Forkom Dewi Bali Lakukan Pendampingan
Diharapkan desa wisata yang ada nantinya dapat menjadi desa wisata mandiri
DENPASAR,NusaBali
Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali memberikan pendampingan terhadap desa wisata- desa wisata yang ada di Bali. Pendampingan tersebut menyangkut 3 aspek, yakni penguatan kelembagaan, penguatan produk-produk dan promosi secara digital memanfaatkan sosial media.
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) I Made Mendra Astawa mengatakan Senin (20/12). Hal itu disampaikan terkait potensi dan prospek desa wisata di Bali ke depan.
Dijelaskan Mendra, pendampingan penguatan kelembagaan adalah penguatan kemanajemenan tata kelola. Hal itu berkaitan dengan stakeholder di desa yakni Pemerintahan Desa Dinas, Desa Adat dan lainnya.
“Bagaimana misalnya kelompok sadar wisata (pokdarwis) sebagai lembaga mengelola desa wisata, agar mampu memberi keuntungan yang bisa dirasakan bersama,” jelas Mendra Astawa.
Kemudian pendampingan penguatan produk desa wisata yang disesuaikan dengan kebutuhan kekinian, tanpa menghilangkan budaya atau kearifannya. Misalnya bagaimana mengangkat kopi atau barista ke desa wisata, sehingga kopi yang ditawarkan mempunyai nilai tambah jual.
Mengangkat produk kuliner, baik makanan maupun kue atau snack. Contohnya di Desa Wisata Bakas, Kecamatan Banjarangkan Klungkung dengan kuliner jaje atau kue laklak pengangon. Demikian juga di Desa Wisata Aan- masih di Kecamatan Banjarangkan, dimana jaje laklak menjadi inspirasi hidangan pengunjung.
Produk lainnya penyajian makan siang yang mempunyai nilai tambah, juga di Desa Aan, mempersiapkan makanan menggunakan besek. Dihidangkan dengan beberapa jenis makanan lokal, sebagai pilihan.
Kemudian penguatan paket tour wisata sehingga nilai jual paket wisata yang ada di setiap desa wisata menjadi variatif.
Sedang yang ketiga pendampingan pelatihan promosi atau branding. Diantaranya dengan memanfaatkan media digital, sehingga semua desa wisata go digital. Lewat promosi digital, masing-masing desa wisata juga dikenal lewat ciri khas dari masing – masing produknya.
Terpisah, Ketua Forkom Dewi Badung Putu Suada menyatakan hal senada. Untuk pendampingan dalam rangka penguatan desa wisata, Forkom Dewi Kabupaten Badung akan melakukan maping secara selft assesment atau penilaian sendiri. Caranya dengan mengisi form, yang disebut google form. Di dalamnya ada indikasi – indikasi isian yang mesti dicantumkan. Nah dari selft assesment itulah, akan diketahui dimana posisi desa wisata bersangkutan. Apakah masuk katagori desa wisata rintisan, berkembang, maju atau desa wisata mandiri.
Dari posisi berdasarkan maping itulah baru akan bisa ditentukan model pembinaan atau pendampingan untuk desa wisata.
“Harapan kami semua naik kelas pada akhirnya menjadi desa wisata mandiri,” ujar Suada. Untuk masuk kategori desa wisata mandiri, harus memenuhi sejumlah kriteria. Diantaranya dikunjungi wisatawan secara masif. Dari pengelolaanya memberi kontribusi atau pendapatan kepada desa. Menyerap tenaga kerja di desa setempat dan dampak positif lainnya.
“Selft assesment mesti jujur sehingga posisi dari maping sesuai dengan kriteria yang ada,” jelas Suada.
