Pawai Ogoh-Ogoh Diizinkan, Perajin Puaya Menanti Kedatangan Para Yowana
GIANYAR, NusaBali.com - Dengan diperbolehkannya arak-arakan ogoh-ogoh menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 bulan Maret mendatang, seniman dan perajin topeng yang ada di Banjar Puaya, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar mulai menunggu orderan untuk kelengkapan ogoh-ogoh.
Seiring diizinkannya parade ogoh-ogoh melalui SE (Surat Edaran) Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Nomor : 009/SE/MDA-Prov Bali/XII/2021 tentang Pembuatan dan Pawai Ogoh-Ogoh Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 yang terbit pada Rabu (22/12/2021), para perajin di Banjar Puaya menanti-nanti kehadiran yowana (pemuda) atau masyarakat Bali untuk membeli segala keperluan ogoh-ogoh seperti tapel (topeng), hiasan, rambut dan berbagai keperluan lainnya untuk menggerakkan roda perekonomiannya.
Ni Ketut Rambug, salah satu penjual tapel dan berbagai perlengkapan keperluan ogoh-ogoh menyatakan kerinduannya terhadap kehadiran masyarakat Bali untuk membeli segala kebutuhan ogoh-ogoh menjelang hari suci Nyepi.
"Mudah-mudahan tahun 2022 ini ogoh-ogoh benar-benar terlaksana karena menjelang hari suci Nyepi merupakan salah satu sumber penghasilan musiman bagi kami para pengrajin di sini," ujarnya saat ditemui pada Selasa (4/1/2022) siang.
Ni Ketut Rambug menambahkan bahwa dalam hampir dua tahun terakhir dikarenakan pandemi Covid-19 tidak dapat memanfaatkan momen ogoh-ogoh sebagai sumber mata pencaharian musiman. "Karena lumayan ramai yowana dan masyarakat Bali datang kesini untuk membeli keperluan ogoh-ogoh, seperti rambut ogoh-ogoh satu Sekaa Teruna bisa membeli puluhan kilogram rambut yang di mana per kilogram harga rambut ogoh-ogoh paling murah di harga Rp 150.000 yang menggunakan bahan prasok (sejenis tumbuhan pandan)," tutur perempuan yang telah berjualan sejak tahun 1985 tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wayan Cakra salah satu perajin tapel yang ada di sekitar wilayah Banjar Puaya yang menyatakan bahwa ia merasa senang ketika mendengar diperbolehkannya kembali pawai ogoh-ogoh dalam menyambut hari suci Nyepi caka 1944.
Harapannya ia dapat kembali memperoleh pesanan dan dapat menambah mata pencahariannya yang selama ini terganggu dengan adanya pandemi. "Biasanya dari bulan Desember masyarakat sudah mulai memesan tapel dengan membawa desainnya masing-masing. Kalau berkaca dari momen ogoh-ogoh sebelum pandemi saya bisa mendapatkan sekitar 30 hingga 50 pesanan tapel dari momen tahunan tersebut," terangnya.
Lebih lanjut Wayan Cakra mengatakan bahwa biasanya masyarakat datang tidak hanya untuk memesan tapel, melainkan juga membeli kebutuhan perlengkapan ogoh-ogoh lainnya seperti rambut, kain, hiasan yang berupa ukiran, tali, rotan dan berbagai kebutuhan lainnya. "Prediksi saya 15 hari sebelum hari pangrupukan (hari di mana ogoh-ogoh dilaksanakan) baru akan ramai masyarakat berdatangan," ucapnya.
Wayan Cakra berharap agar pemerintah terkait segera mengeluarkan kebijakan yang menegaskan bahwa ogoh-ogoh dapat benar-benar terlaksana, agar ia dapat turut menyambut momen tersebut dengan mempersiapkan diri dan menyiapkan bahan baku tapel untuk mengerjakan pesanan yang masuk dari masyarakat untuk keperluan ogoh-ogoh.
"Mudah-mudahan izin yang sudah keluar tidak berubah kembali agar semangat kami para pengrajin dalam menyambut momen ogoh-ogoh ini tetap terjaga, begitu pula dengan semangat para yowana dan masyarakat yang telah menanti-nanti pagelaran atraksi budaya tersebut," tutupnya.
1
Komentar