Isak Tangis Iringi Palebon Maestro Drama Gong AA Rai Kalam
SEMARAPURA, NusaBali
Maestro seni drama gong berlabel ‘Patih Anom’, Anak Agung Gede Rai Kalam,83, yang meninggal di kediamannya, Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, dipalebon, pada Wraspati Pon Krulut, Kamis (23/12) siang.
Isak tangis keluarga dan para pelayat, pecah menjelang prosesi pembakaran jenazah. Palebon dilaksanakan di Setra Adat Sampalan, Desa Paksebali. Prosesi tersebut dipuput Ida Pedanda Gde Karang Putra Keniten dari Griya Kanginan, Desa Paksebali. Menurut beberapa warga, isak tangis keluarga dan pelayat pecah, karena terkenang dengan masa hidup almarhum. Di mata masyarakat, almarhum diketahui tak hanya sebagai ksatria patih nan bijak, sepuh, dan sahaja di panggung. Almarhum juga panglingsir puri yang amat santun, penuh etika dalam paribasa (berbahasa) dan laku diri, hingga patut jadi tauladan banyak orang, terutama para seniman. ‘’Kami sulit mencari pengganti sosok seniman cerdas seperti beliau. Kami sangat kehilangan,’’ jelas Ketua Listibya Klungkung Dewa Gde Alit Saputra, saat dihubungi, Kamis kemarin.
AA Gede Rai Kalam diketahui meninggal dalam kamar rumahnya di Puri Satria Kawan, Senin (20/12) pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Ketika itu, seniman drama gong kelahiran 21 Juni 1938 ini sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri, dan setelah diperiksa tim medis sudah dinyatakan meninggal dunia.
Pantauan di lapangan, prosesi palebon Rai Kalam dimulai dari pukul 08.00 Wita, diawali dengan Mlaspas Pamereman (wadah). Pukul 09.00 Wita, layon (jenazah) almarhum diturunkan untuk prosesi Mabersih atau masiram, dilanjutkan dengan upacara Ngaskara di rumah duka, dan Ngawangun.
Sekitar pukul 12.30 Wita, layon dinaikkan ke atas wadah untuk diantar ke setra oleh keluarga dan krama desa adat. Ratusan pelayat dari Desa Paksebali dan luar desa,
turut menghadiri upacara palebon. Sampai di setra, sekitar pukul 13.30 Wita, dilanjutkan dengan prosesi pembakaran layon.
Sekitar pukul 15.00 Wita, pembakaran layon selesai, lanjut prosesi Ngareka dan sembahyang oleh keluarga dan krama. Pada pukul 17.00 Wita, Nganyut atau melarung abu layon ke Pantai/Segara Goa Lawah, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung. "Prosesi Nganyut ini dilakukan dengan naik jukung agar abu layon bisa dilarung hingga agak ke tengah laut," ujar AA Gede Agung Rimawan, Kelian Pesamuan Puri Satria Kawan, sekaligus sameton almarhum.
Sebagaimana diketahui, Rai Kalam yang sangat terkenal dalam peran Patih Anom (berkarakter bijak dan santun) dalam drama gong, diketahui sejak lama menderita diabetes. Penyakit itu menimbulkan komplikasi sesak napas dan maag. Tahun 2015, sempat menjalani rawat inap selama 19 hari di RSUD Klungkung. Sejak itu, maestro drama gong yang meniti karier seni sejak tahun 1967 ini, lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur dan di atas kursi roda. Atas pengabdian dan totalitasnya dalam berkesenian, almarhum meraih sejumlah penghargaan, yakni Aji Sewaka Nugraha dari Pemkab Klungkung, penghargaan Pembinaan dan Pengembangan Drama Gong dari Pemkab Klungkung, penghargaan Seniman Tua dari Pemprov Bali, dan penghargaan Dharma Kusuma dari Pemprov Bali. *wan,lsa
1
Komentar