Luncurkan Album Bali Kumara Generasi 8
Sanggar Seni Cressendo Bali Griya Musika Sukawati Sanggar Seni Cressendo Bali Griya Musika Sukawati
Konsisten suguhkan lagu anak-anak berbahasa Bali Alus, sarat pesan pelestarian budaya Bali
GIANYAR, NusaBali
Sanggar Seni Cressendo Bali Griya Musika Sukawati luncurkan album Bali Kumara Generasi 8. Sanggar yang berdiri sejak 10 Februari 2007 ini konsisten menyuguhkan lagu anak-anak berbahasa Bali alus. Setiap lagu mengandung makna pelestarian adat budaya Bali. Lagu Bali Kumara 8 ini diciptakan untuk menanamkan nilai-nilai anak Bali sebagai pewaris jagat Bali. Turut serta ambil andil dalam pelaksanaan program visi misi Gubernur Bali Wayan Koster 'Nangun Sat Kerthi Loka Bali, berkepribadian dalam kebudayaan demi tercapainya kebahagiaan sekala lan niskala.
Pemilik Sanggar, I Komang Darmayuda menjelaskan Bali Kumara 8 sempat tertunda karena dampak pandemi Covid-19. Dari rencana launching 8 Agustus 2021, harus mundur setahun. Padahal proses syuting video klip sudah rampung dikerjakan akhir bulan Mei. "Awal merebaknya Covid, kita sempat diam semua. Apa lanjut atau tidak, kita pilih menunda sampai situasi kondusif," jelas Komang Darmayuda saat jumpa media dan nonton bareng video klip Bali Kumara 8 di Warung Jambe Boga Sari, Jalan Pura Dalem Tegaltamu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Minggu (5/12).
Begitu kasus covid mulai melandai, para orangtua dan anak-anak kembali bersemangat. Peluncuran album akan digelar melalui Pagelaran Budaya Maha Karya Bali Kumara 8 yang dikemas secara spektakuler pada Sabtu (11/12) sore di Hongkong Garden, Denpasar. Pagelaran dirancang menerapkan standar protokol kesehatan. Acara akan dipandu oleh Ayu Saraswati dan Made Sukadana Karang. Menampilkan tari kebesaran Bali Kumara yang digarap oleh Seniman akademisi jebolan ISI Denpasar Putu Agus Hariana SSn.
Ada 18 Anak-anak yang memperkuat Bali Kumara Generasi 8. Mereka berasal dari seluruh belahan gumi Bali, seperti Singaraja, Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, Klungkung dan Karangasem. Diantaranya : Kadek Fiona Evangelia Aolani Haryantho siswi SDN 5 Kawan Bangli dengan judul lagu Sesuluh Bungan Tunjung; I Gusti Ayu Satua Rani Daniswari Bagya siswi SMPN 3 Denpasar judul lagu Biang Sasuluh Tityang. "Gek Rani merupakan salah satu penyanyi berprestasi yang Juara I Bintang Pop Bali TVRI. Ikut kompetisi nasional masuk 10 besar dan sedang berproses di ajang Bali Internasional Choir Festival secara virtual yang pesertanya dari seluruh dunia," jelas Darmayuda.
Selanjutnya ada Ida Ayu Mas Kayika Widyantari siswi SMPN 1 Abiansemal judul lagu Ayuning Bhuana; Ayu Firsty Charisa Purna Dewi siswi SD Bhaktivedantha Dharma School Denpasar judul lagu Penganggo Anyar; Ni Komang Vivi Artha Nugraha Putri siswi SD Saraswati 4 Denpasar judul lagu Sasih Kapat; Desta siswa SMPN 2 Ubud judul lagi Pahlawan Bali Dwipa; Ida Ayu Wulan Pradnyani Dewi siswi SMPN 1 Denpasar judul lagu Rikalaning Gering Agung; Ni Ketut Nadila Putri Pradnya Paramita siswi SMPN 8 Denpasar judul lagu Sangkaning Tresnan Meme lan Bapa; Kadek Milano Jaysan Devara siswa SD Ana Celuk Sukawati judul lagu Raka lan Rai; Putu Ananda Khrisna Putra siswa SMPN 2 Banjar judul lagu Asta Brata; Dewa Ayu Made Esa Guna Pratiwi siswi SMAN 1 Kerambitan judul lagu olas asih; Ni Kadek Pradnya Putri Utami siswi SMPN 3 Denpasar judul lagu Supraba Dutha; Ni Putu Acilla Samitha Semarang siswi SD Saraswati Sukawati judul lagu Kangen Rerama; Putu Fiore Kemudahan Arta Putri siswi SMPN 3 Ubud judul lagu Meme Bapa Sayang; Ni Putu Cintya Pita Antariputri siswi SMPN 1 Bangli judul lagu Ahimsa; Ni Putu Ayu Grace Putri Ardana siswi SMPN 1 Bangli judul lagu Nyuluhin Raga; Ida Bagus Ananta Diva siswa SDN 1 Banyuasri Singaraja judul lagu Panugrahan Ibu Pertiwi, serta Ni Kadek Arinda Putri siswi SMPN 1 Banjarangkan Klungkung dengan judul lagu Maha Dewa.
