Lalat Menyerbu, Warga Protes Keberadaan Kandang Ayam
NEGARA, NusaBali
Sejumlah warga Banjar Tengah, Desa Yehkuning, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, mengeluhkan serbuan lalat.
Kerumunan lalat yang mengganggu kenyamanan ini dipastikan warga merupakan dampak keberadaan 2 tempat kandang ayam yang berada dekat pemukiman warga sekitar. Meski sudah berulangkali mengadu ke pihak desa, warga merasa kecewa karena keluhan mereka tidak pernah ditindaklanjuti secara konkret.
Salah seorang warga penyanding, I Gusti Ketut Sudiarta, 49, Senin (22/11), mengatakan masalah serbuan lalat ke rumah ataupun warung warga ini, terjadi sejak ada kandang ayam di banjar setempat yang dibangun hampir selama 10 tahun lalu. Saat proses pembangunan kandang ayam yang juga milik salah seorang warga setempat itu, dirinya maupun warga sekitar tidak pernah diminta memberi persetujuan sebagai penyanding. “Tiba-tiba saja dibangun. Bahkan ada dua lokasi kandang ayam. Yang satu ini pas di belakang rumah saya dan satunya lagi ada di selatan,” ujar Sudiarta.
Selain memicu serbuan lalat, Sudiarta yang tinggal tepat di belakang salah satu lokasi kandang ayam tersebut, mengatakan sangat terganggu dengan bau. Hampir setiap pagi, terlebih setiap habis hujan, dirinya harus menghirup bau kotoran ayam yang cukup menyengat. “Kalau tidak mengganggu, kami tidak masalah. Tetapi ini sudah sangat mengganggu. Kami juga sudah capek nyemprot untuk mengusir lalat, tetapi tetap saja banyak lalat. Kadang untuk tidur pun susah,” ucapnya.
Terkait protes keberadaan 2 kandang ayam yang berada di kawasan pemukiman warga ini, sambung Sudiarta, sudah sering disampaikan warga ke pihak desa. Selain mengadu langsung ke perbekel, warga yang terganggu atas dampak kandang ayam itu, juga sempat membuat pernyataan protes dilengkapi tanda tangan untuk diajukan ke desa. Namun protes warga tidak pernah direspons. “Kalau pun direspons, paling hanya ada pengecekan saja. Tidak pernah sampai ditindaklanjuti. Makanya kami bingung mau mengadu ke mana,” imbuh Sudiarta.
Ketika ada pengecekan, menurut Sudiarta, pihak desa sengaja menutup-nutupi. Petugas yang mengecek kandang, diarahkan ke lokasi kandang yang kebetulan tidak berproduksi. Begitu juga sebelum petugas turun, kandangnya sengaja dibersihkan sehingga terkesan serbuan lalat yang mengganggu warga bukanlah dari usaha kandang ayam tersebut. “Memang kalau dicek di kandang ayamnya tidak ada lalat. Itu karena sudah disemprot dan lalatnya berterbangan ke rumah-rumah warga,” tandas Sudiarta.
Perbekel Yehkuning I Gusti Made Adiasa Susila saat dikonfirmasi, Senin kemarin, membantah desa tutup mata dengan masalah keluhan warga terkait kandang ayam tersebut. Menurutnya, sebelum dirinya menjadi perbekel, masalah serbuan lalat yang dituding karena adanya kandang ayam itu juga sudah berulangkali direspons pihak desa. Termasuk saat kembali ada keluhan serbuan lalat sepekan terakhir ini, dirinya sudah berupaya mendatangkan petugas dari puskesmas untuk mengecek kandang ayam yang dikeluhkan warga.
Dari hasil pengecekan beberapa hari lalu itu, diminta agar pemilik kandang lebih memperhatikan kebersihan kandang. Dirinya selaku perbekel juga sudah mengkoordinasikan hal tersebut, dan selalu menekankan hal yang sama ke pemilik kandang. “Keluhan ini memang sudah lama, dan kami di desa tetap merespons. Kandang ayam itu sudah ada sebelum saya menjadi perbekel, dan sudah ada izin. Kalau kami bertindak semisal menutup, nanti malah kami yang salah,” ucap Adiasa.
Dalam upaya menyikapi keluhan warga itu, Adiasa mengaku, ingin mencari solusi dengan mempertemukan warga yang protes dengan pemilik kandang. Tetapi ketika dipertemukan, sejumlah warga tidak mau mengungkapkan protes secara langsung ke pemilik kandang. “Dalam waktu dekat ini, saya juga rencanakan mediasi. Mudah-mudahan nanti warga yang protes mau datang dan menjelaskan permasalahannya. Kami juga ingin cari solusi biar tidak terus-terusan ribut masalah lalat,” tegas Adiasa. *ode
Komentar