Disiapkan Strategi Mulai Bali Pintar dan Sehat, Bali Hijau, hingga Bali Kondusif
Untuk Wujudkan Ekonomi Kerthi Bali
DENPASAR, NusaBali
Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru yang diluncurkan Presiden Jokowi, Jumat (3/12) pagi, lengkap dengan Master Plan Ulapan menyasar banyak sektor yang saat ini menjadi persoalan di Bali.
Berbagai strategi pun disiapkan untuk terwujudnya Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru, mulai dari ‘Bali Pintar dan Sehat’, ‘Bali Produktif’, ‘Bali Hijau’, ‘Infrastruktur Terintegrasi’, ‘Bali Smart Island’, hingga ‘Bali Kondusif’
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, secara khusus membedah target sasaran dalam penerapan ‘Ekonomi Kerthi Bali’ di hadapan Presiden Jokowi, Gubernur Bali Wayan Koster, dan sejumlah mentri saat acara peluncuran ‘Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru’ di Three Mountain Bamboo Pavilion, Kura-kura Bali, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat kemarin. Suharso memaparkan, Bappenas telah menyu-sun strategi besar transformasi ekonomi Bali, yang selaras dengan nilai-nilai filosofis kearifan lokal Sad Kerthi.
Menurut Suharso, saat ini bidang kesehatan di Bali memiliki tantangan yang cukup besar, seperti kasus penyakit HIV/AIDS dan TBC yang masih tinggi. Angka kematian bayi di Bali juga masih tinggi, di atas rata-rata nasional.
Kemudian, dalam hal sumber daya manusia (SDM), mayoritas tenaga kerja di Bali masih lulusan SMP ke bawah, sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas. Untuk mengatasinya, kata Suharso, pihaknya menyiapkan strategi ‘Bali Pintar dan Sehat’. "Sehingga nanti Bali akan memiliki SDM yang sehat, cerdas, kuat, dan kreatif, serta memiliki kemampuan inovasi yang tinggi," jelas Suharso.
Terkait dengan produktivitas, kata Suharso, Bali saat ini memiliki tantangan, yakni minimnya penggunaan teknologi di sektor pertanian, terbatasnya keterkaitan rantai pasok komoditas dari hulu hingga hilir. Selain itu, juga terbatasnya keragaman sub sektor industri dan rendahnya industri terhadap ekspor.
Untuk itu, menurut Suharso, akan ada strategi mengatasinya, yakni ‘Bali Produktif’. “Bali akan memiliki tenaga kerja kelas menengah dam pertanian modern menuju Bali Organik, industri hijau berorientasi ekspor, serta pariwisata berkualitas dan berkelanjutan," tandas politisi yang juga Ketua DPP PPP ini.
Menurut Suharso, pengembangan pariwisata berkualitas tersebut juga akan hidup, didukung Master Plan Ulapan yang dikembangkan dengan 3 zonasi. Zonasi pertama, pengembangan produk wisata berbasis keluhuran warisan budaya di Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar. Zona kedua, pengembangan pariwisata berbasis budaya keseharian masyarakat Ubud. Zona ketiga, pengembangan produk wisata berbasis alam dan petualangan.
Suharso menambahkan, Bali saat ini juga menghadapi permasalahan lingkungan, seperti peningkatan emisi, tingginya penggunaan energi non terbarukan, dan masalah pengolahan sampah. Permasalahan tersebut nantinya akan diatasi dengan strategi ‘Bali Hijau’.
Menurut Suharso, Bali saat ini juga mengalami keterbatasan infrastruktur koneksitas dan infrastruktur logistik. Solusi atas masalah ini adalah dengan strategi ‘Infrastruktur Terintegrasi’. "Bali akan menjadi hub logistik, yang bakal menghubungkan Bali dengan pasar domestik dan global," papar politisi PPP lulusan ITB Bangli, satu almamater dengan Gubernur Bali Wayan Koster ini.
Peran digital, menurut Suharso, juga menjadi penting, terutama saat pandemi Coid-19. Tantangan Bali saat ini masih terdapat blankspot internet, tingkat kecepatan jaingan yang rendah, terkonsentrasinya layanan operator seluler di bagian selatan saa. Pemanfaatan layanan internet juga rendah.
Melalui strategi ‘Bali Smart Island’, kata Suharso, Bali akan memiliki 100 persen jaringan prima. "Bali menjadi destinasi start up global, dengan sistem digital terintegrasi, smart lingkungan, dan smart ekonomi," tegas Suharso, yang berama Gubernur Koster sempat sama-sama duduk di Badan Anggaran (Banggar) DPR RI.
Yang terakhir, kata Suharso, untuk mewujudkan ‘Ekonomi Kerthi Bali’ adalah dengan strategi ‘Bali Kondusif’, guna menciptakan kemudahan bagi pelayanan birokrasi yang efisien. Saat ini, intervensi yang sudah dilakukan terhadap Bali, antara lain, dengan pembiayaan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk transformasi persampahan, pembangunan layanan kesehatan di Sanur, bantuan hibah dari pemerintah Swedia, Singapura, dan Amerika Serikat untuk mendukung pembangunan berkeanjutan.
Dengan tranformasi ‘Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru’, kata Suharso, natinya akan membuka lapangan kerja hingga 4 kali lipat, dengan pertumbuhan ekonomi sampai rata-rata 7 persen, dan penurunan angka kemiskinan sampai 0,1 persen. “Kita berharap Ekonomi Kerthi Bali ini bisa menjadi percontohan bagi transformasi ekonomi provinsi-provinsi lainnya di Indonesia," katanya. *nat
1
Komentar