Maestro Topeng Tugek Carangsari Meninggal Dunia di Usia 75 Tahun
Dilarikan ke Rumah Sakit Usai Pentas, Lalu Selama 9 Hari Menjalani Perawatan di Dua RS Berbeda
Almarhum I Gusti Ngurah Windia awalnya dilarikan ke RS Surya Husada Denpasar pada 4 Desember 2021, karena kondisinya drop pasca pentas semalam suntuk. Kemudian, sang maestro menghembuskan napas terakhir di RS Mangusada, 12 Desember 2021 malam
MANGUPURA, NusaBali
Kabar duka datang dari Kabupaten Badung. Maestro Topeng Tugek Carangsari, I Gusti Ngurah Windia, 75, meninggal dunia dalam perawatan di RSD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Minggu (12/12) malam sekitar pukul 22.45 Wita, akibat komplikasi kadar gula tinggi, paru-paru, dan penurunan fungsi ginjal. Sang maestro berusia 75 tahun ini awalnya dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya drop sehari setelah pentas topeng terakhir, 3 Desember 2021 lalu.
Jenazah sang maestro I Gusti Ngurah Windia saat ini disemayamkan di rumah duka kawasan Banjar Pemijian, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. Jenazah almarhum tiba di rumah duka, Senin (13/12) siang pukul 12.30 Wita, setelah sempat semalaman dititip di RSD Mangusada.
Almarhum IGN Windia berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Desak Ayu Suriati dan empat orang anak: I Gusti Ayu Putri, I Gusti Ayu Sari, I Gusti Ngurah Putra, dan I Gusti Ngurah Artawan, serta 12 orang cucu.
Meninggalnya sang maestro Topeng Tugek Carangsari kelahiran 31 Desember 1946 ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga, rekan sejawat, dan masyarakat. Ucapan belasungkawa pun terus berdatangan, baik yang langsung ke rumah duka maupun melalui media sosial.
Sebelum meninggal, almarhum IGN Windia sempat selama 9 hari dirawat di rumah sakit, sejak 4 Desenbver 2021. “Bapak aswalnya masuk RS Surya Husada Denpasar pada 4 Desember 2021, karena kondisi menggigil. Bapak menderita komplikasi kadar gula tinggi, infeksi paru-paru, dan penurunan fungsi ginjal,” ujar anak bungsu almarhum, I Gusti Ngurah Artawan, saat ditemui NusaBali di rumah duka, Senin kemarin.
Disebutkan, setelah beberapa hari menjalani perawatan di RS Surya Husada Denpasar, keluarga memutuskan untuk merujuk almarhum ke RSD Mangusada, Minggu (12/12) pagi. “Namun, nyawanya tak tertolong. Malamnya, beliau menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 22.45 Wita. Beliau berpulang tepat pada hari ulang tahun saya,” cerita Artawan.
Menurut Artawan, firasat meninggalnya sang ayah sudah dirasakan sejak dalam perawatan di RS Surya Husada. Saat kondisinya membaik, semua anak-anaknya dikumpulkan dan diminta mengikhlaskan kepergiannya. “Satu-satu anaknya ditanya, termasuk saya. Tapi, saya tidak menjawab, semua tidak ada yang menjawab,” kenang Artawan.
Firasat lainnya, kata Artawan, saat penampilan terakhir almarhum di panggung pertunjukan, 3 Desember 2021 lalu. Saat itu, sang maestro pentas calonarang di Pura Dalem, Desa Carangsari. Kondisinya waktu itu sebetulnya sudah drop.
“Mungkin beliau punya feeling akan meninggal, sehingga beliau totalitas ngigel. Meski kondisi tidak baik, beliau masih bertahan pentas sampai pagi,” kata Artawan. “Saya sebenarnya sudah berulangkali membujuk beliau untuk pulang, tapi tetap bertahan sampai pagi,” imbuhnya.
Menurut Artawan, kondisi almarhum langsung drop setelah pementasan di Pura Dalem malam itu, hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit keesokan harinya. Ternyata, setelah 9 hari menjalani perawatan, sang maestro Topeng Tugek Carangsari ini meninggal dunia di RS Mangusada, 12 Desember 2021 malam.
Hingga Senin kemarin, pihak keluarga belum memutuskan rangkaian upacara pengabenan almarhum IGN Windia. Semuanya masih menunggu hasil musyawarah keluarga besar.
Almarhum IGN Windia sendiri tertarik dengan dunia seni sejak kecil. Di usia 20 tahun pada 1966, almarhum memulai pentas Topeng Pajegan (menari topeng tunggal dan memerankan berbagai karakter). Seiring perjalanan waktu, namanya menjadi terkenal karena keahliannya menarikan Topeng Pajegan, sehingga sering diundang untuk pentas ke berbagai tempat.
Pada 1969, almarhum IGN Windia membentuk sebuah sekaa topeng yang terdiri dari 5-6 penari (laki dan perempuan). Grup ini pentas keliling Bali, hampir setiap malam. Karena semakin melambung namanya, sehingga masyarakat menyematkan nama sekaa topeng nya menjadi ‘Topeng Tugek Carangsari’.
