6 Hotel Jadi Titik Evakuasi Saat Terjadi Tsunami
Pemkab Badung, UNDP, dan Pihak Hotel Teken MoU
Ketika ada tsunami, maka masyarakat akan dievakuasi ke atas hotel yang sudah menjalin kerja sama.
MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak 6 hotel yang ada di kawasan Kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung menyatakan kesiapannya sebagai titik kumpul saat adanya bencana tsunami. Kesiapan ini juga dituangkan dalam MoU antara managemen hotel, Pemkab Badung, dan United Nations Development Programme (UNDP) yang digelar di Hotel Peninsula pada Selasa (14/12) siang. Dengan adanya titik kumpul itu, masyarakat sudah mengetahui akses atau lokasi yang dituju saat terjadinya bencana itu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Badung I Wayan Wirya, mengatakan kerja sama tersebut merupakan bentuk penguatan akan status Kelurahan Tanjung Benoa yang merupakan kelurahan tangguh bencana. Sebagai wilayah yang rawan akan potenai gempa dan tsunami, titik evakuasi menjadi hal yang penting untuk di petakan. Salah satu lokasi yang paling dekat dan dirasa aman, adalah bagian atas hotel yang memiliki ketinggian minimal 3 lantai.
“Ketika ada tsunami, maka masyarakat akan dievakuasi ke atas hotel yang sudah menjalin kerja sama,” ujar Wirya yang notabene Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Badung.
Penandatanganan MoU dihadiri pula perwakilan masyarakat, seperti bendesa adat, lurah, kepala lingkungan dan kepala sekolah. Semula ada sebanyak 8 hotel yang hendak melakukan MoU, namun karena berhalangan, maka penandatanganan baru dilaksanakan dengan 6 hotel, masing-masing Sakala Bali, Peninsula by Resort, Grand Mirrage, Ion hotel, Rasa Sayang, dan Novotel.
Rencananya, pada Jumat (17/12) mendatang, simulasi bencana tsunami akan dilaksankan di Tanjung Benoa. “Sesuai MoU itu, hotel-hotel akan menjadi tempat evakuasi dan telah disiapkan SOP maupun rambu-rambu. Jadi masing-masing hotel kapasitasnya itu bervariasi, ada yang menampung 200, 300, 400 orang. Itu yang lebih tahu pihak hotel, karena terkait dengan kekuatan bangunan dan tamu hotel nantinya,” beber Wirya.
Masih menurut Wirya, masa MoU tersebut diterangkannya tidak terpatok kepada tahun. Melainkan ditentukan dari operasional dan manajemen yang mengelola. Ketika hotel itu berpindah manajemen atau tutup, tentu hal itu harus kembali dijajaki dari awal. Pihaknya berharap, kedepan akan semakin banyak hotel-hotel yang bisa dan mau diajak berkerja sama dalam mitigasi bencana. “Kami harapkan ada hotel lain yang memang bisa digandeng untuk kerja sama untuk hal seperti ini,” harap Wirya.
Sementara, Lurah Benoa I Wayan Sudiana, menyambut baik jalinan kerja sama itu. Dengan demikian, masyarakat Tanjung Benoa yang berjumlah sekitar 3.000 jiwa bisa tertampung ketika terjadi bencana tsunami. Hal itu merupakan wujud dukungan terhadap ditetapkannya Kelurahan Tanjung Benoa sebagai kelurahan tangguh bencana.
Dengan MoU tersebut, secara otomatis hotel tersebut akan berfungsi sebagai titik evakuasi lokasi aman ketika terjadi bencana tsunami. “Sistem sudah disediakan, alur, dan rambu juga sudah dialokasikan. Tinggal ini disimulasikan ke depannya. Jadi masyarakat akan dibagi berdasarkan zonasi, agar tidak ada penumpukan proses evakuasi,” kiata Sudiana. *dar
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Badung I Wayan Wirya, mengatakan kerja sama tersebut merupakan bentuk penguatan akan status Kelurahan Tanjung Benoa yang merupakan kelurahan tangguh bencana. Sebagai wilayah yang rawan akan potenai gempa dan tsunami, titik evakuasi menjadi hal yang penting untuk di petakan. Salah satu lokasi yang paling dekat dan dirasa aman, adalah bagian atas hotel yang memiliki ketinggian minimal 3 lantai.
“Ketika ada tsunami, maka masyarakat akan dievakuasi ke atas hotel yang sudah menjalin kerja sama,” ujar Wirya yang notabene Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Badung.
Penandatanganan MoU dihadiri pula perwakilan masyarakat, seperti bendesa adat, lurah, kepala lingkungan dan kepala sekolah. Semula ada sebanyak 8 hotel yang hendak melakukan MoU, namun karena berhalangan, maka penandatanganan baru dilaksanakan dengan 6 hotel, masing-masing Sakala Bali, Peninsula by Resort, Grand Mirrage, Ion hotel, Rasa Sayang, dan Novotel.
Rencananya, pada Jumat (17/12) mendatang, simulasi bencana tsunami akan dilaksankan di Tanjung Benoa. “Sesuai MoU itu, hotel-hotel akan menjadi tempat evakuasi dan telah disiapkan SOP maupun rambu-rambu. Jadi masing-masing hotel kapasitasnya itu bervariasi, ada yang menampung 200, 300, 400 orang. Itu yang lebih tahu pihak hotel, karena terkait dengan kekuatan bangunan dan tamu hotel nantinya,” beber Wirya.
Masih menurut Wirya, masa MoU tersebut diterangkannya tidak terpatok kepada tahun. Melainkan ditentukan dari operasional dan manajemen yang mengelola. Ketika hotel itu berpindah manajemen atau tutup, tentu hal itu harus kembali dijajaki dari awal. Pihaknya berharap, kedepan akan semakin banyak hotel-hotel yang bisa dan mau diajak berkerja sama dalam mitigasi bencana. “Kami harapkan ada hotel lain yang memang bisa digandeng untuk kerja sama untuk hal seperti ini,” harap Wirya.
Sementara, Lurah Benoa I Wayan Sudiana, menyambut baik jalinan kerja sama itu. Dengan demikian, masyarakat Tanjung Benoa yang berjumlah sekitar 3.000 jiwa bisa tertampung ketika terjadi bencana tsunami. Hal itu merupakan wujud dukungan terhadap ditetapkannya Kelurahan Tanjung Benoa sebagai kelurahan tangguh bencana.
Dengan MoU tersebut, secara otomatis hotel tersebut akan berfungsi sebagai titik evakuasi lokasi aman ketika terjadi bencana tsunami. “Sistem sudah disediakan, alur, dan rambu juga sudah dialokasikan. Tinggal ini disimulasikan ke depannya. Jadi masyarakat akan dibagi berdasarkan zonasi, agar tidak ada penumpukan proses evakuasi,” kiata Sudiana. *dar
1
Komentar