Di Kabupaten Badung saat ini tercatat 17 desa wisata. Ke-17 desa wisata tersebut adalah Bongkasa Pertiwi, Pangsan, Petang, Pelaga, Belok, Carangsari, Sangeh, Baha. Kemudian Desa Wisata Kapal, Mengwi, Munggu, Bongkasa, Abiansemal Dauh Yeh Cani, Sobangan, Cemagi, Penarungan dan Desa Wisata Kuwum. Sedang untuk seluruh Bali tercatat 179 desa wisata. *K17
Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) I Made Mendra Astawa mengatakan Senin (20/12). Hal itu disampaikan terkait potensi dan prospek desa wisata di Bali ke depan.
Dijelaskan Mendra, pendampingan penguatan kelembagaan adalah penguatan kemanajemenan tata kelola. Hal itu berkaitan dengan stakeholder di desa yakni Pemerintahan Desa Dinas, Desa Adat dan lainnya.
“Bagaimana misalnya kelompok sadar wisata (pokdarwis) sebagai lembaga mengelola desa wisata, agar mampu memberi keuntungan yang bisa dirasakan bersama,” jelas Mendra Astawa.
Kemudian pendampingan penguatan produk desa wisata yang disesuaikan dengan kebutuhan kekinian, tanpa menghilangkan budaya atau kearifannya. Misalnya bagaimana mengangkat kopi atau barista ke desa wisata, sehingga kopi yang ditawarkan mempunyai nilai tambah jual.
Mengangkat produk kuliner, baik makanan maupun kue atau snack. Contohnya di Desa Wisata Bakas, Kecamatan Banjarangkan Klungkung dengan kuliner jaje atau kue laklak pengangon. Demikian juga di Desa Wisata Aan- masih di Kecamatan Banjarangkan, dimana jaje laklak menjadi inspirasi hidangan pengunjung.
Produk lainnya penyajian makan siang yang mempunyai nilai tambah, juga di Desa Aan, mempersiapkan makanan menggunakan besek. Dihidangkan dengan beberapa jenis makanan lokal, sebagai pilihan.
Kemudian penguatan paket tour wisata sehingga nilai jual paket wisata yang ada di setiap desa wisata menjadi variatif.
Sedang yang ketiga pendampingan pelatihan promosi atau branding. Diantaranya dengan memanfaatkan media digital, sehingga semua desa wisata go digital. Lewat promosi digital, masing-masing desa wisata juga dikenal lewat ciri khas dari masing – masing produknya.
Terpisah, Ketua Forkom Dewi Badung Putu Suada menyatakan hal senada. Untuk pendampingan dalam rangka penguatan desa wisata, Forkom Dewi Kabupaten Badung akan melakukan maping secara selft assesment atau penilaian sendiri. Caranya dengan mengisi form, yang disebut google form. Di dalamnya ada indikasi – indikasi isian yang mesti dicantumkan. Nah dari selft assesment itulah, akan diketahui dimana posisi desa wisata bersangkutan. Apakah masuk katagori desa wisata rintisan, berkembang, maju atau desa wisata mandiri.
Dari posisi berdasarkan maping itulah baru akan bisa ditentukan model pembinaan atau pendampingan untuk desa wisata.
“Harapan kami semua naik kelas pada akhirnya menjadi desa wisata mandiri,” ujar Suada. Untuk masuk kategori desa wisata mandiri, harus memenuhi sejumlah kriteria. Diantaranya dikunjungi wisatawan secara masif. Dari pengelolaanya memberi kontribusi atau pendapatan kepada desa. Menyerap tenaga kerja di desa setempat dan dampak positif lainnya.
“Selft assesment mesti jujur sehingga posisi dari maping sesuai dengan kriteria yang ada,” jelas Suada.
Di Kabupaten Badung saat ini tercatat 17 desa wisata. Ke-17 desa wisata tersebut adalah Bongkasa Pertiwi, Pangsan, Petang, Pelaga, Belok, Carangsari, Sangeh, Baha. Kemudian Desa Wisata Kapal, Mengwi, Munggu, Bongkasa, Abiansemal Dauh Yeh Cani, Sobangan, Cemagi, Penarungan dan Desa Wisata Kuwum. Sedang untuk seluruh Bali tercatat 179 desa wisata. *K17
Komentar