Erupsi Semeru: 14 Korban Tewas, 56 Luka
Dari 5.205 Warga Terdampak Erupsi, 1.300 Orang Ngungsi
10 warga belum bisa dievakuasi dari Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang karena lokasi sulit dijangkau
LUMAJANG, NusaBali
Bencana erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12) sore, menyebabkan 14 orang tewas dan 56 korban terluka. Selain itu, 5.205 warga dari 8 kecamatan terdampak erupsi, 1.300 orang di antaranya terpaksa mengungsi ke tempat aman.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyebut korban korban tewas akibat erupsi Gunung Semeru yang mencapai 14 orang itu adalah data hingga Minggu (5/12) sore pukul 15.30 WIB. "Sampai saat ini ada 14 orang meninggal dunia, tambah satu dari sejam tadi. Berapa-berapanya, kira-kira masih kita cari terus," ujar Suharyanto dalam Konferensi Pers bersama Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, di Stadion Pasirian Lumajang, Minggu sore.
Dari 14 korban tewas tersebut, baru 2 orang yang sudah berhasil diidentifikasi. Keduanya berasal dari kawasan Curah Kobokan dan Kubuan di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Selain 14 korban tewas, bencana erupsi Gunung Semeru ini juga menyebabkan 56 orang terluka.
Dari jumlah itu, 35 orang di antaranya luka berat, sementara sisanya 21 orang luka ringan.Korban luka berat masing-masing dirawat di RS Dr Haryoto sebanyak 8 orang, di RSUD Pasirian (16 orang), di RS Bhayangkara (3 orang), dan Puskesmas Penanggal (8 orang).
Suharyanto mengatakan, jumlah warga terdampak erupsi yang mengungsi sampai kemarin sore pukul 15.30 WIB, mencaai 1.300 orang. Mereka mengungsi tersebar di beberapa titik. "Untuk pengungsi, kami pastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi, tempatnnya juga," papar Suharyanto.
Menurut mantan Pangdam V/Brawijaya ini, Panglima TNI sudah menyiapkan tempat pengungsian juga, yakni di Batalyon 27. "Di sana ada tempat aula yang representatif, nanti sekelompok pengungsi yang kampungnya tertimbun akan direlokasi ke sana. Selain itu, kami terus mencari kelompok pengungsi yang terisolir, apakah ada yang meninggal atau tidak," katanya.
Jumlah warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru juga terus bertambah. Menurut Plt Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, 5.205 warga yang terdampak erupsi terdiri dari masyarakat yang terdampak awan panas dan guguran di 2 kecamatan serta terdampak debu vulkanik di 8 kecamatan. Dari 5.205 warga terdampak itu, 1.300 orang di antaranya mengungsi ke tempat aman.
"Dari ribuan warga yang terdampak erupsi, masih ada 9 orang yang saat ini dalam proses pendataan status korban, apakah hilang atau korban meninggal. Ini masih dalam pendataan,” jelas Abdul Muhari dikutip detikcom kemarin sore.
Sementara, Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati, mengatakan masih ada 10 warga yang belum bisa dievakuasi dari dusun yang terdampak letusan Gunung Semeru. Mereka tinggal di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
Menurut Indah, petugas kesulitan mengevakuasi 10 warga dari Dusun Curah Kobokan, karena jalur menuju kawasan ini susah dilalui kendaraan. "Ada 10 orang masih belum bisa dievakuasi karena lokasinya agak sulit, mobil tidak masuk karena lumpur sampai lutut," jelas Indah dikutip Antara, Minggu kemarin.
Menurut Indah, petugas berusaha mengevakuasi warga dari Curah Kobokan de-ngan bantuan komunitas pengguna Jeep. Pihaknya berharap BNPB mengerahkan helikopter untuk mengevakuasi warga dari daerah yang sulit dijangkau dari jalur darat.
Indah menyebutkan, ada 300 warga dari Curah Kobokan yang sudah mengungsi ke Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Sebab, sebagian besar rumah warga di sini rusak akibat awan panas guguran Gunung Semeru. "Bahkan, hampir semua rumah di Dusun Curah Kobokan hancur, sebagian besar (warganya) mengungsi di Balai Desa Penanggal," kata Indah.
