KTT G20 Akan Timbulkan Efek Berganda
Terhadap Perekonomian Secara Nasional, Terutama Bali
MANGUPURA, NusaBali
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves, Odo RM Manuhutu mengatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia akan menimbulkan efek berganda bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi Bali.
"Efek tersebut dapat dirasakan langsung dan tidak langsung baik dari segi ekonomi, sosial, dan juga politik," ujar Odo RM Manuhutu saat kegiatan media briefing KTT G20 yang diselenggarakan Biro Komunikasi Kemenko Marves di Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu (11/12). Dia mengatakan salah satu dampak yang langsung dirasakan adalah meningkatkan industri lokal sehingga dapat memasarkan produknya lebih luas kepada delegasi yang datang di KTT G20.
Secara nasional, penyelenggaraan KTT G20 di Indonesia juga dapat meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia. "Dampak positif yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat itu diharapkan dapat sejalan dengan tema KTT G20 yang diusung yaitu, Recover Together, Recover Stronger," katanya.
Manuhutu menambahkan KTT G20 bukan hanya memberikan manfaat untuk saat sekarang, melainkan jauh ke depan. Menurut dia, jika perhelatan IMF World Bank pada tahun 2018 dampaknya adalah lebih dari Rp 1,5 triliun, sementara KTT G20 ini akan lebih besar lagi. "Kenapa? karena negara-negara yang hadir adalah negara yang menguasai GDP (Gross Domestic Product) dunia. Kedua, negara-negara ini adalah the most powerful nation in the world. Pada G20 ini ada 5 negara yang memiliki senjata nuklir. Maka dari aspek ekonominya kuat dan politiknya juga kuat," beber Manuhutu.
Menurutnya, lebih dari 150 pertemuan akan diselenggarakan pada rangkaian agenda KTT G20 di Indonesia mulai 1 Desember 2021 hingga awal November 2022 mendatang. "Jadi selama satu tahun ke depan ini akan ada 150 lebih meeting di berbagai tempat di Indonesia. Nanti ada 18 kota, tapi nanti puncaknya di Bali," ungkapnya.
Secara detail, tiga isu strategis yang akan dibahas adalah transformasi digital, kesehatan, serta proses pemulihan dunia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Diharapkan melalui KTT G20 tahun 2022 ini dapat memulihkan kondisi ekonomi di Indonesia.
Sementara Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Usman Kansong yang bergabung dalam kegiatan itu secara daring menjelaskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan hasil yang kongkret selama pelaksanaan KTT G20 baik di bidang ekonomi maupun transformasi digital di Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan media untuk dapat memberikan narasi yang jelas terkait KTT G20.
"Pada masa mendatang akan dikembangkan microsite yang berisikan bahan berita bagi media untuk dapat dimuat untuk konsumsi publik. Selain itu juga akan disediakan media center selama kegiatan berlangsung," ujarnya. Sebagai Presidensi G20, kata dia, Indonesia diyakini akan mendapatkan tambahan PDB, yang nilainya telah dihitung oleh Kemenkeu.
"Kalau kita lihat dalam hal lebih konkret penyelenggaraan KTT G20 akan memutar roda ekonomi di dalam negeri. Belanja pemerintah pasti akan meningkat, kemudian juga para delegasi datang ke Indonesia itu bukan kita yang membiayai, tapi mereka mengeluarkan ongkos sendiri," ujarnya.
Sementara itu Kepala Biro Komunikasi Kemenko Marves Andreas Dipi Patria menambahkan manfaat KTT G20 dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yakni manfaat sebelum kegiatan berlangsung, manfaat ketika kegiatan berlangsung, dan manfaat setelah kegiatan berlangsung. Menurut dia, ketika sukses menjalankan KTT G20, maka dunia internasional bisa menilai bagaimana Indonesia mengendalikan pandemi. Ketika penilaian hasilnya baik, maka jalur penerbangan internasional akan terbuka kembali. "Kepercayaan internasional ini penting untuk membangkitkan ekonomi Indonesia, khususnya Bali," ujarnya.
Bicara soal manfaat, Andreas menegaskan sesungguhnya ada banyak sekali manfaat yang dapat diterima Indonesia dari ratusan rangkaian pertemuan KTT G20 dalam kurun waktu selama 1 tahun ke depan. Pertama, yaitu meningkatkan kepercayaan internasional terhadap Indonesia, terutama kaitan dengan investor asing. Kedua, mempromosikan budaya, iklim usaha, dan pariwisata Indonesia, yang sekaligus dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, serta meningkatkan investasi utamanya di sektor pariwisata. Ketiga, etalase kemajuan program vaksinasi dan penanganan Covid-19 di Indonesia serta mitigasi penanganan pandemi Covid-19 melalui kerjasama ketersediaan vaksin (terbukanya akses vaksin dan kemitraan produksi vaksin).
Selain itu, peluang kerjasama usaha dari UMKM hingga korporasi termasuk adopsi pengalaman dan transfer teknologi. Kelima, peluang kemitraan global dalam perdagangan (global value chain). Serta keenam, tangible result dan multiplier effect lainnya bagi ekonomi dan kepentingan rakyat Indonesia, termasuk mendorong peningkatan pendapatan domestik (regional dan nasional) dan mengurangi kesenjangan sosial. Diuraikannya, manfaat secara ekonomi adanya kunjungan ribuan delegasi asing yang meningkatkan pemasukan devisa dan mendorong roda perekonomian Indonesia terutama di sektor transportasi, akomodasi dan makan minum, serta pariwisata.
"Diperkirakan konsumsi domestik meningkat Rp 1,7 triliun dan PDB meningkat Rp 7,43 triliun. Bukan hanya itu, penyelenggaraannya di berbagai kota meningkatkan peran UMKM dan penyerapan 33.000 tenaga kerja di berbagai sektor. Kalau secara agregat, manfaat ekonominya 1,5 hingga 2 kali lebih besar daripada penyelenggaraan IMF-WBF Annual Meeting di Bali pada 2018 silam," pungkas Andreas. 7 dar, ant
Komentar