nusabali

Kios Souvenir Masih Malas Buka

Kunjungan Turis di DTW Tanah Lot Meningkat

  • www.nusabali.com-kios-souvenir-masih-malas-buka

Sejak sekian hari ada kebijakan pembukaan wisata, sedikit ada peningkatan perputaran ekonomi di kalangan pemilik kios wisata.

TABANAN, NusaBali

Kunjungan turis atau wisatawan mulai meningkat ke DTW Tanah Lot di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan,  jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2022. Namun para pedagang yang pengontrak ratusan kios di kawasan DTW tersebut masih malas buka kiosnya.

Dari 650 kios yang ada, sekitar 15 persen atau setara 100an kios sudah buka. Kebanyakan kios yang belum buka adalah kios makanan dan minuman. Karena barang dagangan ini ada masa tenggang kedaluwarsa. Selain itu, kunjungan wisatawan belum benar-benar stabil.

Kepala Divisi Pasar DTW Tanah Lot I Made Adi Susila mengakui, dari 650 kios yang terdata untuk sekarang belum seluruhnya buka. Jika dipresentasekan yang buka baru sekitar 15 persen atau setara dengan 100 kios. Sisanya, masih pilih tutup lantaran kunjungan wisatawan belum stabil. “Sudah ada beberapa yang buka adalah kios souvenir, sementara yang paling banyak milih tutup adalah kios makanan dan minuman,” ujanya, Kamis (30/12).

Dia mengatakan karena kunjungan belum stabil para pemilik kios enggan membuka dagangan mereka. Lagi pula niat belanja para wisatawan masih menurun. Pemilik kios makanan dan minuman juga takut dagangan mereka kedaluwarsa. Dari pada rugi karena tidak ada yang beli, jelas Adi, pedagang ini pilih masih tutup kios sembari menunggu kunjungan ramai. “Kalau mereka buka dengan kondisi wisatawan belum stabil, jelas rugi. Kios makanan dan minuman yang buka hanya di dekat areal parkiran kendaraan,” beber Adi Susila.

Dia mengakui, sejak sekian hari ada kebijakan pembukaan wisata, sedikit ada peningkatan perputaran ekonomi di kalangan pemilik kios wisata. Dari yang sebelumnya tidak bisa buka sama sekali, kini mulai buka secara bertahap dan sudah dapat jualan. “Sejumlah pedagang sudah bisa tersenyum sedikit karena ada yang berbelanja. Hanya saja, kios tak seramai sebelum pandemi,” katanya.

Di sisi lain, kondisi fisik kios pedagang yang belum buka, tak ada sampai rusak berat. Meskipun tak dibuka, para pedagang masih rajin bersih-bersih. Dia mengakui ada  beberapa pedagang pengontrak kios, stop sementara berjualan. Karena mereke tak dapat berjualan sehingga kondisi kios tak terawat. Mereka yakni pedagang kayu gaharu dari luar Bali. “Tak hanya di DTW Tanah Lot, pedagang kayu gaharu di tempat wisata lain, juga pilih stop  jualan sementara,” terang Adi Susila.

Dia menyebutkan dengan belum stabilnya kunjungan wisatawan ke Tanah Lot, pedagang yang mengontrak kios di atas lahan Pemkab Tabanan, diberikan kebijakan untuk tak bayar sewa. Jumlah biaya sewa dihitung Rp 4.000 per meter persegi per bulan. “Ini karena kondisi ada sedikit kebijakan. Namun untuk pungutan retribusi pedagang tetap bayar,” tegasnya.

Dia berharap kunjungan wisatawan ke Tanah Lot makin meningkat. Meskipun di tengah pandemi Covid-19, manajemen sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kunjungan wisatawan di tengah pandemi Covid-19 di kawasan DTW Tanah Lot, sehari hanya 2.000 orang. Pengunjung dominan wisatawan domestik dari luar Bali,  seperti Jakarta, Surabata dan sekitarnya.

Salah seorang pedagang souvenir, Listya mengaku penjualan di tengah pandemi menurun drastis. Sehari yang berbelanja hanya 2 - 3 orang. Jika dibandingkan sebelum pandemi, mencapai puluhan orang. “Penjualan menurun, kalau ada yang belanja sekarang 1 - 2 orang saja sudah bersyukur sekali,” ujarnya.

Dia menyebutkan, imbas dari pandemi ini, keuntungan jualan juga berkurang. Biasanya sebelum pandemi, per buah barang bisa untung Rp 10.000, kini hany Rp 2.000 - Rp 3.000. ‘’Tak masalah, yang penting laku,” jelas pedagang dari Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan ini. *des

Komentar