Kebijakan Open Border Didesak Direvisi
Dinilai kurang friendly untuk wisman, GIPI soroti 3 kebijakan yang memberatkan
DENPASAR,NusaBali
Bali Tourism Board (BTB) Gabungan Industri Pariwisata (GIPI) Bali mendesak sejumlah kebijakan terkait open border untuk Bali direvisi. Desakan tersebut menyusul sebulan sudah kebijakan tersebut, belum ada maskapai asing yang mendarat baik secara reguler maupun secara charter di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Ketua BTB/GIPI Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana atau Gus Agung mengatakan Minggu (14/11).
Menurut Gus Agung harus ada kebijakan yang lebih friendly agar wisman mau datang ke Bali. Dia pun menyorot beberapa kebijakan terkait. Pertama penerbangan langsung yang hanya dibolehkan untuk 19 negara saja.
Point kedua tidak dibolehkannya TKA pemegang KITAS masuk ke Bali, aplikasi visa kunjungan yang masih sulit diproses secara online.
Yang ketiga, pengurusan visa kunjungan yang masih sulit diproses secara online, sehingga pelaku calon PPLN harus mengurus visa melalui agent pengurusan visa dengan biaya.
Point selanjutnya permohonan visa harus dengan penjaminan. Kemudian Surat Edaran Kemenhub 85 tentang Bandara Ngurah Rai yang hanya boleh melayani 1 kali fligth dalam 2 jam. Kata Gus Agung point-point kebijakan tersebut perlu direvisi, dicarikan solusinya sehingga wisman segera datang ke Bali.
Soal penerbangan langsung untuk 12 negara yang diizinkan. Contohnya UEA dengan Emirates Airlines, Etihad, Qatar Airlines dan lainnya. Menurut Gus Agung maskapai tersebut sulit akan membawa WNA hanya khusus ke Bali. Selain paketnya kurang menarik, juga ada ketentuan karantina.
“Meski hanya 3 hari tetap saja memberatkan,” ujarnya. Selain itu jarang, orang Qatar, Doha, Abu Dhabi datang khusus ke Bali.
Kemudian soal mencari visa dengan penjaminan. Kata Gus Agung penjaminan tersebut tidak perlu. Kekhawatiran pemerintah jika terjadi sesuatu dengan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) sehingga terpaksa harus mengeluarkan biaya perawatan rumah sakit misalnya, bisa dicarikan solusi. Contohnya travel insurance atau asuransi Covid-19.
Surat Edaran Kemehub No 85/2001 yang mengizinkan Bandara Ngurah Rai hanya boleh 1 kali fligth setiap 2 jam. “Hal ini sulit diterima maskapai asing, sehingga perlu direvisi,” ujarnya.
Selain itu Gus Agung mendorong untuk membuka pasar potensial di luar 19 negara daftar open border. Hal ini bisa dari dari Thailand yang membuka pasar wisatanya untuk USA, Rusia, Inggris, Jerman dan Australia. “Quick wins bisa merealisasi dengan membuka pasar Australia secepatnya,” kata Gus Agung.
Karena begitu Pemerintah oke, wisman akan segera terbang setiap hari ke Bali dari Sydney dan Merbourne. “Target untuk Chrismast 25 Desember ini,” ucap pengusaha asal Sanur, Denpasar.
Dikatakan apa yang disampaikan bertujuan untuk meluruskan pandang. Sebenarnya orang luar (WNA) sudah sangat ingin datang ke Bali sebagai daerah tujuan wisata, namun Bali masih tutup. “Kita sebenarnya butuh, namun masih tutup pintu,” kata pria yang juga Ketua Gahawisri (Gabungan Usaha Wisata Tirta Indonesia) Bali.
Terpisah Plt Kadiparda Bali Tjokorda Bagus Pemayun memberi penjelasan singkat terkait perkembangan kunjungan wisman ke Bali setelah sebulan open border.
“Dari konfirmasi dengan teman- teman industri belum ada maskapai (asing) yang datang,” ujarnya. Barangkali masa karantina 8 hari menjadi 5 hari dan 3 hari ini, masih menjadi pertimbangan wisman sehingga belum ada yang datang ke Bali. Sekarang ini Gubernur sudah diusulkan agar karantina cukup 1 hari saja. Malah tak usah ada karantina, kecuali yang memang positif Covid- sebagaimana yang diharapkan bersama.
