Undagi Bade Raih Gelar Profesor Manajemen
Kiprah Tokoh Puri Ubud Tjokorda Gde Raka Sukawati
Salah satu keunikannya, Cok De teruji mengabdiakan diri dalam merawat tradisi, adat, dan budaya Bali.
GIANYAR, NusaBali
Kesungguhan mengabdikan diri di masyarakat dan dunia akademis, menjadikan sosok Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De, salah seorang tokoh Puri Agung Ubud, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, makin matang. Selain dikenal sebagai pengusaha bidang pariwisata serta dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Cok De juga dikenal sebagai undagi Bade Ageng dan pratima pura dan mrajan.
Kabar terbaru, adik kandung dari Pangelingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati ini, telah mendapatkan persetujuan meraih gelar profesor dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim, tertanggal 16 November 2021. Gelar guru besar ini diraih atas pengabdian Cok De sebagai dosen senior di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana. Dosen yang rajin ngayah ke pura pura di Bali, luar Bali, bahkan luar negeri ini, meraih gelar profesor bidang Ilmu Manajemen dari jabatan Lektor Kepala di tempatnya mengajar, FEB Unud, dengan angka kredit 874,07.
Saat dihubungi, Dekan FEB Unud Agoes Ganesha Rahyuda PhD membenarkan kabar tersebut. Dia menyebut Cok De adalah salah seorang dosen FEB Unud senior yang sangat layak meraih jabatan guru besar itu.
Kelayakan dimaksud karena dosen ini tak hanya berhasil memenuhi segala persyaratan formal akademis dari pengabdian penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang diformulasikan dalam bentuk angka kredit. Sebagaimana dalam tradisi akademis, setiap civitas wajib melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni bidang pendidikan/pengajaran, penelitian/pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Menurut Dekan Agoes Ganesha, Cok De juga teruji kepakarannya dalam bidang Ilmu Manajemen hingga sering didaulat tampil menjadi pembicara dalam pelbagai seminar baik tingkat lokal, regional, dan internasional. Dalam banyak kesempatan Cok De kerap melontarkan gagasan cemerlang tentang manajemen. Salah satu konsepnya yang utuh, antara lain,tentang relasi modal ekonomi dan modal sosial budaya untuk mewujudkan kesejahteran masyarakat.
Dalam hal bidang pengabdian masyarakat, Cok De mampu menjadi sosok ganda, yakni mengabdikan diri yang dipolakan oleh civitas akademis. Satu lagi, pengabdian atas keterpanggilan diri sebagai tokoh puri yang selalu taat norma-norma leluhur. Salah satu keunikannya, Cok De teruji mengabdiakan diri dalam merawat tradisi, adat, dan budaya Bali.
Menurut Dekan Agoes Ganesha, tak banyak dosen bisa memadukan pengabdian secara akademis dengan ngayah, yakni sebuah praktik tindak iklhas atas keterpanggilan hati untuk masyarakat dan Ida Betara-batari Sasuhunan.
Pengabdian itu dilakoninya dengan cara intens bersosialisasi pada masyarakat adat di banyak tempat.
Dalam hal seni budaya, Cok De juga salah seorang dosen Ekonomi yang undagi (arsitek) bade dan mahir menggarap pratima untuk di pura atau mrajan. Karya-karya Cok De yang kerap mengundang decak kagum publik yakni Bade Ageng berketinggian di atas 20 meter, termasuk sarana Lembu dan Naga Banda yang gagah dan artistik. Sarana yadnya ini kerap disumbangkan untuk palebon layon (jenasah) dari kalangan puri, sulinggih bahkan para pamangku.
Selama pergulatan di dunia akademis, Dekan Agoes Ganesha mengakui sosok Cok De menjadi salah seorang akademisi sekaligus praktisi ekonomi mumpuni. Sebagai ekonom kampus, tak cukup menguasai teori-teori ekonomi khususnya bidang Manajemen Marketing. Dia juga aktif mempertanggungjawabkan dalil-dalil keilmuwannya. Salah satu caranya, mempraktikkan langsung Ilmu Manajemen dengan membangun dan mengelola hotel di kawasan wisata Ubud. Tiga hotel utama yang dikelolanya yakni Hotel Tjampuhan di pinggir barat Tukad Tjampuhan, Ubud. Dua lagi yakni Hotel Pitamaha dan Hotel The Royal Pitamaha di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud.
