Tewas Terpeleset Jatuh ke Sungai Saat Mancing
Petaka di Tukad Melangit Kawasan Desa Tamanbali
Jasad korban I Nengah Yudi ditemukan nyangkut di air sungai pada kedalaman 4,5 meter, setelah dlakukan pencarian selama 4,5 jam
BANGLI, NusaBali
Seorang pemuda asal Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli, I Nengah Yudi, 31, tewas tercebur ke sungai saat memancing di Tukad Melangit wilayah banjar setempat, Jumat (17/12) siang. Jasad korban ditemukan nyangkut pada kedalaman 4,5 meter setelah dilakukan pencarian selama 4,5 jam, Jumat sore pukul 16.06 Wita
Saat musibah maut terjadi, Jumat siang sekitar pukul 11.30 Wita, korban Nengah Yudi yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan, memancing di Tukad Menangit kawasan Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali bersama rekan asal sebanjar, Kadek Eka Wiranata, 27. Keduanya diketahui berangkat mancing ke Tukad Melangit, Jumat pagi sekitar pukul 09.00 Wita.
Sesampainya di lokasi TKP, korban Nengah Yudi dan Kadek Eka Wiranata memancing di tepi Tukad Melangit dalam posisi berdampingan. Karena tak kunjung mendapatkan ikan sesuai harapan, korban Nengah Yudi kemudian berpindah lokasi. "Korban Nengah Yudi pindah beberapa meter ke arah barat dari posisi," jelas Kapolres Bangli, AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan.
Tak lama setelah korban pindah lokasi duduk, Kadek Eka Wiranata tiba-tiba mendengar suara jatuh ke air. Begitu dicek, ternyata korban Nengah Yudi sudah berada di dalam air sungai. Saksi Kadek Eka pun langsung mencari bambu dan mengarahkannya ke bawah, untuk menyelamatkan korban. “Namun sayang, korban tidak bisa meraih bambu tersebut," papar AKBP Dhana Aryawan.
Karena upayanya menolong korban gagal, Kadek Eka kemudian berbegas mencari pertolongan ke perusahaan air minum yang berlokasi di atas Tukad Melangit. Dalam sekejap, informasi soal musibah maut pemancing jatuh ke sungai ini menyebar luas. Sembari menunggu petugas terjun ke lokasi, warga setempat ramai-ramai berupaya melakukan pencarian korban.
Menurut Kasi Siaga dan Operasi Basarnas Bali, AA Gede Alit Supartana, upaya pencarian korban melibatkan tim gabungan dari Basarnas, Sabhara Polda Bali, Polres Bangli, Kodim 1626/Bangli, BPBD Bangli, PMI Bangli, relawan, dan masyarakat sekitar. Upaya pencarian yang dilakukan, termasuk dengan cara menyelam, menyusuri dari titik awal korban jatuh.
Alit Supartana menyebutkan, upaya penyelaman air sungai di Tukad Melangit dilakukan sampai tiga kali. Awalnya, petugas Basarnas turun dan menyelam selama 15 menit. Namun, penyelaman pertama tidak membuahkan hasil. Selang beberapa menit kemudian, tim Basarnas kembali menyelam selama 15 menit, namun hasilnya tetap nihil.
Barulah pada penyelaman ketiga yang dibantu oleh relawan sore harinya, korban Nengah Yudi berhasil ditemukan dalam kondisi tewas sekitar pukul 16.06 Wita. Jasad korban ditemukan nyangkut dalam air sungai di kedalaman 4,5 meter. “Titik ditemukan tubuh korban berjarak sekitar 15 meter arah barat dari lokasi jatuh," terang Alit Supartana.
