Jelang Tahun Baru, Kunjungan Wisata Belum Berpengaruh Banyak
SINGARAJA, NusaBali
Pergerakan pariwisata di Kabupaten Buleleng jelang pergantian tahun 2021-2022, belum berpengaruh banyak. Kunjungan wisatawan yang terdeteksi melalui tingkat hunian hotel baru bergerak di angka 20-30 persen saja.
Kondisi ini pun tak sesuai dengan harapan pelaku wisata, yang sebelumnya sempat mempredikasi kebangkitan pariwisata lewat Natal dan Tahun baru (Nataru). Resort Manajer Lovina Beach Club Nyoman Suarna, Selasa (28/12) kemarin mengatakan, sejauh ini hunian hotelnya memang ada pergerakan, namun belum signifikan. Namun sesuai dengan karakter pariwisata Buleleng, booking hotel biasanya terjadi di last minute pergantian tahun.
“Saat ini baru 20-30 persen, kan masih menunggu perkembangan dua hari lagi, karena biasanya booking masuk di last minute pergantian tahun,” kata Suarna. Hanya saja, melihat trend, booking hotel dan kunjungan wisatawan menurutnya lebih ramai sebelum Natal. Ada kecenderungan wisatawan berlibur lebih awal, karena menghindari aturan pemerintah yang kembali menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Nataru.
Hal senada juga diungkapkan Eksekutif Manajer Hotel Puri Saron, Desak Riya Novitri. Menurutnya, reservasi kamar hotel belum ada lonjakan. Bahkan belum ada peningkatan sama sekali. Sejauh ini yang sudah memesan kamar untuk perayaan pergantian tahun masih didominasi wisatawan lokal Bali. Sedangkan wisatawan domestik luar Bali belum ada. “Hotel-hotel di kawasan Lovina memang rata-rata menunggu last minute, yang sudah masuk reservasi saat ini masih lokal Bali saja, luar Bali belum ada,” jelas Desak Riya.
Sementara itu, Ketua BPC PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa ditemui terpisah kemarin, mengatakan dampak pembatalan PPKM Level III di Bali belum signifikan. Bahkan jika dibandingkan dengan pergantian tahun 2020-2021 saat pandemi melanda, masih lebih kunjungan wisata tahun lalu.
“Tahun lalu saat bukan yang sama, kita harapkan high season masih ada hunian 50-80 persen. Tapi tahun ini bicara global Buleleng baru 30-40 persen. Tentu tidak sesuai harapan karena ada penurunan,” kata Suardipa.
Pangsa pasar pariwisata Buleleng disebutnya memang berbeda dengan Bali selatan. Hal ini yang membuat tingkat hunian di 209 hotel dan restoran yang ada di Buleleng berbeda. Namun jika bicara global, tingkat hunian baru 30-40 persen.
“Buleleng pangsa pasar berbeda. Kalau Buleleng barat seperti di Menjangan itu minat khusus. Bahkan dua hotel disana tingkat huniannya sampai 90-100 persen. Tetapi kalau di Buleleng timur seperti Tejakula pasarnya Eropa. Belum bisa masuk jadi tingkat hunian mereka juga baru 10 persen bahkan ada yang nol persen,” papar Suardipa.
Kunjungan wisata yang belum berpengaruh banyak di Buleleng salah satunya karena ada PPKM Nataru. Meskipun PPKM level III dibatalkan, namun PPKM Nataru tak lantas memberikan dampak lebih baik. Karena pemerintah tetap membatasi aktivitas. “Kami bukannya tidak setuju dengan imbauan pemerintah. Tetapi dengan tetap tidak boleh ada hiburan, music, budaya bagaimana wisatawan mau datang. Kalau bisa diberi kebijakan. Toh di hotel juga sudah skrining PeduliLindungi, program CHSE dan prokes ketat juga,” harap Suardipa yang juga pengusaha restoran di Buleleng. *k23
Komentar