Sementara, dari 14 korban tewas akibat erupsi Gunung Semeru, 2 orang di an-taranya adalah ibu dan anaknya. Kedua korban ditemukan tewas tertimbun abu vulkanik dalam kondisi saling berpelukan, di kawasam Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
Jenazah ibu dan anaknya ini pertama kali ditemukan oleh relawan Garda Pemuda (GP) Baret Nasdem Jember, yang ikut dalam proses evakuasi bersama TRC BPBD Jember. Lokasi korban berada di dalam rumah yang atapnya sudah hancur dan pondasi tertimbun abu vulkanik. Kedua korban sudag dievakuasi, Minggu pagi pukul 06.30 Wita.
Belum diketahui terkait identitas kedua korban. Diduga kuat, kedua korban saat itu bermaksud untuk menyelamatkan diri dari guguran awan panas Semeru. Saat ditemukan, jasad korban tertimbun pasir debu abu vulkanik setebal 2 meter. Relawan awalnya menemukan korban hanya bagian telapak tangannya yang berada di permukaan pasir.
Menurut kata Ketua Tim SRU 1 Relawan Baret NasDem Jember, Raditya, timnya datang ke lokasi atas atas permintaan seorang kakek yang panik minta pertolongan menyelamatkan anak dan cucunya. "Saat itu, si kakek (teriak) histeris. Iki putuku mas, iki putuku (ini cucuku mas, ini cucuku),” teriak si kakek ditirukan Raditya.
Perempuan yang merupakan anak dari kakek tadi berusia 25-30 tahun. Sedangkan cucu si kakek atau dari perempuan tadi, masih balita, ditemkan dalam posisi digendong ibunya. “Tidak bisa dikenali, kulitnya banyak terkelupas. Hanya diketahui dari pakaian sobek dan warnanya. Posisi awal ditemukan di bawah tumpukan pasir," papar Raditya.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mendatangi Lumajang, Minggu kemarin, untuk memetakan alur sungai jalan lahar dingin dari Gunung Semeru. Jenderal Andika tiba di Stadion Pasirian menggunakan helikopter. Ke-mudian, dia menggelar rapat terbatas dengan Kepala BNPB Letnan TNI Suharyanto, jajaran Forkopimda Jatim beserta Forkopimda Lumajang di Kantor Kecamatan Pasirian. Setelah rapat terbatas, Andika bersama Suharyanto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, dan Bupati Lumajang Thoriqul Haq melihat alur sungai lahar dingin Gunung Semeru menggunakan helikopter.
Menurut Andika, dirinya telah melihat secara spesifik aliran lahar dingin dari Gunung Semeru. "Saya beserta Bu Gubernur, Kepala BNPB, Kapolda Jatim, rombongan Forkopimda baru saja secara spesifik melihat sebetulnya daerah mana yang memungkinkan lebih bagus dijadikan tempat menampung pengungsi," katanya. "Jalur yang kita pakai relatif mudah, jalur aliran lahar dingin karena warnanya putih tadi. Dan, titik tandanya tadi dari Lumajang ada di Jembatan Gladak Perak. Kita lihat batas terbawah material yang keluar dan berhenti," lanjut mantan KSAD ini.
Andika menjelaskan, penanganan dampak awan panas guguran Gunung Semeru harus dilakukan dari dua sisi, yakni Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.
TNI sendiri akan mengirim sejumlah alat berat untuk membantu proses evakuasi korban dan warga. "Saya hanya bicara kapasitas saja, jadi alat berat yang saya tadi dorong dari dua kabupaten. Yakni alat berat dari Pasuruan nanti paling mentok ke sisi Lumajang Jembatan Gladak Perak. Jadi, aset alat berat yang kita dorong ini dari Batalyon Zipur 10 Kostrad Pasuruan," tegas Andika.
Di sisi lain, BNPB telah mengirimkan sejumlah bantuan logistik untuk korban erupsi Gunung Semeru. Bantuan tersebut berupa sembako hingga sandang. Pengiriman bantuan tersebut dilakukan sejak Sabtu.
