Gede Bagus Pakai Pakaian Adat Bali
Untuk mengikuti kontes menyanyi yang diselenggarakan Badan Perserikatan Bangsa-bangsa, alumni kontes menyanyi X Factor, Gede Bagus Perdana Putra bersama teman-temannya di Sisters in Danger membuat video klip lagu ‘Bersatu’.
Garap Video Klip ‘Bersatu’ untuk PBB
JAKARTA, NusaBali
Dalam video klip tersebut, mereka menggunakan pakaian adat dari sejumlah provinsi. Gede Bagus sendiri berpakaian adat Bali.
"Demi memberikan ciri khas, kami memakai baju adat dari beberapa daerah di Indonesia. Ada dari Kalimantan, Sulawesi dan Minang. Saya pakai pakaian adat Bali," ujar Gede Bagus kepada NusaBali, Senin (6/2).
Gede Bagus mengaku tak kesulitan mengenakan baju adat daerahnya. Ia hanya tinggal memakai kain, udeng dan selendang yang diikatkan di pinggang. Selain kostum, mereka juga memberikan sentuhan etnik pada musiknya. Dari Bali, Gede Bagus masukkan unsur kendang Bali. Selebihnya musik etnik dari Jawa Barat. Pengambilan gambar berlangsung pada 31 Januari hingga 2 Februari di bukit Oray Tapa, Bandung, Jawa Barat.
Selama syuting, sejumlah pengalamanan menarik dirasakan Gede Bagus dan kawan-kawannya. Antara lain, ketika menuju bukit Oray Tapa, sopir taksi yang mereka tumpangi menolak mengantar sampai puncak bukit. Alhasil mereka harus berjalan kaki sampai puncak. Padahal jaraknya sekitar 700 meter, medannya menanjak lagi, sehingga cukup melelahkan.
Namun hal itu tak membuat mereka mundur untuk pengambilan gambar video klip. Apalagi video klip itu untuk diikutsertakan dalam kompetisi bertaraf internasional.
Mereka juga kerap dihadang cuaca yang tidak mendukung, bahkan kerap turun hujan. Akibatnya syuting berhenti sekitar satu sampai dua jam. Padahal pengambilan gambar sudah bagus, tetapi harus di ulang kembali agar memperoleh gambar lebih bagus lagi. "Saat hujan turun, kami berteduh di gubuk kecil. Lumayan seru, gubuk berisikan 50 orang lebih," imbuh Gede Bagus seraya tersenyum. Saat pengambilan gambar api unggun mereka harus begadang. Namun, untuk anak-anak tidak sampai larut malam.
"Dalam pengambilan gambar, kami dibantu 50 orang anak-anak. Pengambilan gambar mereka tidak sampai begadang. Anak-anak datang pas saat dibagian mereka," jelas Gede Bagus. Kini proses pembuatan sudah sampai tahap editing. Setelah itu, mereka kirimkan ke PBB pada 11 Februari mendatang.
Gede Bagus berharap, keikutsertaan ia dan kawan-kawannya menuai hasil bagus. Minimal membawa salah satu predikat gelar juara. Bila mereka masuk nominasi, bakal di undang ke Kanada pada Maret nanti untuk menghadiri pengumuman pemenang. k22
JAKARTA, NusaBali
Dalam video klip tersebut, mereka menggunakan pakaian adat dari sejumlah provinsi. Gede Bagus sendiri berpakaian adat Bali.
"Demi memberikan ciri khas, kami memakai baju adat dari beberapa daerah di Indonesia. Ada dari Kalimantan, Sulawesi dan Minang. Saya pakai pakaian adat Bali," ujar Gede Bagus kepada NusaBali, Senin (6/2).
Gede Bagus mengaku tak kesulitan mengenakan baju adat daerahnya. Ia hanya tinggal memakai kain, udeng dan selendang yang diikatkan di pinggang. Selain kostum, mereka juga memberikan sentuhan etnik pada musiknya. Dari Bali, Gede Bagus masukkan unsur kendang Bali. Selebihnya musik etnik dari Jawa Barat. Pengambilan gambar berlangsung pada 31 Januari hingga 2 Februari di bukit Oray Tapa, Bandung, Jawa Barat.
Selama syuting, sejumlah pengalamanan menarik dirasakan Gede Bagus dan kawan-kawannya. Antara lain, ketika menuju bukit Oray Tapa, sopir taksi yang mereka tumpangi menolak mengantar sampai puncak bukit. Alhasil mereka harus berjalan kaki sampai puncak. Padahal jaraknya sekitar 700 meter, medannya menanjak lagi, sehingga cukup melelahkan.
Namun hal itu tak membuat mereka mundur untuk pengambilan gambar video klip. Apalagi video klip itu untuk diikutsertakan dalam kompetisi bertaraf internasional.
Mereka juga kerap dihadang cuaca yang tidak mendukung, bahkan kerap turun hujan. Akibatnya syuting berhenti sekitar satu sampai dua jam. Padahal pengambilan gambar sudah bagus, tetapi harus di ulang kembali agar memperoleh gambar lebih bagus lagi. "Saat hujan turun, kami berteduh di gubuk kecil. Lumayan seru, gubuk berisikan 50 orang lebih," imbuh Gede Bagus seraya tersenyum. Saat pengambilan gambar api unggun mereka harus begadang. Namun, untuk anak-anak tidak sampai larut malam.
"Dalam pengambilan gambar, kami dibantu 50 orang anak-anak. Pengambilan gambar mereka tidak sampai begadang. Anak-anak datang pas saat dibagian mereka," jelas Gede Bagus. Kini proses pembuatan sudah sampai tahap editing. Setelah itu, mereka kirimkan ke PBB pada 11 Februari mendatang.
Gede Bagus berharap, keikutsertaan ia dan kawan-kawannya menuai hasil bagus. Minimal membawa salah satu predikat gelar juara. Bila mereka masuk nominasi, bakal di undang ke Kanada pada Maret nanti untuk menghadiri pengumuman pemenang. k22
1
Komentar