Milenial Dituntut Berperan Aktif dalam Program Reforma Agraria
DENPASAR, NusaBali.com – Isu-isu sosial dan lingkungan marak terjadi bahkan jauh sebelum masa pandemi Covid-19 melanda.
Mulai dari kesenjangan sosial, kemiskinan, serta masalah sampah, dan kualitas iklim bumi menjadi permasalahan yang hingga kini terus diupayakan untuk diselesaikan.
Salah satu upaya atau program pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut, yakni program reforma agraria oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang semakin intens digencarkan terutama pada generasi milenial.
Bambang Supriyanto yang merupakan Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan menyatakan bahwa pemerintah menargetkan pada tahun 2030 kenaikan suhu tidak boleh lebih dari 2 derajat celcius, karena apabila suhu terus meningkat maka akan mempengaruhi keadaan iklim, serta berpengaruh terhadap biota atau makhluk hidup yang ada di bumi. “Es di Kutub Utara terus mencair apabila itu terus terjadi maka akan membahayakan Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak pulau-pulau kecil. Bisa berpotensi menenggelamkan pulau-pulau tersebut,” ujarnya pada sebuah diskusi terkait Perhutanan Sosial di kanal youtube Kementerian LHK, Minggu (21/11/2021).
Bambang Supriyanto mengucapkan generasi muda atau kaum milenial harus dapat berperan aktif, terutama pada program reforma agraria yang telah memberikan hampir 5 juta hektare lahan negara, kepada 7.300 kelompok tani untuk digunakan sebagai hak guna usaha yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. “Karena pada faktanya terdapat 25.863 desa yang menggantungkan hidupnya pada sektor perhutanan. Dan 73,6 persen masyarakatnya tergolong ke masyarakat miskin,” jelasnya.
Ia kemudian menambahkan kaum milenial mulai saat ini harus dapat berperan aktif terutama pada sektor pertanian, dengan mengolaborasikan teknologi yang ada di era digital, guna meningkatkan kualitas pertanian serta membantu memasarkan hasil pertanian lebih luas lagi. “Selama ini yang saya amati, usia masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani di Indonesia mulai dari rentang 41 tahun hingga 70 tahun. Jadi ayolah kaum milenial mulai bergabung di daerahnya masing-masing memanfaatkan sektor pertanian yang ada,” ajaknya.
Program reforma agraria tidak hanya berupaya menuntaskan masalah kemiskinan yang ada, namun juga turut berupaya menyelesaikan konflik agraria, masalah lingkungan, ekonomi, serta ketahanan pangan. “Kalau reforma agraria ini dimanfaatkan dengan maksimal, maka baik masyarakat maupun alam, akan dapat merasakan dampak positifnya,” jelas Bambang Supriyanto.
Ia pun menginginkan kaum milenial agar melepaskan pemikiran terkait sektor pertanian merupakan pekerjaan kotor dan sulit mendapatkan hasil yang maksimal. Dan mulai menumbuhkan minat untuk terjun menjadi petani milenial. “Sesungguhnya jika ditekuni dengan baik, sektor pertanian memiliki potensi ekonomi yang tinggi,” tambahnya.
Untuk meningkatkan minat kaum milenial untuk terjun ke sektor pertanian dalam hal ini terlibat dalam program reforma agraria. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI untuk ke depannya merancang sebuah kompetisi yang memberikan penghargaan terhadap tokoh-tokoh muda, terkait dedikasi dan perannya kepada lingkungan hidup dan masyarakat. “Selain untuk kesejahteraan masyarakat, tujuan penting lainnya dalam program reforma agraria ini kan manfaat yang tidak terlihatnya, seperti terjaganya iklim, ketahanan sumber air, dan terjaganya kualitas oksigen,” tutupnya. *rma
Komentar