"Adapun bantuan yang diberikan antara lain makanan siap saji 1.374 paket, lauk pauk 1.377 paket, selimut 2.000 lembar, matras 900 lembar, masker KF 94 20.000 pcs, serta 2 unit tenda pengungsi. Total seluruh bantuan yang diberikan senilai Rp. 1.149,189.300," ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari. *
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyebut korban korban tewas akibat erupsi Gunung Semeru yang mencapai 14 orang itu adalah data hingga Minggu (5/12) sore pukul 15.30 WIB. "Sampai saat ini ada 14 orang meninggal dunia, tambah satu dari sejam tadi. Berapa-berapanya, kira-kira masih kita cari terus," ujar Suharyanto dalam Konferensi Pers bersama Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, di Stadion Pasirian Lumajang, Minggu sore.
Dari 14 korban tewas tersebut, baru 2 orang yang sudah berhasil diidentifikasi. Keduanya berasal dari kawasan Curah Kobokan dan Kubuan di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Selain 14 korban tewas, bencana erupsi Gunung Semeru ini juga menyebabkan 56 orang terluka.
Dari jumlah itu, 35 orang di antaranya luka berat, sementara sisanya 21 orang luka ringan.Korban luka berat masing-masing dirawat di RS Dr Haryoto sebanyak 8 orang, di RSUD Pasirian (16 orang), di RS Bhayangkara (3 orang), dan Puskesmas Penanggal (8 orang).
Suharyanto mengatakan, jumlah warga terdampak erupsi yang mengungsi sampai kemarin sore pukul 15.30 WIB, mencaai 1.300 orang. Mereka mengungsi tersebar di beberapa titik. "Untuk pengungsi, kami pastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi, tempatnnya juga," papar Suharyanto.
Menurut mantan Pangdam V/Brawijaya ini, Panglima TNI sudah menyiapkan tempat pengungsian juga, yakni di Batalyon 27. "Di sana ada tempat aula yang representatif, nanti sekelompok pengungsi yang kampungnya tertimbun akan direlokasi ke sana. Selain itu, kami terus mencari kelompok pengungsi yang terisolir, apakah ada yang meninggal atau tidak," katanya.
Jumlah warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru juga terus bertambah. Menurut Plt Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, 5.205 warga yang terdampak erupsi terdiri dari masyarakat yang terdampak awan panas dan guguran di 2 kecamatan serta terdampak debu vulkanik di 8 kecamatan. Dari 5.205 warga terdampak itu, 1.300 orang di antaranya mengungsi ke tempat aman.
"Dari ribuan warga yang terdampak erupsi, masih ada 9 orang yang saat ini dalam proses pendataan status korban, apakah hilang atau korban meninggal. Ini masih dalam pendataan,” jelas Abdul Muhari dikutip detikcom kemarin sore.
Sementara, Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati, mengatakan masih ada 10 warga yang belum bisa dievakuasi dari dusun yang terdampak letusan Gunung Semeru. Mereka tinggal di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
Menurut Indah, petugas kesulitan mengevakuasi 10 warga dari Dusun Curah Kobokan, karena jalur menuju kawasan ini susah dilalui kendaraan. "Ada 10 orang masih belum bisa dievakuasi karena lokasinya agak sulit, mobil tidak masuk karena lumpur sampai lutut," jelas Indah dikutip Antara, Minggu kemarin.
Menurut Indah, petugas berusaha mengevakuasi warga dari Curah Kobokan de-ngan bantuan komunitas pengguna Jeep. Pihaknya berharap BNPB mengerahkan helikopter untuk mengevakuasi warga dari daerah yang sulit dijangkau dari jalur darat.
Indah menyebutkan, ada 300 warga dari Curah Kobokan yang sudah mengungsi ke Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Sebab, sebagian besar rumah warga di sini rusak akibat awan panas guguran Gunung Semeru. "Bahkan, hampir semua rumah di Dusun Curah Kobokan hancur, sebagian besar (warganya) mengungsi di Balai Desa Penanggal," kata Indah.
Sementara, dari 14 korban tewas akibat erupsi Gunung Semeru, 2 orang di an-taranya adalah ibu dan anaknya. Kedua korban ditemukan tewas tertimbun abu vulkanik dalam kondisi saling berpelukan, di kawasam Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.
