Metaksu! Budayawan I Made Bandem Menari Topeng Arsa Wijaya dalam Sebuah Seminar
Tari Topeng
arsa wijaya
Denpasar Festival
I Made Bandem
Dharma Negara Alaya
Denfest 2021
Seni Tari
Budayawan
DENPASAR, NusaBali.com - Seminar 'Menelisik Makna di Balik Topeng Bali' di Dharma Negara Alaya (DNA) Denpasar, Kamis (16/12/2021), dikejutkan dengan demo Tari Topeng Arsa Wijaya oleh budayawan I Made Bandem.
Suasana seminar serangkaian dengan Denpasar Festival ke-14, awalnya berlangsung serius, dengan pemaparan materi oleh I Made Bandem, I Gede Anom Ranaura atau lebih dikenal dengan sebutan Guru Anom; dan I Wayan Marya, seorang seniman pembuat topeng Bali.
Mendadak suasana menjadi panggung hiburan saat Made Bandem menari dengan penuh kharisma serta keelokannya.
Seakan sudah terkoneksi satu dengan lainnya, Guru Anom dan Wayan Marya dengan spontan mengiringi tarian Bandem lewat sebuah kidung (nyanyian Bali) yang membuat tarian semakin metaksu.
Berkat penampilannya yang menawan, para peserta seminar menyambutnya dengan tepuk tangan meriah untuk sang maestro Made Bandem.
Sesuai dengan materi yang dipaparkan sebelumnya oleh I Made Bandem yang mengatakan bahwa terdapat tiga aspek penting yang terdapat pada sebuah karya topeng Bali.
Pertama, adalah laksana atau hiasan pada sebuah topeng di mana masing-masing topeng memiliki pakem hiasannya tersendiri. Lalu terdapat aspek estetika yang di dalamnya termasuk pentingnya komponen warna pada sebuah topeng Bali yang menentukan karakter dari topeng yang hendak diciptakan.
Selanjutnya adalah aspek ekspresi di mana pada masing-masing topeng Bali sejatinya menggambarkan ekspresi dari sebuah lakon atau tokoh topeng yang sedang ditarikan.
"Dari tahun 2015 hingga saat, saya berusaha mengumpulkan berbagai macam topeng Bali untuk kemudian saya klasifikasikan atau kata lainnya ikonografi," terang Made Bandem.
Hal ini, lanjut Bandem, membuktikan keseriusannya dalam mendalami budaya Bali, khususnya seni topeng Bali. "Kata topeng berasal dari kata ‘tup’ yang artinya tutup," jelas Bandem.
Bandem mengungkapkan bahwa terdapat berbagai macam jenis topeng yang ada di Bali seperti Topeng Rangda, Topeng Dedari, Topeng Gajah Mada, Topeng Sidakarya, Topeng Arsa Wijaya, Topeng Panca, Topeng Panji, Barong Brutuk, Barong Ket, Barong Lembu, Barong Bengkal, Barong Landung, Barong Dingkling, dan Barong Anggada.
Sementara itu Guru Anom menjelaskan secara singkat mengenai tari Topeng Sidakarya yang digunakan oleh umat Hindu di Bali sebagai tarian penutup sebuah piodalan (peringatan hari jadi) yang ada di pura.
"Yang utama dalam pelaksanaan Topeng Sidakarya di sebuah piodalan adalah sesayutnya (mantra atau lagu) dan tirtanya (air suci)," ungkapnya.
Selanjutnya mengenai Topeng Rangda dinyatakan oleh Guru Anom sejatinya bukan menggambarkan sosok Dewi Durga, melainkan menggambarkan sosok pemuja Dewi Durga.
"Rangda itu berasal dari bahasa Jawa Kuno; ‘randa’ yang berarti janda. Kalau di Bali disebut ‘balu’, sebutan untuk perempuan yang tidak memiliki suami maupun sebaliknya. Jadi topeng rangda tidak selalu menggambarkan perempuan, ada juga yang laki-laki," urainya.
Lebih lanjut I Wayan Marya mengatakan terdapat beberapa pakem-pakem dalam membuat sebuah topeng Bali. Seperti alat yang digunakan dan hari baik atau dalam bahasa Bali disebut padewasan.
"Setiap seniman pasti memiliki hari baiknya tersendiri, saya pribadi percaya apabila sebuah topeng dikerjakan saat hari baik tertentu akan menciptakan taksunya tersendiri," ucapnya.
Dalam membuat topeng, biasanya menggunakan ukuran lebar sekitar 14 cm, dan tinggi sekitar 18 cm. Lalu jarak dari hidung ke dagu, hidung ke dahi, dan dahi ke rambut yakni masing-masing 6 cm. "Itu ukuran normal topeng Bali," kata I Wayan Marya.
Perlu diketahui Topeng Arsa Wijaya atau Topeng Dalem merupakan jenis Topeng Wali yang hanya ditarikan pada saat upacara sakral oleh umat Hindu di Bali. *rma
Komentar