Pandemi, Perubahan Paradigma, dan KTT G-20
PROYEKSI 2022 Bidang SOSIAL
DENPASAR, NusaBali
PANDEMI Covid-19 telah mengubah seluruh paradigma kehidupan ke arah yang benar-benar tidak terpikirkan sebelumnya.
Mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari interaksi fisik secara langsung, serta protokol kesehatan lainnya. Adaptasi terhadap perubahan ini mutlak dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Di tengah pandemi yang menjadi fenomena perubahan sosial secara cepat dan harus dilakukan secepatnya ini, Indonesia dipercaya menjabat Presidensi (posisi ketuaan) Group of Twenty (G-20), mulai 1 Desember 2021. Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves, Odo RM Manuhutu, mengatakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali, Oktober 2022 mendatang, akan menimbul-kan efek berganda bagi perekonomian Indonesia, terutama Bali. Efek tersebut dapat dirasakan langsung dan tidak langsung, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik.
Salah satu dampak yang langsung dirasakan adalah meningkatkan industri lokal, sehingga dapat memasarkan produknya lebih luas kepada delegasi KTT G-20. Secara nasional, penyelenggaraan KTT G-20 di Bali juga dapat meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia. “Dampak positif yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat itu diharapkan dapat sejalan dengan tema G-20 yang diusung yaitu, Recover Together, Recover Stronger,” kata Odo.
Menurut Odo, lebih dari 150 pertemuan akan diselenggarakan pada rangkaian agenda KTT G-20 di Bali mulai 1 Desember 2021 hingga awal November 2022 mendatang. Selama setahun ke depan akan ada 150 lebih meeting di 18 kota di Indonesia, dan puncaknya di Bali pada Oktober 2022.
Secara detail, tiga isu strategis yang akan dibahas adalah transformasi digital, kesehatan, dan proses pemulihan dunia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sejalan dengan visi Presiden Jokowi ingin memberikan pengalaman baru pada para peserta KTT G-20, maka Pemprov Bali pun menyiapkan persiapan yang juga mengangkat kearifan lokal. Untuk itu, Gubernur Bali Wayan Koster membeberkan persiapan Bali bersolek dari segi infrastruktur sebagai lokasi utama ajang internasional KTT G-20 untuk bisa menggambarkan citra positif Indonesia kepada masyarakat dunia.
Tidak hanya dari mempersiapkan jalur mobilisasi, tapi juga Bali menyiapkan lokasi penanaman mangrove yang nantinya akan disemai 12 juta bibit mangrove oleh para delegasi negara yang terlibat di KTT G-20.
“Kita siapkan semua mulai dari akses dari Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban (Kecamatan Kuta, Badung) menuju Nusa Dua (Kecamatan Kuta Selatan, Badung) sebagai venue utama, termasuk ke akses penginapannya. Tidak ketinggalan nanti akan ada acara penyemaian mangrove di sepanjang lintasan menuju ke lokasi itu akan ditata dengan baik,” kata Gubernur Koster.
Sentuhan kearifan lokal itu tidak hanya akan tercermin dari penyiapan jalur menuju hutan mangrove, tapi juga menyentuh rumah hingga warung-warung milik pedagang lokal. “Ini saya turun langsung, saya minta arsitektur dari Unud juga untuk membuatkan desain. Desainnya disiapkan akhir Desember 2021, Januari 2022 kita sudah mulai pengerjaannya,” tandas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Sementara itu, paradigma yang berubah karena pandemi Covid-19 salah satunya adalah gaya berwisata. Survei nasional dari Indonesia Trip News yang berjudul Adventure Outlook 2022 menunjukkan perubahan penting di dunia wisata tahun 2022 depan. Semua komponen dalam industri wisata akan menekankan prinsip clean, healthy, safety, and environment sustainability (CHSE).
CHSE, bukti vaksinasi, hingga protokol kesehatan dan langkah antisipasi lain disarankan perlu diterapkan secara ketat oleh pengelola/operator wisata, sesuai harapan masyarakat agar terhindar dari gelombang ketiga Corona. Setiap destinasi wisata juga perlu menyiapkan petugas bersertifikat, agar keamanan dan kenyamanan orang berwisata terjamin.
Wisata alam masih akan tumbuh besar hingga ke seluruh lapisan usia. Akomodasi yang mendukung jalan-jalan ala camping dan glamping di alam terbuka, makin diminati. Misalnya, road trip alam dengan campervan atau homestay untuk wisata pedesaan. Wellness tourism atau wisata yang bertujuan untuk memelihara kesehatan mental, juga diprediksi akan banyak peminat.
Namun, di antara optimisme menyambut perubahan paradigma itu, hal yang juga wajib ditangani salah satunya adalah banyaknya anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu akibat pandemi. Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19 di laman kemensos.go.id, per 20 Juli 2021 terdapat 11.045 orang anak menjadi yatim piatu, yatim atau piatu. Sedangkan Wapres Ma’ruf Amin menyebut per September 2021, ada 28.000 anak menjadi yatim.
Guna mencapai herd immunity (kekebalan komunal), hingga awal Desember 2021 sudah 263 juta dosis vaksin disuntikkan. Rincviannya, vaksinasi dosis I sudah 73,9 persen dari target sasdaran, sementara dosis II mencapai 51,8 persen dari target sasaran. Saat ini, tengah digencarkan vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun.
Presiden Jokowi menyatakan salah satu kunci penanganan pandemi adalah kerja sama, kerja bersama, dan gotong royong. ”Gotong royong itu yang tidak dimiliki negara lain,“ ujar Presiden Jokowi saat berpidato pada peringatan HUT ke-7 Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pekan lalu.
Ya, gotong royong dan selalu optimistis bahwa kita bisa melewati pandemi Covid-19 bersama-sama, harus tetap dijaga. Itu seperti tema KTT G-20 di mana saat ini Indonesia memegang posisi keketuaan; recover together, recover stronger, pulih bersama, pulih (menjadi) lebih kuat. *
Ana Bintarti
Wartawan NusaBali
Wartawan NusaBali
Komentar