Dampak Pandemi Covid-19, Angka Pengangguran di Bali Terjun Bebas
Komisi II Dukung Koster Buat Surat Terbuka Soal Karantina
DENPASAR,NusaBali
Dampak Pandemi Covid-19 yang sudah melanda Bali hampir 2 (dua) tahun (sejak Maret 2020) membuat angka pengangguran di Bali terjun bebas.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Ardha, di Denpasar, Selasa (23/11) mengungkapkan pernah menjadi Provinsi dengan tingkat pengangguran terendah di Indonesia (sebelum Pandemi Covid-19), kini posisi Bali menempati urutan 19 sebagai provinsi yang memiliki angka pengangguran tinggi di Indonesia.
Menurut Gus Ardha, tingkat pengangguran di Bali sempat menyentuh level tertinggi pada Agustus 2020, yakni 5,63 % (144.200 orang) dari 2.567.920 angkatan kerja. Jumlah pengangguran tersebut tetap tinggi pada Agustus 2021, yakni menyentuh 5,37 % (138.670 orang) dari 2.580.520 angkatan kerja. "Masih terjun bebas angka kita, dulu sebelum Pandemi Covid-19, kita pernah terendah tingkat penganggurannya dengan hanya 1,25 % saja. Sekarang terlempar ke urutan 19 di nasional dengan angka pengangguran 5,37 %. Ini data yang kami peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)," ujar Gus Ardha.
Pengangguran yang tinggi di Bali ini, menurut Gus Ardha karena dampak Pandemi Covid-19 yang begitu dalam. Bali dengan sektor andalan di pariwisata menyedot tenaga kerja yang tinggi. Ketika pariwisata ambruk, Bali paling dalam kena dampak. "Dampak Pandemi Covid-19 ini masih pula ada efek ikutannya, sehingga angka pengangguran makin besar. Karena sektor pariwisata itu kan banyak sektor usaha lainnya mengikuti seperti transportasi, kuliner, laundry dan usaha jasa lainnya," ujar birokrat asal Desa Taman Bali, Kecamatan/Kabupaten Bangli ini.
Menurut Gus Ardha, kasus positif Covid-19 di Provinsi Bali yang agak melandai dan dilonggarkannya aktifitas masyarakat sejak Agustus 2021 lalu, sempat membuat ada geliat ekonomi. Sejumlah tenaga kerja di kapal pesiar juga sudah mulai bekerja. Aktifitas di Daerah Tujuan Wisata (DTW) sudah mulai jalan lagi, walaupun dengan Prokes (protokol kesehatan) ketat. Terbukti angka pengangguran yang awalnya 5,42 % di Februari 2021, turun menjadi 5,37 % pada Agustus 2021.
"Turun sedikit saja dari Februari 2021. Karena kegiatan masyarakat dan aktifitas ekonomi bergerak lagi. Cuman kan tidak banyak pergerakannya," ujar mantan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Bali ini. Gus Ardha mengatakan, kalau pariwisata Bali bangkit dan aktifitas normal, para Pekerja Migran Indonesia (PMI) sudah kembali bekerja normal, diyakini tingkat pengangguran di Bali bisa terus menurun. "Kalau pariwisata Bali kembali pulih, sudah pasti kita kembali di level terendah tingkat penganggurannya. Ya, sabar dulu, bagaimana lagi," ujar mantan Kabag Rumah Tangga Setda Provinsi Bali ini.
Sementara terkait pengangguran yang tinggi akibat pariwisata Bali masih tiarap ini, Komisi II DPRD Bali membidangi pariwisata mendesak Gubernur Bali Wayan Koster membuat surat terbuka kepada pusat, agar aturan karantina di Bali yang memberatkan wisatawan mancanegara (wisman) dihapuskan saja. Hal itu diungkapkan Ketua Komisi II DPRD Bali Ida Gede Komang Kresna Budi secara terpisah, Selasa siang kemarin. Politisi Partai Golkar ini mengatakan aturan karantina menjadi penyebab belum adanya wisatawan asing ke Bali.
"Aturan karantina ini yang membuat pariwisata kita lama menggeliatnya. Supaya pariwisata Bali pulih dan pengangguran tidak makin naik, ya harus ada kebijakan pusat, hapus karantina untuk wisman," ujar politisi asal Kelurahan Liligundi, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Kresna Budi yang juga eksportir ini meminta Gubernur Bali Wayan Koster mengirimkan surat terbuka kepada pemerintah pusat agar karantina dihapuskan saja. "Surat terbuka sudah ke Presiden Jokowi, saya dukung Gubernur Bali mewakili rakyat Bali. Gubernur kan dipilih langsung, beliau mewakili rakyat," ujar Ketua DPD II Golkar Buleleng ini.
Kresna Budi mengatakan, rakyat saat ini sudah menjerit. Apalagi nanti akan ada lagi aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di Jawa-Bali dengan alasan Natal dan Tahun Baru. "Selesai sudah, rakyat, jadi bukan takut karena Covid-19, malah takut kelaparan mereka," terang Kresna Budi dengan logat Buleleng yang kental.
Kresna Budi mencontohkan di Australia dan Singapura tidak memberlakukan karantina bagi wisatawan asing yang masuk ke negara tersebut. "Mereka ini (Australia dan Singapura) malah lebih berani. Sehingga mereka berpeluang lebih cepat pulih perekonomiannya. Saya yakin turis yang datang ke Bali itu sudah mengikuti vaksinasi lengkap, Prokes yang ketat di negara asal saat keberangkatan," ujar mantan Sekretaris Fraksi Golkar DPRD Bali ini.
Kata dia, banyak wisman yang mengalihkan kunjungan ke negara pesaing karena aturan karantina di Bali yang ketat. "Saya khawatir ini kalau masyarakat menganggur, hotel nggak buka, bisa berdampak sosial lebih parah. Karena sudah nggak ada uang, beban hidup makin berat," ujar Kresna Budi. *nat
1
Komentar