Libatkan Sanggar, Disbud Buleleng Rekonstruksi Kesenian
SINGARAJA, NusaBali
Penyelamatan dan pelestarian kesenian yang hampir punah terus digalakkan Dinas Kebudayaan (Disbud) Buleleng.
Salah satunya dengan merekonstruksi kesenian. Dalam program ini, Disbud melibatkan sejumlah sanggar seni yang produktif.
Terakhir, tahun 2020, Sanggar Seni Suara Mustika tuntas merekonstruksi Tari Legong Buleleng. Kabid Kesenian Disbud Buleleng Wayan Sujana, Jumat (3/12), menjelaskan proses rekonstruksi kesenian yang hampir punah dilakukan pertama kali pada tahun 2016 silam. Sejak rekonstruksi seni tari perdana itu telah menggandeng sanggar seni. Karena Disbud terbatas anggaran, dan juga program penunjang dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) belum tersedia. “Kami berinisiatif bekerja sama dengan sanggar-sanggar produktif di Buleleng untuk program pelestarian ini,” jelas penari topeng ini.
Jelas Sujana, Buleleng punya sejumlah maestro seni yang menelurkan banyak karya seni. Terlebih pada masa kejayaan kesenian Buleleng hingga mengenal kesenian tabuh dan tari versi Dauh Enjung (Buleleng barat) dan Dangin Enjung (Buleleng timur). Namun tidak sedikit kondisinya saat ini hampir punah.
Hingga kini ada 4 tarian nyaris punah dan direkonstruksi sejak tahun 2014. Mulai dari Tari Legong Tombol direkonstruksi dosen ISI Denpasar Ida Ayu Wimba Ruspawati bersama Sanggar Santhi Budaya Buleleng. Tari Legong Kebyar dan Palawakya Dauh Enjung oleh Padepokan Seni Dwi Mekar Singaraja dan Tari Legong Buleleng oleh Sanggar Seni Suara Mustika.
Menurut Sujana, Tari Legong Buleleng merupakan versi kembaran Tari Legong Kebyar (Dangin Enjung). Tari ini mewakili garis seni Dauh Enjung, ciptaan I Ketut Merdana. “Era dulu, seniman di Buleleng berlomba untuk menghasilkan karya. Bahkan satu tarian dibuat dua versi. Seperti Tari Taruna Jaya versi Dangin Enjung dan Tari Wiranjaya versi Dauh Enjung. Begitu pula dengan Tari Legong Kebyar dan Legong Buleleng yang sama-sama mewakili identitas seni Buleleng,” imbuh Sujana.
Dia menyebut rekonstruksi tarian oleh Sanggar Suara Mustika dibantu akademisi Komang Suariati, melalui penari masih hidup saat ini.
Proses rekonstruksi akan terus dilakukan setiap tahun. Dengan itu kesenian yang hampir punah dapat diselamatkan dan diwariskan kepada generasi muda, sekaligus sebagai pendataan. Tahun 2022, Disbud Buleleng akan merekonstruksi Tari Tani, Tari Manyi (memanen padi), yang menggambarkan situasi agraris Buleleng. Rekonstruksi kembali melibatkan sanggar seni yang bersedia mengambil program pelestarian.
Kata Sujana, sanggar seni yang mendukung pelestarian seni, akan mendapatkan dana pementasan pada event bergengsi, seperti Pesta Kesenian Bali (PKB). “Kami mengambil model kerjasama ini dengan sanggar karena keterbatasan anggaran. Kalau rekonstruksi hanya oleh pemerintah, biayanya bisa ratusan juta rupiah. Tetapi kalau dilakukan sanggar, bisa ditekan karena SDM mereka punya dan juga sanggar merupakan organisasi semi provit,” jelas Sujana.*k23
1
Komentar