Kampanyekan Kearifan Lokal Bali di Eropa, Supadma Rudana Undang Delegasi Hadir di Bali pada 2022
Putu Supadma Rudana
Supadma Rudana
BKSAP DPR RI
Pariwisata Bali
Asosiasi Museum Indonesia (AMI)
United Kingdom
David Wayne
DENPASAR,NusaBali.com - Anggota DPR RI Dapil Bali, Putu Supadma Rudana, yang juga Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, mengkampanyekan kearifan lokal dalam kunjungan diplomasi BKSAP DPR RI di sejumlah negara di Eropa.
Supadma Rudana mendapat kesempatan menjadi narasumber di pertemuan antar parlemen dunia di Kota Madrid, Spanyol,, sehingga makin leluasa mengkampanyekan berbagai kearifan lokal di Bali, seperti sistem subak, Nyepi, konsep Tri Hita Karana.
Supadma Rudana menegaskan Bali tidak hanya dikenal dengan keindahan dan destinasi pariwisatanya, tetapi juga terkenal dengan seni, budaya, agama Hindu, dan toleransi yang tinggi di antara masyarakat.
"Toleransi tinggi, dengan konsep Tat Twam Asi (Aku adalah Engkau, Engkau adalah Aku, red), yang membuat Bali menduduki peringkat tertinggi dalam kerukunan umat beragama. Konsep kerukunan dan keharmonisan ini menjadikan Bali makin indah kehidupan masyarakatnya," ujar politisi asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar ini.
Kearifan lokal lainnya yang digeber Supadma Rudana adalah konsep Tri Hita Karana: tiga alasan hidup rukun, yang terdiri dari hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan penciptanya (Tuhan). "Tidak hanya menjadi sumber toleransi antar umat dan agama, tetapi juga menjamin kelestarian lingkungan, dan hubungan spiritual dengan pencipta dan alam semesta dalam konsep Tri Hita Karana," tegas anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Demokrat ini.
Sebagaimana rilis BKSAP DPR RI, Kamis (2/12/2021), disebutkan bahwa forum delegasi diikuti 139 negara. Yang membuat para delegasi memberikan apresiasi, ketika Supadma Rudana menggeber soal perayaan Hari Raya Nyepi.
"Nyepi atau silent day (Hari Hening 24 Jam), yang memperlambat eksploitasi sumber daya alam dan manusia kita ini, tidak ada duanya di dunia. Bumi punya waktu untuk merenung. Orang bermeditasi dan alam semesta sedang melakukan refleksinya," cerita Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia ini.
Kearifan lokal lainnya, menurut Supadma Rudana adalah sistem subak, sistem pengelolaan air atau irigasi tradisional diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO, yang telah dipraktikkan turun-temurun di Bali. "Sejak abad IX, air mengalir dari gunung ke laut melalui sungai, diarahkan oleh gravitasi ke setiap sawah di sepanjang desa. Ini menunjukkan kekuatan mutlak alam semesta untuk bersinergi dengan masyarakat dan penghidupan masyarakat. Organisasi subak ini juga tidak ada duanya di dunia, dan membuat decak kagum delegasi di Eropa," tegas mantan anggota Komisi X DPR RI membidangi pariwisata, adat dan budaya ini.
Sementara terkait dengan pariwisata Bali, Supadma Rudana menyampaikan di hadapan delegasi bahwa Bali dalam masa Pandemi Covid-19 , sangat maksimal mengendalikan dan penanganan Covid-19. Sehingga angka positif Covid-19 di Bali sangat rendah. Keterlibatan masyarakat, desa adat sangat berperan dalam menangani Pandemi Covid-19. "Saya juga mengundang para delegasi untuk hadir dalam pertemuan parlemen dunia di Bali pada 2022 mendatang," kata Supadma Rudana. *nat
Komentar