Sementara, sebelum jasad korban Nengah Yudi berhasil ditemukan, krama Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali bersama keluarga juga sempat melakukan upaya pencarian secara niskala. Menurut Kelian Banjar Adat Jelekungkang, I Nyoman Rina, pencarian secara niskala ini dengan menggunakan iringan gambelan gong. "Ada kepercayaan di masyarakat bahwa bila korban disembunyikan penunggu gaib, harus menggunakan gembelan biar bisa cepat dikembalikan," papar Nyoman Riana.
Dengan pencarian secara niskala dan sekala, korban Nengah Yudi akhirnya berhasil ditemukan, setelah dilakukan upaya selama 4,5 jam. Petugas kepolisian dan medis sempat melakukan pemeriksaan luar atas jenazah korban. Dari pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekarasan di tubah korban. Intinya, pria yang masih membujang hingga usia 31 tahun ini disimpulkan tewas murni karena musibah jatuh ke sungai saat mancing.
Karena kasus ulahpati (meninggal tidak wajar), jenazah Nengah Yudi kemarin sore tidak lagi dibawa ke rumah duka, namun langsung dibawa menuju Setra Desa Adat Jelekungkang untuk diupacarai. Proses nyiramang layon (memandikan jenazah) pun dilakukan di setra.
Nyoman Riana menyebutkan, pasca musibah maut merenggut nyawa Nengah Yudi, pihak Banjar Jelekungkang akan menggelar paruman bersama prajuru dan panglingsir. “Tidak menutup kemungkinan nantinya akan dibatasi masyarakat yang memancing di lokasi tersebut,” katanya.
Versi Nyoman Riana, ini untuk kedua kalinya dalam kurun 39 tahun terakhir terjadi musibah maut di titik yang sama dengan lokasi jatuhnya korban Nengah Yudi di Tukad Melangit. Sebelumnya, sekitar tahun 1982, seorang warga juga tewas jatuh di lokasi yang sama saat mencari sayur pakis. “Upaya pencarian kala itu dilakukan selama dua hari, hingga korban ditemukan tewas di titik jatuh," kenang Riana.
Sementara itu, teman korban yang diajak mancing bersama, Kadek Eka Wiranata, mengaku shock atas peristiwa maut yang merenggut nyawa Nengah Yudi. Menurut Kadek Eka, dirinya tumben diajak mancing oleh korban Nengah Yudi. “Awalnya, saya sempat menolak ikut mancing. Saya sarankan dia (korban Nengah Yudi) untuk mengajak teman lainnya, karena saya tidak punya kail pancing. Tapi, Nengah Yudi bilang akan memberikan kail. Saya pun disuruh datang ke rumahnya," tutur Kadek Eka kepada NusaBali.
Sebelum berangkat mancing kemarin pagi, kata Kadek Eka, korban Nengah Yudi masih sempat memberikan makan sapi peliharaannya. Kemudian, mereka bersama mencari cacing untuk dijadikan umpan saat mancing. Selanjutnya, mereka berboncengan motor menuju Tukad Melangit.
Sesampainya di lokasi mancing, korban Nengah Yudi duduk di sebelah kiri (sisi timur), sementara Kadek Eka di sebelah kanan). Mereka memancing dari bibir sungai menhadap arah selatan. Saat musibah terjadi, mereka sama-sama sudah berhasil mendapatkan udang.
“Karena hasil tangkapan kurang maksimal, Nengah Yudi kemudian gergeser posisi agak jauh. Tiba-tiba, saya dengar suara jatuh ke air. Ssetelah dicek, ternyata saya lihat Nengah Yudi sudah berada di dalam air. Hanya terlihat dari atas hanya kelihatan kepalanya," cerita Kadek Eka.
Menurut Kadek Eka, sehari sebelum musibah maut, korban Nengah Yudi sempat minta pinjam uang kepada dirinya untuk beli bensin. Namun, karena tidak punya uang juga, Kadek Eka tidak bisa memberi pinjaman.
