BEM Undiksha Desak Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi Disetop, Ini Alasannya
SINGARAJA, NusaBali.com – Pro dan kontra mega proyek jalan tol Gilimanuk-Mengwi dinilai mengancam swasembada beras di Provinsi Bali dikupas oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) melalui diskusi publik di auditorium Kampus Undiksha, Minggu (12/12/2021).
Diskusi publik tersebut menghadirkan I Putu Sriarta, dosen Pendidikan Geografi Undiksha. Selanjutnya hadir Made Kresna Dinata (Manajer Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia/WALHI) Bali, dan Ali Irfan Effendi Rangkuti (Kementerian Sosial dan Politik BEM Keluarga Mahasiswa Undiksha.
I Putu Sriarta menyebutkan bahwa subak tidak hanya merupakan sebuah sistem irigasi, namun juga merupakan sebuah budaya Bali yang sudah ada selama satu milenium dan telah diakui menjadi warisan dunia."Subak dipuja, namun hidupnya merana" ucap Putu Sriartha.
Subak sangat erat dengan nilai-nilai palemahan (lingkungan), pawongan (manusia), dan parhyangan (Tuhan). Namun dewasa ini subak kian hari keberadaannya kian menyusut. Di samping itu Sriartha juga mengatakan jika subak sedang mengalami proses marjinalisasi, “Ditambah dengan alih fungsi lahan pertanian sebagai pemicu pertamanya,” lanjutnya.
Ali Irfan Effendi Rangkuti yang mengungkap data bahwa kondisi swasembada beras Provinsi Bali sedang mengalami defisit di tahun 2021. Irfan menyebutkan dalam temuannya Bali minus 491.194.034 kg. “Temuan tersebut kami peroleh dari hasil survei dan data yang ada di lapangan,” terangnya.
Lebih lanjut Ali Irfan Efendi menambahkan jika Provinsi Bali mengakomodir pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi justru akan menambah dan memperburuk keadaan yang di mana sebelumnya diketahui bahwa rencana pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi akan menerabas kawasan sawah produktif seluas 480,54 Ha. “Hal ini pastinya mengancam swasembada Provinsi Bali menjadi lebih defisit,” tegasnya.
Sementara itu Made Krisna Dinata menegaskan proyek jalan tol Gilimanuk-Mengwi sejatinya akan menambah deretan kasus alih fungsi lahan sebab pembangunan Jalan tol ini juga akan menerabas total 98 subak.
“Maka jika ingin mempertahankan atau memperpanjang eksistensi subak serta menjaga ketahanan pangan di Bali dan juga memperbaiki kualitas lingkungan di Bali, semestinya rencana pembangunan jalan tol yang menerabas ratusan hektar sawah ini mesti dihentikan,” jelas Made Krisna Dinata yang kerap disapa Bokis.
Kadek Andre Kharisma Dewantara, Presiden Mahasiswa Undiksha, mengatakan berdasarkan hasil diskusi, dapat disimpulkan tol Gilimanuk-Mengwi dinilai dapat membawa bencana di masa depan karena alih fungsi lahan pertanian produktif. “Oleh karena itu, BEM Undiksha turut menolak rencana pembangunan tol Gilimanuk-Mengwi karena sudah jelas mengancam ketersediaan beras Provinsi Bali,” seru Kadek Andre Kharisma Dewantara.
Dalam pernyataan sikap penolakan tersebut, juga disebutkan mengenai tuntutan yang diberikan oleh BEM Undiksha kepada penyelenggara proyek tol dalam hal ini pemerintah Provinsi Bali. Pertama, membatalkan pembangunan tol Gilimanuk-Mengwi karena tidak ada urgensi terhadap pembangunan tersebut dan akan berpotensi membawa bencana di masa depan.
Kedua, memaksimalkan jalan arteri dari Denpasar ke Gilimanuk. Ketiga, berpihak kepada petani karena kita makan nasi bukannya butuh tol Gilimanuk-Mengwi. Keempat, Berkomitmen untuk mendukung dan menjaga keberadaan pertanian di Bali. *rma
Komentar