Semasa hidup, almarhum juga sering dikirim oleh pemerintah dalam rangka misi kesenian ke luar negeri. Sejak tahun 1974, sang maestro menjadi duta kesenian ke Jerman Barat, Italia, Amerika Serikat, India, dan negara lainnya.
Almarhum IGN Windia juga dikenal sangat terbuka terhadap siapa pun yang ingin belajar padanya. Banyak seniman muda berguru kepadanya. Bahkan, banyak juga mahasiswa asing yang sempat belajar tari topeng kepada almarhum IGN Windia. *asa
Jenazah sang maestro I Gusti Ngurah Windia saat ini disemayamkan di rumah duka kawasan Banjar Pemijian, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. Jenazah almarhum tiba di rumah duka, Senin (13/12) siang pukul 12.30 Wita, setelah sempat semalaman dititip di RSD Mangusada.
Almarhum IGN Windia berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Desak Ayu Suriati dan empat orang anak: I Gusti Ayu Putri, I Gusti Ayu Sari, I Gusti Ngurah Putra, dan I Gusti Ngurah Artawan, serta 12 orang cucu.
Meninggalnya sang maestro Topeng Tugek Carangsari kelahiran 31 Desember 1946 ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga, rekan sejawat, dan masyarakat. Ucapan belasungkawa pun terus berdatangan, baik yang langsung ke rumah duka maupun melalui media sosial.
Sebelum meninggal, almarhum IGN Windia sempat selama 9 hari dirawat di rumah sakit, sejak 4 Desenbver 2021. “Bapak aswalnya masuk RS Surya Husada Denpasar pada 4 Desember 2021, karena kondisi menggigil. Bapak menderita komplikasi kadar gula tinggi, infeksi paru-paru, dan penurunan fungsi ginjal,” ujar anak bungsu almarhum, I Gusti Ngurah Artawan, saat ditemui NusaBali di rumah duka, Senin kemarin.
Disebutkan, setelah beberapa hari menjalani perawatan di RS Surya Husada Denpasar, keluarga memutuskan untuk merujuk almarhum ke RSD Mangusada, Minggu (12/12) pagi. “Namun, nyawanya tak tertolong. Malamnya, beliau menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 22.45 Wita. Beliau berpulang tepat pada hari ulang tahun saya,” cerita Artawan.
Menurut Artawan, firasat meninggalnya sang ayah sudah dirasakan sejak dalam perawatan di RS Surya Husada. Saat kondisinya membaik, semua anak-anaknya dikumpulkan dan diminta mengikhlaskan kepergiannya. “Satu-satu anaknya ditanya, termasuk saya. Tapi, saya tidak menjawab, semua tidak ada yang menjawab,” kenang Artawan.
Firasat lainnya, kata Artawan, saat penampilan terakhir almarhum di panggung pertunjukan, 3 Desember 2021 lalu. Saat itu, sang maestro pentas calonarang di Pura Dalem, Desa Carangsari. Kondisinya waktu itu sebetulnya sudah drop.
“Mungkin beliau punya feeling akan meninggal, sehingga beliau totalitas ngigel. Meski kondisi tidak baik, beliau masih bertahan pentas sampai pagi,” kata Artawan. “Saya sebenarnya sudah berulangkali membujuk beliau untuk pulang, tapi tetap bertahan sampai pagi,” imbuhnya.
Menurut Artawan, kondisi almarhum langsung drop setelah pementasan di Pura Dalem malam itu, hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit keesokan harinya. Ternyata, setelah 9 hari menjalani perawatan, sang maestro Topeng Tugek Carangsari ini meninggal dunia di RS Mangusada, 12 Desember 2021 malam.
Hingga Senin kemarin, pihak keluarga belum memutuskan rangkaian upacara pengabenan almarhum IGN Windia. Semuanya masih menunggu hasil musyawarah keluarga besar.
Almarhum IGN Windia sendiri tertarik dengan dunia seni sejak kecil. Di usia 20 tahun pada 1966, almarhum memulai pentas Topeng Pajegan (menari topeng tunggal dan memerankan berbagai karakter). Seiring perjalanan waktu, namanya menjadi terkenal karena keahliannya menarikan Topeng Pajegan, sehingga sering diundang untuk pentas ke berbagai tempat.
Pada 1969, almarhum IGN Windia membentuk sebuah sekaa topeng yang terdiri dari 5-6 penari (laki dan perempuan). Grup ini pentas keliling Bali, hampir setiap malam. Karena semakin melambung namanya, sehingga masyarakat menyematkan nama sekaa topeng nya menjadi ‘Topeng Tugek Carangsari’.
Semasa hidup, almarhum juga sering dikirim oleh pemerintah dalam rangka misi kesenian ke luar negeri. Sejak tahun 1974, sang maestro menjadi duta kesenian ke Jerman Barat, Italia, Amerika Serikat, India, dan negara lainnya.
Almarhum IGN Windia juga dikenal sangat terbuka terhadap siapa pun yang ingin belajar padanya. Banyak seniman muda berguru kepadanya. Bahkan, banyak juga mahasiswa asing yang sempat belajar tari topeng kepada almarhum IGN Windia. *asa
1
Komentar