Lagu-lagu yang sarat pesan pelestarian budaya, alam Bali, serta bakti terhadap orangtua ini diciptakan oleh pencipta lagu kenamaan seperti I Komang Darmayuda sendiri, Komang Raka, Gus Saka, dan I Komang Wahyu Prasetya. Dibantu pembuat lirik Luh Siartini yang tak lain adalah istri Komang Darmayuda.
Hasil video klip yang apik kental dengan nuansa Bali juga tak lepas dari peran legendaris penyanyi lagu pop Bali 3 jaman Yong Sagita bersama Yasa Sega dengan penggarap musik maestronya musik pop Bali seperti Dek Artha, Dewa Sujana Punk Kwala Band, Komang Raka dan Putu Lu kita Wiweka. "Harapan musik Bali Kumara 8 lebih megah dengan masuknya unsur orkestrasi tetap dibalut dengan etnik Bali," jelas Darmayuda.
Keberhasilan Bali Kumara 8 ini juga tak lepas dari peran para orangtua anak-anak yang mendukung secara moril, spiritual maupun materiil. "Semangat dan pandangan orangtua terhadap seni dan budaya Bali sejalan dengan semangat visi misi kami," jelas Dosen Seni Musik ISI Denpasar ini.
Visi misi yang dimaksud yakni mengajak anak-anaknya untuk mencintai bahasa Bali sebagai bahasa ibu. Memperkenalkan dan menanamkan nilai budaya dan kearifan lokal Bali pada generasi muda sejak dini. "Dengan dibentengi nilai kearifan lokal Bali, kami yakin mereka tidak terombang ambing dan tidak mudah dihanyutkan oleh arus globalisasi," ujar Komang Darmayuda. Terbukti pula, alumni dari Sanggar Musik ini sebagian besar berhasil menorehkan prestasi di bidang tarik suara baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Khususnya setiap ajang FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional).
Dalam balutan tema kearifan lokal Bali, Komang Darmayuda ingin menekankan pelestarian budaya pada anak-anak Bali. "Kadang anak Bali tidak mengerti Bali. Yang mereka tahu, super hero itu sebatas power rangers dan teman-temannya. Padahal Bali punya tokoh pewayangan yang luar biasa seperti, Bisma, Rama, Dewi Supraba. Lewat lirik lagu, kita berusaha mengedukasi anak-anak, sehingga mereka suka bahasa Bali," jelasnya. Selain itu, lagu Bali Kumara 8 juga mengkritisi situasi kekinian seperti bakti kepada orangtua, kerukunan bersaudara, hingga gering agung Covid-19. "Rikalaning Gering Agung, terinspirasi dari suasana covid di Bali, akan jadi catatan peristiwa covid, menjadi inspirasi juga pada lagu daerah Bali. Bahwa ada ciri gering agung yang diyakini oleh para tetua kita dulu. Misalnya munculnya Bintang Kukus, gempa di sasih Kesanga, sampai ada kejadian Gelung Agung Pura Agung Besakih runtuh tersambar petir. Itu ibaratkan mahkotanya Bali yang jatuh, ciri tidak bagus," jelasnya. Darmayuda berharap lagu Bali Kumara ini dapat menebalkan keyakinan anak muda Bali untuk mencintai bahasa daerah, bahasa Bali. Memahami budaya dan kearifan lokal. "Bangga menjadi orang Bali," ujarnya.
