Direktur Tirta Tohlangkir Antisipasi Pipa Diseruduk Ekskavator
Perumda Tirta Tohlangkir kesulitan berikan layanan air bersih karena Desa Besakih ada di ketinggian.
AMLAPURA, NusaBali
Direktur Perumda Tirta Tohlangkir Karangasem, I Komang Haryadi Parwatha, memantau proyek penataan kawasan Pura Besakih di Banjar Kedundung, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Senin (13/12). Komang Haryadi berkoordinasi dengan pekerja yang melakukan penggalian di lapangan. Langkah antisipasi ini untuk memastikan pipa-pipa air aman, tidak diseruduk ekskavator.
Komang Haryadi mengatakan, pipa air terbentang di dekat parkir barat Pura Besakih. Pipa itu mengalirkan air dari reservoar di hulu Pura Penataran Agung Besakih menuju pemukiman warga. “Informasi yang kami dapatkan saat koordinasi, ada rencana pipa itu dipindah untuk memudahkan,” ungkap Komang Haryadi didampingi Kabag Teknik Ida Bagus Sudirga dan Kepala Unit Kecamatan Rendang I Wayan Mangku. Layanan air ke Desa Besakih dengan mengangkat air dari Mata Air Tegenan, Desa Menanga menggunakan enam pompa.
Perumda Tirta Tohlangkir mengalami kesulitan berikan pelayanan air bersih secara maksimal karena Desa Besakih ada di ketinggian. Layanan air juga menggunakan mobil tangki. “Jika pompa macet, kami optimalkan layanan menggunakan mobil tangka,” beber Komang Haryadi. Mengangkat air menggunakan enam pompa. Masing-masing pompa I di Banjar Tegenan. Setelah bak penampungan terisi air, selanjutnya didistribusikan ke Banjar Tegenan dan sekitarnya. Setelah warga di Banjar Tegenan kebutuhan airnya terpenuhi, air bisa dinaikkan ke pompa II.
Air di bak pompa II didistribusikan ke Banjar Kedundung dan sekitarnya. Begitu seterusnya hingga pompa VI yang lokasinya di hulu Pura Penataran Agung Besakih. Desa Besakih dengan penduduk 8.108 jiwa. Layanan Perumda Tirta Tohlangkir untuk 11 banjar yakni Banjar Angsoka, Batang, Batumadeg, Besakih Kangin, Besakih Kawan, Kedundung, Kesimpar, Kiduling Kreteg, Kunyit, Palak, dan Temukus. Biaya operasional sebulan di Desa Besakih dengan mengoperasikan enam pompa rata-rata Rp 700 juta. Pendapatan hanya Rp 98 juta sebulan, lebih banyak subsidinya. *k16
Komang Haryadi mengatakan, pipa air terbentang di dekat parkir barat Pura Besakih. Pipa itu mengalirkan air dari reservoar di hulu Pura Penataran Agung Besakih menuju pemukiman warga. “Informasi yang kami dapatkan saat koordinasi, ada rencana pipa itu dipindah untuk memudahkan,” ungkap Komang Haryadi didampingi Kabag Teknik Ida Bagus Sudirga dan Kepala Unit Kecamatan Rendang I Wayan Mangku. Layanan air ke Desa Besakih dengan mengangkat air dari Mata Air Tegenan, Desa Menanga menggunakan enam pompa.
Perumda Tirta Tohlangkir mengalami kesulitan berikan pelayanan air bersih secara maksimal karena Desa Besakih ada di ketinggian. Layanan air juga menggunakan mobil tangki. “Jika pompa macet, kami optimalkan layanan menggunakan mobil tangka,” beber Komang Haryadi. Mengangkat air menggunakan enam pompa. Masing-masing pompa I di Banjar Tegenan. Setelah bak penampungan terisi air, selanjutnya didistribusikan ke Banjar Tegenan dan sekitarnya. Setelah warga di Banjar Tegenan kebutuhan airnya terpenuhi, air bisa dinaikkan ke pompa II.
Air di bak pompa II didistribusikan ke Banjar Kedundung dan sekitarnya. Begitu seterusnya hingga pompa VI yang lokasinya di hulu Pura Penataran Agung Besakih. Desa Besakih dengan penduduk 8.108 jiwa. Layanan Perumda Tirta Tohlangkir untuk 11 banjar yakni Banjar Angsoka, Batang, Batumadeg, Besakih Kangin, Besakih Kawan, Kedundung, Kesimpar, Kiduling Kreteg, Kunyit, Palak, dan Temukus. Biaya operasional sebulan di Desa Besakih dengan mengoperasikan enam pompa rata-rata Rp 700 juta. Pendapatan hanya Rp 98 juta sebulan, lebih banyak subsidinya. *k16
1
Komentar