Selain itu, sampai saat ini belum juga visa kunjungan untuk wisatawan. “ Kemarin kita sudah rapat dengan teman- teman industri dan Kemenparkeraf agar visa kunjungan tersebut bisa siapkan. Sekarang kan baru ada visa kunjungan bisnis saja,” kata Tjok Bagus Pemayun. *K17
Menurut Gus Agung harus ada kebijakan yang lebih friendly agar wisman mau datang ke Bali. Dia pun menyorot beberapa kebijakan terkait. Pertama penerbangan langsung yang hanya dibolehkan untuk 19 negara saja.
Point kedua tidak dibolehkannya TKA pemegang KITAS masuk ke Bali, aplikasi visa kunjungan yang masih sulit diproses secara online.
Yang ketiga, pengurusan visa kunjungan yang masih sulit diproses secara online, sehingga pelaku calon PPLN harus mengurus visa melalui agent pengurusan visa dengan biaya.
Point selanjutnya permohonan visa harus dengan penjaminan. Kemudian Surat Edaran Kemenhub 85 tentang Bandara Ngurah Rai yang hanya boleh melayani 1 kali fligth dalam 2 jam. Kata Gus Agung point-point kebijakan tersebut perlu direvisi, dicarikan solusinya sehingga wisman segera datang ke Bali.
Soal penerbangan langsung untuk 12 negara yang diizinkan. Contohnya UEA dengan Emirates Airlines, Etihad, Qatar Airlines dan lainnya. Menurut Gus Agung maskapai tersebut sulit akan membawa WNA hanya khusus ke Bali. Selain paketnya kurang menarik, juga ada ketentuan karantina.
“Meski hanya 3 hari tetap saja memberatkan,” ujarnya. Selain itu jarang, orang Qatar, Doha, Abu Dhabi datang khusus ke Bali.
Kemudian soal mencari visa dengan penjaminan. Kata Gus Agung penjaminan tersebut tidak perlu. Kekhawatiran pemerintah jika terjadi sesuatu dengan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) sehingga terpaksa harus mengeluarkan biaya perawatan rumah sakit misalnya, bisa dicarikan solusi. Contohnya travel insurance atau asuransi Covid-19.
Surat Edaran Kemehub No 85/2001 yang mengizinkan Bandara Ngurah Rai hanya boleh 1 kali fligth setiap 2 jam. “Hal ini sulit diterima maskapai asing, sehingga perlu direvisi,” ujarnya.
Selain itu Gus Agung mendorong untuk membuka pasar potensial di luar 19 negara daftar open border. Hal ini bisa dari dari Thailand yang membuka pasar wisatanya untuk USA, Rusia, Inggris, Jerman dan Australia. “Quick wins bisa merealisasi dengan membuka pasar Australia secepatnya,” kata Gus Agung.
Karena begitu Pemerintah oke, wisman akan segera terbang setiap hari ke Bali dari Sydney dan Merbourne. “Target untuk Chrismast 25 Desember ini,” ucap pengusaha asal Sanur, Denpasar.
Dikatakan apa yang disampaikan bertujuan untuk meluruskan pandang. Sebenarnya orang luar (WNA) sudah sangat ingin datang ke Bali sebagai daerah tujuan wisata, namun Bali masih tutup. “Kita sebenarnya butuh, namun masih tutup pintu,” kata pria yang juga Ketua Gahawisri (Gabungan Usaha Wisata Tirta Indonesia) Bali.
Terpisah Plt Kadiparda Bali Tjokorda Bagus Pemayun memberi penjelasan singkat terkait perkembangan kunjungan wisman ke Bali setelah sebulan open border.
“Dari konfirmasi dengan teman- teman industri belum ada maskapai (asing) yang datang,” ujarnya. Barangkali masa karantina 8 hari menjadi 5 hari dan 3 hari ini, masih menjadi pertimbangan wisman sehingga belum ada yang datang ke Bali. Sekarang ini Gubernur sudah diusulkan agar karantina cukup 1 hari saja. Malah tak usah ada karantina, kecuali yang memang positif Covid- sebagaimana yang diharapkan bersama.
Selain itu, sampai saat ini belum juga visa kunjungan untuk wisatawan. “ Kemarin kita sudah rapat dengan teman- teman industri dan Kemenparkeraf agar visa kunjungan tersebut bisa siapkan. Sekarang kan baru ada visa kunjungan bisnis saja,” kata Tjok Bagus Pemayun. *K17
Komentar