Salah satu penyanyi terkecil usia 8 tahun, Ni Putu Acilla Samitaha Semara mengaku tertarik menyanyi lagu Bali karena merasa sebagai anak Bali. "Acilla di rumah biasa berbahasa Indonesia, sulit berbahasa Bali. Tapi setelah gabung di Bali Kumara, akhirnya bisa. Senang dengar lagu Bali, terutama saat bagian reff," ujarnya.*nvi
Pemilik Sanggar, I Komang Darmayuda menjelaskan Bali Kumara 8 sempat tertunda karena dampak pandemi Covid-19. Dari rencana launching 8 Agustus 2021, harus mundur setahun. Padahal proses syuting video klip sudah rampung dikerjakan akhir bulan Mei. "Awal merebaknya Covid, kita sempat diam semua. Apa lanjut atau tidak, kita pilih menunda sampai situasi kondusif," jelas Komang Darmayuda saat jumpa media dan nonton bareng video klip Bali Kumara 8 di Warung Jambe Boga Sari, Jalan Pura Dalem Tegaltamu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Minggu (5/12).
Begitu kasus covid mulai melandai, para orangtua dan anak-anak kembali bersemangat. Peluncuran album akan digelar melalui Pagelaran Budaya Maha Karya Bali Kumara 8 yang dikemas secara spektakuler pada Sabtu (11/12) sore di Hongkong Garden, Denpasar. Pagelaran dirancang menerapkan standar protokol kesehatan. Acara akan dipandu oleh Ayu Saraswati dan Made Sukadana Karang. Menampilkan tari kebesaran Bali Kumara yang digarap oleh Seniman akademisi jebolan ISI Denpasar Putu Agus Hariana SSn.
Ada 18 Anak-anak yang memperkuat Bali Kumara Generasi 8. Mereka berasal dari seluruh belahan gumi Bali, seperti Singaraja, Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, Klungkung dan Karangasem. Diantaranya : Kadek Fiona Evangelia Aolani Haryantho siswi SDN 5 Kawan Bangli dengan judul lagu Sesuluh Bungan Tunjung; I Gusti Ayu Satua Rani Daniswari Bagya siswi SMPN 3 Denpasar judul lagu Biang Sasuluh Tityang. "Gek Rani merupakan salah satu penyanyi berprestasi yang Juara I Bintang Pop Bali TVRI. Ikut kompetisi nasional masuk 10 besar dan sedang berproses di ajang Bali Internasional Choir Festival secara virtual yang pesertanya dari seluruh dunia," jelas Darmayuda.
Selanjutnya ada Ida Ayu Mas Kayika Widyantari siswi SMPN 1 Abiansemal judul lagu Ayuning Bhuana; Ayu Firsty Charisa Purna Dewi siswi SD Bhaktivedantha Dharma School Denpasar judul lagu Penganggo Anyar; Ni Komang Vivi Artha Nugraha Putri siswi SD Saraswati 4 Denpasar judul lagu Sasih Kapat; Desta siswa SMPN 2 Ubud judul lagi Pahlawan Bali Dwipa; Ida Ayu Wulan Pradnyani Dewi siswi SMPN 1 Denpasar judul lagu Rikalaning Gering Agung; Ni Ketut Nadila Putri Pradnya Paramita siswi SMPN 8 Denpasar judul lagu Sangkaning Tresnan Meme lan Bapa; Kadek Milano Jaysan Devara siswa SD Ana Celuk Sukawati judul lagu Raka lan Rai; Putu Ananda Khrisna Putra siswa SMPN 2 Banjar judul lagu Asta Brata; Dewa Ayu Made Esa Guna Pratiwi siswi SMAN 1 Kerambitan judul lagu olas asih; Ni Kadek Pradnya Putri Utami siswi SMPN 3 Denpasar judul lagu Supraba Dutha; Ni Putu Acilla Samitha Semarang siswi SD Saraswati Sukawati judul lagu Kangen Rerama; Putu Fiore Kemudahan Arta Putri siswi SMPN 3 Ubud judul lagu Meme Bapa Sayang; Ni Putu Cintya Pita Antariputri siswi SMPN 1 Bangli judul lagu Ahimsa; Ni Putu Ayu Grace Putri Ardana siswi SMPN 1 Bangli judul lagu Nyuluhin Raga; Ida Bagus Ananta Diva siswa SDN 1 Banyuasri Singaraja judul lagu Panugrahan Ibu Pertiwi, serta Ni Kadek Arinda Putri siswi SMPN 1 Banjarangkan Klungkung dengan judul lagu Maha Dewa.
