ada di Bali dan telah mengumpulkan sampah plastik sebanyak 500 ton. “Pulau Bali sebagai salah satu destinasi wisata kelas dunia harus dapat segera sadar akan pentingnya menjaga kelestarian serta kebersihan lingkungan, dan hal tersebut telah ditunjukkan oleh masyarakat Banjar Apuh hari ini,” ujar I Made Janur Yasa yang juga dinobatkan sebagai Top 10 CNN Hero of The Years 2021.
Lebih lanjut seorang perancang tebe modifikasi Made Balik Mustiana mengatakan, bahwa tebe modifikasi dalam pembuatannya tidak banyak memakan lahan dan dibuat di masing-masing rumah atau lingkungan keluarga. “Nanti sampah organik dapat ditampung dalam wadah tebe modifikasi, yang nantinya dapat bermanfaat sebagai kompos dan penyubur tanah,” ujar Made Balik Mustiana.
Ketua Badan Pengelolaan Sampah Desa Cemenggaon, Sukawati, Gianyar ini mengatakan bahwa pembuatan tebe modifikasi di lingkungan Banjar Apuh sendiri merupakan sebuah contoh, yang nantinya dapat ditiru serta diaplikasikan oleh warga Banjar Apuh di rumah masing-masing. “Kalau di Desa Cemenggaon sudah terdapat sekitar 350 tebe modifikasi yang dibuat oleh masing-masing keluarga di lingkungan desa. Untuk ke depannya Banjar Apuh akan membuat tebe modifikasi pribadi berskala keluarga,” tambahnya.
Sudiarta pun berharap, agar pelatihan yang dilakukan dapat memberikan manfaat baik dalam menjaga alam sekitar Banjar Apuh sebagai kawasan pariwisata yang ramah lingkungan. “Kami sangat berterima kasih kepada para penggiat lingkungan yang telah membagi ilmunya, terutama kepada salah satu anggota Komisi VI DPR RI yang menyempatkan hadir memberikan semangat kepada kami,” tutupnya. *rma
Komentar