Jenazah ibu dan anaknya ini pertama kali ditemukan oleh relawan Garda Pemuda (GP) Baret Nasdem Jember, yang ikut dalam proses evakuasi bersama TRC BPBD Jember. Lokasi korban berada di dalam rumah yang atapnya sudah hancur dan pondasi tertimbun abu vulkanik. Kedua korban sudag dievakuasi, Minggu pagi pukul 06.30 Wita.
Belum diketahui terkait identitas kedua korban. Diduga kuat, kedua korban saat itu bermaksud untuk menyelamatkan diri dari guguran awan panas Semeru. Saat ditemukan, jasad korban tertimbun pasir debu abu vulkanik setebal 2 meter. Relawan awalnya menemukan korban hanya bagian telapak tangannya yang berada di permukaan pasir.
Menurut kata Ketua Tim SRU 1 Relawan Baret NasDem Jember, Raditya, timnya datang ke lokasi atas atas permintaan seorang kakek yang panik minta pertolongan menyelamatkan anak dan cucunya. "Saat itu, si kakek (teriak) histeris. Iki putuku mas, iki putuku (ini cucuku mas, ini cucuku),” teriak si kakek ditirukan Raditya.
Perempuan yang merupakan anak dari kakek tadi berusia 25-30 tahun. Sedangkan cucu si kakek atau dari perempuan tadi, masih balita, ditemkan dalam posisi digendong ibunya. “Tidak bisa dikenali, kulitnya banyak terkelupas. Hanya diketahui dari pakaian sobek dan warnanya. Posisi awal ditemukan di bawah tumpukan pasir," papar Raditya.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mendatangi Lumajang, Minggu kemarin, untuk memetakan alur sungai jalan lahar dingin dari Gunung Semeru. Jenderal Andika tiba di Stadion Pasirian menggunakan helikopter. Ke-mudian, dia menggelar rapat terbatas dengan Kepala BNPB Letnan TNI Suharyanto, jajaran Forkopimda Jatim beserta Forkopimda Lumajang di Kantor Kecamatan Pasirian. Setelah rapat terbatas, Andika bersama Suharyanto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, dan Bupati Lumajang Thoriqul Haq melihat alur sungai lahar dingin Gunung Semeru menggunakan helikopter.
Menurut Andika, dirinya telah melihat secara spesifik aliran lahar dingin dari Gunung Semeru. "Saya beserta Bu Gubernur, Kepala BNPB, Kapolda Jatim, rombongan Forkopimda baru saja secara spesifik melihat sebetulnya daerah mana yang memungkinkan lebih bagus dijadikan tempat menampung pengungsi," katanya. "Jalur yang kita pakai relatif mudah, jalur aliran lahar dingin karena warnanya putih tadi. Dan, titik tandanya tadi dari Lumajang ada di Jembatan Gladak Perak. Kita lihat batas terbawah material yang keluar dan berhenti," lanjut mantan KSAD ini.
Andika menjelaskan, penanganan dampak awan panas guguran Gunung Semeru harus dilakukan dari dua sisi, yakni Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.
TNI sendiri akan mengirim sejumlah alat berat untuk membantu proses evakuasi korban dan warga. "Saya hanya bicara kapasitas saja, jadi alat berat yang saya tadi dorong dari dua kabupaten. Yakni alat berat dari Pasuruan nanti paling mentok ke sisi Lumajang Jembatan Gladak Perak. Jadi, aset alat berat yang kita dorong ini dari Batalyon Zipur 10 Kostrad Pasuruan," tegas Andika.
Di sisi lain, BNPB telah mengirimkan sejumlah bantuan logistik untuk korban erupsi Gunung Semeru. Bantuan tersebut berupa sembako hingga sandang. Pengiriman bantuan tersebut dilakukan sejak Sabtu.
"Adapun bantuan yang diberikan antara lain makanan siap saji 1.374 paket, lauk pauk 1.377 paket, selimut 2.000 lembar, matras 900 lembar, masker KF 94 20.000 pcs, serta 2 unit tenda pengungsi. Total seluruh bantuan yang diberikan senilai Rp. 1.149,189.300," ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari. *
1
Komentar