Korban Nengah Yudi sendiri merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan I Nengah Sarya (almarhum) dan Ni Wayan Murti. Korban sempat bekerja di sektor pariwisata sebagai karwayan hotel. Namun, kemudian pindah kerja ke perusahaan minuman. Sejak pandemi Covid-19 memnerjang Maret 2020 lalu, korban beralih jadi buruh bangunan. Korban memang dikenal hobi mancing dan sudah terbiasa mengail di Tukad Melangit. *esa
Saat musibah maut terjadi, Jumat siang sekitar pukul 11.30 Wita, korban Nengah Yudi yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan, memancing di Tukad Menangit kawasan Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali bersama rekan asal sebanjar, Kadek Eka Wiranata, 27. Keduanya diketahui berangkat mancing ke Tukad Melangit, Jumat pagi sekitar pukul 09.00 Wita.
Sesampainya di lokasi TKP, korban Nengah Yudi dan Kadek Eka Wiranata memancing di tepi Tukad Melangit dalam posisi berdampingan. Karena tak kunjung mendapatkan ikan sesuai harapan, korban Nengah Yudi kemudian berpindah lokasi. "Korban Nengah Yudi pindah beberapa meter ke arah barat dari posisi," jelas Kapolres Bangli, AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan.
Tak lama setelah korban pindah lokasi duduk, Kadek Eka Wiranata tiba-tiba mendengar suara jatuh ke air. Begitu dicek, ternyata korban Nengah Yudi sudah berada di dalam air sungai. Saksi Kadek Eka pun langsung mencari bambu dan mengarahkannya ke bawah, untuk menyelamatkan korban. “Namun sayang, korban tidak bisa meraih bambu tersebut," papar AKBP Dhana Aryawan.
Karena upayanya menolong korban gagal, Kadek Eka kemudian berbegas mencari pertolongan ke perusahaan air minum yang berlokasi di atas Tukad Melangit. Dalam sekejap, informasi soal musibah maut pemancing jatuh ke sungai ini menyebar luas. Sembari menunggu petugas terjun ke lokasi, warga setempat ramai-ramai berupaya melakukan pencarian korban.
Menurut Kasi Siaga dan Operasi Basarnas Bali, AA Gede Alit Supartana, upaya pencarian korban melibatkan tim gabungan dari Basarnas, Sabhara Polda Bali, Polres Bangli, Kodim 1626/Bangli, BPBD Bangli, PMI Bangli, relawan, dan masyarakat sekitar. Upaya pencarian yang dilakukan, termasuk dengan cara menyelam, menyusuri dari titik awal korban jatuh.
Alit Supartana menyebutkan, upaya penyelaman air sungai di Tukad Melangit dilakukan sampai tiga kali. Awalnya, petugas Basarnas turun dan menyelam selama 15 menit. Namun, penyelaman pertama tidak membuahkan hasil. Selang beberapa menit kemudian, tim Basarnas kembali menyelam selama 15 menit, namun hasilnya tetap nihil.
Barulah pada penyelaman ketiga yang dibantu oleh relawan sore harinya, korban Nengah Yudi berhasil ditemukan dalam kondisi tewas sekitar pukul 16.06 Wita. Jasad korban ditemukan nyangkut dalam air sungai di kedalaman 4,5 meter. “Titik ditemukan tubuh korban berjarak sekitar 15 meter arah barat dari lokasi jatuh," terang Alit Supartana.
Sementara, sebelum jasad korban Nengah Yudi berhasil ditemukan, krama Banjar Jelekungkang, Desa Tamanbali bersama keluarga juga sempat melakukan upaya pencarian secara niskala. Menurut Kelian Banjar Adat Jelekungkang, I Nyoman Rina, pencarian secara niskala ini dengan menggunakan iringan gambelan gong. "Ada kepercayaan di masyarakat bahwa bila korban disembunyikan penunggu gaib, harus menggunakan gembelan biar bisa cepat dikembalikan," papar Nyoman Riana.