Lagu-lagu yang sarat pesan pelestarian budaya, alam Bali, serta bakti terhadap orangtua ini diciptakan oleh pencipta lagu kenamaan seperti I Komang Darmayuda sendiri, Komang Raka, Gus Saka, dan I Komang Wahyu Prasetya. Dibantu pembuat lirik Luh Siartini yang tak lain adalah istri Komang Darmayuda.
Hasil video klip yang apik kental dengan nuansa Bali juga tak lepas dari peran legendaris penyanyi lagu pop Bali 3 jaman Yong Sagita bersama Yasa Sega dengan penggarap musik maestronya musik pop Bali seperti Dek Artha, Dewa Sujana Punk Kwala Band, Komang Raka dan Putu Lu kita Wiweka. "Harapan musik Bali Kumara 8 lebih megah dengan masuknya unsur orkestrasi tetap dibalut dengan etnik Bali," jelas Darmayuda.
Keberhasilan Bali Kumara 8 ini juga tak lepas dari peran para orangtua anak-anak yang mendukung secara moril, spiritual maupun materiil. "Semangat dan pandangan orangtua terhadap seni dan budaya Bali sejalan dengan semangat visi misi kami," jelas Dosen Seni Musik ISI Denpasar ini.
Visi misi yang dimaksud yakni mengajak anak-anaknya untuk mencintai bahasa Bali sebagai bahasa ibu. Memperkenalkan dan menanamkan nilai budaya dan kearifan lokal Bali pada generasi muda sejak dini. "Dengan dibentengi nilai kearifan lokal Bali, kami yakin mereka tidak terombang ambing dan tidak mudah dihanyutkan oleh arus globalisasi," ujar Komang Darmayuda. Terbukti pula, alumni dari Sanggar Musik ini sebagian besar berhasil menorehkan prestasi di bidang tarik suara baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Khususnya setiap ajang FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional).
Dalam balutan tema kearifan lokal Bali, Komang Darmayuda ingin menekankan pelestarian budaya pada anak-anak Bali. "Kadang anak Bali tidak mengerti Bali. Yang mereka tahu, super hero itu sebatas power rangers dan teman-temannya. Padahal Bali punya tokoh pewayangan yang luar biasa seperti, Bisma, Rama, Dewi Supraba. Lewat lirik lagu, kita berusaha mengedukasi anak-anak, sehingga mereka suka bahasa Bali," jelasnya. Selain itu, lagu Bali Kumara 8 juga mengkritisi situasi kekinian seperti bakti kepada orangtua, kerukunan bersaudara, hingga gering agung Covid-19. "Rikalaning Gering Agung, terinspirasi dari suasana covid di Bali, akan jadi catatan peristiwa covid, menjadi inspirasi juga pada lagu daerah Bali. Bahwa ada ciri gering agung yang diyakini oleh para tetua kita dulu. Misalnya munculnya Bintang Kukus, gempa di sasih Kesanga, sampai ada kejadian Gelung Agung Pura Agung Besakih runtuh tersambar petir. Itu ibaratkan mahkotanya Bali yang jatuh, ciri tidak bagus," jelasnya. Darmayuda berharap lagu Bali Kumara ini dapat menebalkan keyakinan anak muda Bali untuk mencintai bahasa daerah, bahasa Bali. Memahami budaya dan kearifan lokal. "Bangga menjadi orang Bali," ujarnya.
Salah satu penyanyi terkecil usia 8 tahun, Ni Putu Acilla Samitaha Semara mengaku tertarik menyanyi lagu Bali karena merasa sebagai anak Bali. "Acilla di rumah biasa berbahasa Indonesia, sulit berbahasa Bali. Tapi setelah gabung di Bali Kumara, akhirnya bisa. Senang dengar lagu Bali, terutama saat bagian reff," ujarnya.*nvi
1
Komentar