Petani Salak Bali Ungkap Tips Budidaya yang Baik
AMLAPURA, NusaBali.com - Kondisi pariwisata di Bali yang sedang tidak baik-baik saja membuat sebagian besar masyarakat Bali memutar otak guna mencari mata pencaharian atau sumber pemasukan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di masa pandemi Covid-19.
Salah satu sektor yang banyak dilirik oleh masyarakat Bali yakni sektor pertanian, di mana seperti yang diketahui beberapa wilayah di Bali memiliki potensi serta ciri khas komoditi tanaman yang dikembangkan, misalkan wilayah Kintamani dengan komoditi jeruknya dan Jatiluwih dengan komoditi padi beras merahnya.
Salah satu komoditi khas yang terkenal lainnya, yakni salak di wilayah Karangasem yang dapat menjadi peluang usaha menjanjikan, mengingat keperluan buah masyarakat Hindu di Bali termasuk tinggi untuk sebagai sarana pelengkap hari raya atau peringatan hari suci Hindu lainnya.
Namun sebelum mulai membudidayakan komoditi salak, alangkah baiknya memperhatikan hal-hal berikut, guna memperoleh pohon salak yang sehat serta berkualitas, dan hasil panen yang maksimal.
Ada beberapa hal dasar yang harus diperhatikan dalam mengembangkan komoditi salak ini. Seperti suhu, ketinggian, kelembaban dan kemiringan lahan. “Pohon salak itu sebaiknya dikembangkan pada ketinggian 400 mdpl hingga 1.000 mdpl,” ujar I Ketut Latra, 49, yang merupakan salah satu petani salak yang ada di Banjar Ampo, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, saat ditemui Jumat (26/11/2021) siang.
Selain itu hal penting lainnya yakni keberadaan pohon naungan, seperti pohon dadap dan kaji mas guna membatasi cahaya yang akan diterima oleh pohon salak tersebut. “Pohon salak hanya membutuhkan 60-80 persen cahaya, karena penyerbukan pohon salak yakni penyerbukan klonal tunggal yang memerlukan kelembaban yang tepat,” ujar I Ketut Latra yang juga merupakan Penyuluh Pertanian Swadaya Berprestasi tahun 2015 Kabupaten Karangasem.
Selanjutnya sebelum mulai menanam pohon salak, kebersihan lahan harus sangat diperhatikan terutama kebersihan lahan terhadap gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan dari pohon salak tersebut.
Dalam luas satu hektare lahan, I Ketut Latra mengatakan dapat menanam pohon salak hingga 2.000 pohon, dengan jarak 2,5 meter dari pohon satu dengan pohon lainnya.
“Setelah itu membuat lubang yang ideal panjang dan lebarnya 40 cm, serta kedalaman 40 cm juga,” terangnya.
Ia pun menyarankan dalam mengembangkan komoditi salak, sebaiknya menggunakan pupuk kandang atau pupuk organik yang memiliki fermentasi, unsur hara, serta agen hayati yang baik.
I Ketut Latra. – ARIASA
Jika umur bibit tanaman salak sudah berumur 10 bulan, maka bibit sudah layak ditanam dan memerlukan waktu hingga enam tahun untuk pohon salak dapat menghasilkan buah dengan maksimal. “Pada saat pohon salak berumur empat tahun akan tumbuh yang namanya cabang air. Itu harus dipangkas disertai pemangkasan beberapa pelepah, penggemburan tanah, serta pemupukan satu tahun sekali,” tambah I Ketut Latra.
Lebih jauh I Ketut Latra menjelaskan bahwa pada saat pohon salak berumur enam tahun, lahan sebaiknya diberikan pagar guna menghindari hewan pengganggu tanaman, seperti sapi, babi dan hewan lainnya. “Jadi siapkan biaya untuk pengadaan biaya, serta alat-alat panen seperti sepatu, pelindung tangan, pelindung kepala, karena pohon salak memiliki duri yang banyak agar memudahkan mobilitas saat melakukan panen,” jelasnya.
Apabila syarat-syarat tersebut telah dipenuhi, I Ketut Latra yakin komoditi salak dapat menghasilkan buah dengan baik dengan jumlah yang memuaskan. “Ada dua masa panen, yang pertama panen gadu dan yang kedua panen raya. Panen gadu biasanya berlangsung di bulan Agustus-Oktober, dan panen raya bulan Desember-April,” paparnya.
Ia menambahkan, pada saat panen gadu pohon salak dapat dipanen setiap sembilan hari sekali, sedangkan pada saat panen raya pohon salak dapat dipanen enam atau tiga hari sekali. “Dengan masing-masing pohon berisi lima hingga tujuh buah salak,” ucapnya.
I Ketut Latra pun mengajak masyarakat, terutama para generasi muda yang ada di Bali khususnya Kabupaten Karangasem agar memaksimalkan potensi yang dimiliki di daerahnya masing-masing. Contohnya komoditi salak yang menjadi ciri khas Kabupaten Karangasem. “Dan ini sedang dikembangkan sirup salak, selai salak, cuka salak, wine salak, keripik salak, dan berbagai inovasi lainnya sebagai wujud investasi jangka panjang. Dan antisipasi anjloknya harga buah salak saat panen raya tiba,” tutupnya. *rma
Komentar