Dengan pencarian secara niskala dan sekala, korban Nengah Yudi akhirnya berhasil ditemukan, setelah dilakukan upaya selama 4,5 jam. Petugas kepolisian dan medis sempat melakukan pemeriksaan luar atas jenazah korban. Dari pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekarasan di tubah korban. Intinya, pria yang masih membujang hingga usia 31 tahun ini disimpulkan tewas murni karena musibah jatuh ke sungai saat mancing.
Karena kasus ulahpati (meninggal tidak wajar), jenazah Nengah Yudi kemarin sore tidak lagi dibawa ke rumah duka, namun langsung dibawa menuju Setra Desa Adat Jelekungkang untuk diupacarai. Proses nyiramang layon (memandikan jenazah) pun dilakukan di setra.
Nyoman Riana menyebutkan, pasca musibah maut merenggut nyawa Nengah Yudi, pihak Banjar Jelekungkang akan menggelar paruman bersama prajuru dan panglingsir. “Tidak menutup kemungkinan nantinya akan dibatasi masyarakat yang memancing di lokasi tersebut,” katanya.
Versi Nyoman Riana, ini untuk kedua kalinya dalam kurun 39 tahun terakhir terjadi musibah maut di titik yang sama dengan lokasi jatuhnya korban Nengah Yudi di Tukad Melangit. Sebelumnya, sekitar tahun 1982, seorang warga juga tewas jatuh di lokasi yang sama saat mencari sayur pakis. “Upaya pencarian kala itu dilakukan selama dua hari, hingga korban ditemukan tewas di titik jatuh," kenang Riana.
Sementara itu, teman korban yang diajak mancing bersama, Kadek Eka Wiranata, mengaku shock atas peristiwa maut yang merenggut nyawa Nengah Yudi. Menurut Kadek Eka, dirinya tumben diajak mancing oleh korban Nengah Yudi. “Awalnya, saya sempat menolak ikut mancing. Saya sarankan dia (korban Nengah Yudi) untuk mengajak teman lainnya, karena saya tidak punya kail pancing. Tapi, Nengah Yudi bilang akan memberikan kail. Saya pun disuruh datang ke rumahnya," tutur Kadek Eka kepada NusaBali.
Sebelum berangkat mancing kemarin pagi, kata Kadek Eka, korban Nengah Yudi masih sempat memberikan makan sapi peliharaannya. Kemudian, mereka bersama mencari cacing untuk dijadikan umpan saat mancing. Selanjutnya, mereka berboncengan motor menuju Tukad Melangit.
Sesampainya di lokasi mancing, korban Nengah Yudi duduk di sebelah kiri (sisi timur), sementara Kadek Eka di sebelah kanan). Mereka memancing dari bibir sungai menhadap arah selatan. Saat musibah terjadi, mereka sama-sama sudah berhasil mendapatkan udang.
“Karena hasil tangkapan kurang maksimal, Nengah Yudi kemudian gergeser posisi agak jauh. Tiba-tiba, saya dengar suara jatuh ke air. Ssetelah dicek, ternyata saya lihat Nengah Yudi sudah berada di dalam air. Hanya terlihat dari atas hanya kelihatan kepalanya," cerita Kadek Eka.
Menurut Kadek Eka, sehari sebelum musibah maut, korban Nengah Yudi sempat minta pinjam uang kepada dirinya untuk beli bensin. Namun, karena tidak punya uang juga, Kadek Eka tidak bisa memberi pinjaman.
Korban Nengah Yudi sendiri merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan I Nengah Sarya (almarhum) dan Ni Wayan Murti. Korban sempat bekerja di sektor pariwisata sebagai karwayan hotel. Namun, kemudian pindah kerja ke perusahaan minuman. Sejak pandemi Covid-19 memnerjang Maret 2020 lalu, korban beralih jadi buruh bangunan. Korban memang dikenal hobi mancing dan sudah terbiasa mengail di Tukad Melangit. *esa
Komentar