Dimeriahkan Pameran Lukisan dan Topeng
Perayaan 1.000 Tahun Prasasti Baturan
GIANYAR, NusaBali
Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, akan merayakan 1.000 tahun Prasasti Baturan di penghujung tahun 2022. Desa yang dulunya dikenal dengan nama ‘Baturan’ berdasarkan prasasti Baturan 944 Icaka (1022) masehi ini akan genap berusia 1.000 tahun.
Sebagai rangkaian perayaan itu, kerja sama antara Desa Adat Batuan - Desa Batuan akan diselenggarakan pameran bertajuk Nuju Sahasra Warsa Batuan di Gedung Kesenian, Desa Batuan di sisi utara Pura Desa Batuan. Ruang pameran merupakan gedung baru yang disulap dari mulanya ruang kelas sekolah dasar. Desa Adat Batuan, komitmen kawasan gedung ini nantinya akan dimanfaatkan untuk proses pembelajaran,
pengembangan seni dan budaya serta ruang apresiasi untuk masyarakat Desa Batuan. "Kita hidup dari budaya, mari warisi dan lestarikan," ujar Bendesa Adat Batuan, I Nyoman Megawan SH, beberapa waktu lalu.
Dijelaskannya, Desa Adat Batuan melalui Baga Kesenian juga telah mengumpulkan anak-anak yang tertarik
untuk belajar menari dan menabuh di Desa sebagai bagian dari upaya konservasi kebudayaan. Selain seni Lukis serta Ukir dan Topeng, Desa Adat Batuan memiliki sangat banyak warisan tari endemik yang memang memiliki karakteristik tersendiri seperti Tari Rejang Sutri yang ditarikan
dari Sasih Kalima hingga Sasih Kasanga dalam perhitungan kalender Bali serta Dramatari Gambuh Batuan yang sudah dikenal secara global. "Sebagai bagian dari masyarakat adat yang bertanggungjawab atas adat di Bali, kami merasa memiliki tanggungjawab untuk menumbuhkembangkan serta melestarikan warisan yang telah kami terima," jelas pemilik Bali Gong ini.
Megawan menyambut baik atas pameran itu. Dia menyampaikan terima kasih serta penghargaan kepada para seniman lukis yang tergabung dalam Komunitas Batur Ulangun dan para seniman ukir dan topeng yang tergabung dalam Komunitas Citra Kara. "Semoga pameran ini menjadi salah satu ajang untuk merayakan kebersamaan menuju Batuan yang bersatu dan maju. Kami percaya jalan budaya adalah salah satu diplomasi utama dalam membangun dan mempertahankan persatuan dan perbedaan," jelasnya.
Bukan kali ini saja, para perupa Batuan, baik seni lukis maupun topeng, berpameran. Karya-karya mereka tidak hanya terpajang di museum-museum, galeri, ruang publik seni budaya dalam negeri, melainkan terbilang hadir pula mewarnai berbagai event internasional. Akan tetapi, perhelatan seni di penghujung tahun 2021 ini layak dicatat sebagai hal yang istimewa. Pertama, digelar khusus menyongsong satu momen penting tak terulang, yakni 1.000 Tahun Batuan, atau Sahasra Warsa Baturan. Kedua, ini adalah peristiwa seni yang boleh dikata menyejarah lantaran diadakan memaknai peresmian Gedung Kesenian Desa Batuan, tempat karya-karya pilihan ini dihamparkan. Dengan kata lain, para seniman, pemangku adat dan masyarakat setempat adalah sungguh sebagai tuan rumah.
Pameran lintas generasi ini berlangsung mulai 23 Desember 2021 sampai dengan 23 Januari 2022. Pelukis paling sepuh I Made Tubuh (1941) hingga yang terkini I Wayan Aris Sarmanta (1995). Sedangkan seniman topeng tertua I Nyoman Lanus (1951) dan termuda I Wayan Eko Putra (1993). Seni lukis gaya Batuan memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Selain waktu pengerjaannya yang cukup lama, tahapan melukisnya juga terbilang kompleks dan detail. Tidak mengherankan bila karya-karya perupa Batuan, baik seni lukis maupun topengnya, banyak dikoleksi institusi penting maupun pribadi lintas bangsa. Sebut saja misalnya Museum Volkenkunde, Leiden, Tropen Museum, Amsterdam, Belanda, Museum Der Kulturen, Basel, Swiss, Singapore Art Museum, Tempera Art Museum, Finland, Fukuoka Art Museum, tentu juga termasuk Museum
Nasional dan museum-museum yang ada di Bali, semisal Museum Puri Lukisan, Museum Neka, ARMA, Museum Rudana, juga Museum Bali dengan karya-karya generasi pendahulu gaya Batuan yang terbilang langka. Sebagian besar lukisan tersebut menyuratkan nilai-nilai filosofis Bali yang bersifat simbolis mistis atau magis, juga terkait konteks sosio-historis yang menandakan keberadaan seniman atau kreator sebagai pribadi yang otentik dan unik. Tahapan melukis gaya Batuan dari dulu sampai sekarang sama. Proses awal dimulai dengan ngorten (membuat sketsa dengan pensil), lalu nyawi (menegaskan garis dengan tinta cina), selanjutnya ngucak (memberi efek jauh-dekat dan terang gelap), menyunin (memberi kesan berisi), lalu memberi ornamen dan detail dengan warna. Hal ini berlaku untuk jenis lukisan hitam putih ataupun berwarna. Dengan tahapan-tahapan yang banyak ini tidak heran jika lukisan Batuan detail dalam menggambarkan objek sekecil apapun.
Pameran lukisan dan topeng resmi dibuka oleh Kadis Kebudayaan Kabupaten Gianyar I Gusti Agung Sri Widiawati pada Kamis (23/12/2021) sore di Gedung Kesenian Desa Adat Batuan.
Ketua Komunitas Pelukis Baturulangun Batuan I Ketut Sadia menjelaskan bahwa terdapat total 35 pelukis Desa Batuan yang berpartisipasi dalam pameran tersebut. "Kami rencananya akan secara rutin menggelar pameran di sini menjelang seribu tahun terbentuknya Desa Batuan ini. Tentunya dengan isi pameran yang berbeda-beda," tuturnya.
Sekretaris Komunitas Seniman Topeng Citra Kara, I Made Jaya Jemena, menambahkan terdapat 29 seniman topeng dari Desa Batuan yang berpartisipasi dalam pameran topeng tersebut. Seniman yang ada berasal dari berbagai usia dan memiliki ciri khasnya masing-masing sehingga dapat memberikan warna dalam pameran . "Salah satu senimannya yakni I Nyoman Lanus kelahiran 1952 dan yang paling muda Wayan Eko kelahiran 1993," terangnya.7nvi
Komentar