Manariknya, Hotel The Royal Pitamaha dibangun dari seni arsitektur ‘bawaan’ dari lahirnya. Karena akademisi sekaligus praktisi perusahaan, penekun tradisi, adat, dan budaya, maka Cok De disebut pantas dijuluki sosok yang komplit. Dekan Agoes Ganesha kini masih menunggu pemberitahuan dari pihak Rektorat Unud, terkait rencana pengukuhan jabatan guru untuk Cok De. Dihubungi terpisah, Cok De membenarkan dirinya telah meraih jabatan guru besar, namun masih menunggu pengukuhan. Dirinya menyampaikan terima kasih kepada civitas akademi FEB Unud dan Kemendikbud Riset dan Tekonologi RI, atas penghargaan itu. Dia mengaku senang karena jabatan ini muncul seiring pengabdian dirinya baik di ranah akademis dan masyarakat yang terus berproses. *lsa
Kabar terbaru, adik kandung dari Pangelingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati ini, telah mendapatkan persetujuan meraih gelar profesor dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim, tertanggal 16 November 2021. Gelar guru besar ini diraih atas pengabdian Cok De sebagai dosen senior di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Udayana. Dosen yang rajin ngayah ke pura pura di Bali, luar Bali, bahkan luar negeri ini, meraih gelar profesor bidang Ilmu Manajemen dari jabatan Lektor Kepala di tempatnya mengajar, FEB Unud, dengan angka kredit 874,07.
Saat dihubungi, Dekan FEB Unud Agoes Ganesha Rahyuda PhD membenarkan kabar tersebut. Dia menyebut Cok De adalah salah seorang dosen FEB Unud senior yang sangat layak meraih jabatan guru besar itu.
Kelayakan dimaksud karena dosen ini tak hanya berhasil memenuhi segala persyaratan formal akademis dari pengabdian penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang diformulasikan dalam bentuk angka kredit. Sebagaimana dalam tradisi akademis, setiap civitas wajib melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni bidang pendidikan/pengajaran, penelitian/pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Menurut Dekan Agoes Ganesha, Cok De juga teruji kepakarannya dalam bidang Ilmu Manajemen hingga sering didaulat tampil menjadi pembicara dalam pelbagai seminar baik tingkat lokal, regional, dan internasional. Dalam banyak kesempatan Cok De kerap melontarkan gagasan cemerlang tentang manajemen. Salah satu konsepnya yang utuh, antara lain,tentang relasi modal ekonomi dan modal sosial budaya untuk mewujudkan kesejahteran masyarakat.
Dalam hal bidang pengabdian masyarakat, Cok De mampu menjadi sosok ganda, yakni mengabdikan diri yang dipolakan oleh civitas akademis. Satu lagi, pengabdian atas keterpanggilan diri sebagai tokoh puri yang selalu taat norma-norma leluhur. Salah satu keunikannya, Cok De teruji mengabdiakan diri dalam merawat tradisi, adat, dan budaya Bali.
Menurut Dekan Agoes Ganesha, tak banyak dosen bisa memadukan pengabdian secara akademis dengan ngayah, yakni sebuah praktik tindak iklhas atas keterpanggilan hati untuk masyarakat dan Ida Betara-batari Sasuhunan.
Pengabdian itu dilakoninya dengan cara intens bersosialisasi pada masyarakat adat di banyak tempat.
Dalam hal seni budaya, Cok De juga salah seorang dosen Ekonomi yang undagi (arsitek) bade dan mahir menggarap pratima untuk di pura atau mrajan. Karya-karya Cok De yang kerap mengundang decak kagum publik yakni Bade Ageng berketinggian di atas 20 meter, termasuk sarana Lembu dan Naga Banda yang gagah dan artistik. Sarana yadnya ini kerap disumbangkan untuk palebon layon (jenasah) dari kalangan puri, sulinggih bahkan para pamangku.
Selama pergulatan di dunia akademis, Dekan Agoes Ganesha mengakui sosok Cok De menjadi salah seorang akademisi sekaligus praktisi ekonomi mumpuni. Sebagai ekonom kampus, tak cukup menguasai teori-teori ekonomi khususnya bidang Manajemen Marketing. Dia juga aktif mempertanggungjawabkan dalil-dalil keilmuwannya. Salah satu caranya, mempraktikkan langsung Ilmu Manajemen dengan membangun dan mengelola hotel di kawasan wisata Ubud. Tiga hotel utama yang dikelolanya yakni Hotel Tjampuhan di pinggir barat Tukad Tjampuhan, Ubud. Dua lagi yakni Hotel Pitamaha dan Hotel The Royal Pitamaha di Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud.
Manariknya, Hotel The Royal Pitamaha dibangun dari seni arsitektur ‘bawaan’ dari lahirnya. Karena akademisi sekaligus praktisi perusahaan, penekun tradisi, adat, dan budaya, maka Cok De disebut pantas dijuluki sosok yang komplit. Dekan Agoes Ganesha kini masih menunggu pemberitahuan dari pihak Rektorat Unud, terkait rencana pengukuhan jabatan guru untuk Cok De. Dihubungi terpisah, Cok De membenarkan dirinya telah meraih jabatan guru besar, namun masih menunggu pengukuhan. Dirinya menyampaikan terima kasih kepada civitas akademi FEB Unud dan Kemendikbud Riset dan Tekonologi RI, atas penghargaan itu. Dia mengaku senang karena jabatan ini muncul seiring pengabdian dirinya baik di ranah akademis dan masyarakat yang terus berproses. *lsa
Komentar