Investasi di Buleleng Tembus Rp 10 Triliun Lebih
ini artinya, investor melirik Buleleng sebagai daerah sangat layak untuk berinvestasi.
SINGARAJA, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang melantakkan perekonomian nasional, ternyata tidak telalu memengaruhi iklim investasi di Buleleng. Dengan penggunaan sistem Online Single Submission- Risk Based Approach (OSS-RBA), terjadi peningkatan investasi di Buleleng. Peningkatan bahkan sampai 400 persen selama tahun 2021, jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Data dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Buleleng, nilai investasi di Buleleng tahun 2021 sekitar Rp 10,507 triliun. Padahal, target yang diberikan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat hanya Rp 891,715 miliar.
Kepala DPMPTSP Buleleng Made Kuta mengatakan, tingginya nilai investasi berpengaruh pada tingkat perekonomian di Buleleng. Dari investasi ini, Kuta optimis perekonomian di Buleleng kedepan akan lebih baik. "Target BKPM itu meliputi delapan sektor yakni, industri besar, perikanan, properti, pariwisata, perdagangan, usaha kecil menengah, kesehatan, dan jasa, sebesar Rp 1,273 triliun," kata Kuta, dikonfirmasi Jumat (7/1) siang
Kuta menjelaskan, target sebesar Rp 1,273 triliun itu, terbagi dalam dua model perizinan investasi yakni Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). PMDN ditarget Rp 891,715 miliar, tercapai Rp 9 triliun lebih. Sektor PMA diberikan target Rp 380 miliar dan realisasi Rp 321 miliar lebih. Maka total realisasi invetasi tahun 2021 sebesar Rp 10,57 triliun.
Kuta membeberkan, perbandingan nilai investasi tahun 2020, target dari BPKM Pusat Rp 1,243 triliun, dan tercapai hanya 40 persen. PMDN tercapai Rp 363 miliar lebih. PMA ditarget Rp 380 miliar, hanya tercapai Rp 197 miliar lebih.
"Jika melihat data, ada kenaikan investasi secara signifikan sebesar 400 persen. Ini artinya, investor melirik Buleleng sebagai daerah sangat layak untuk berinvestasi. Sektor terbesar yang memberikan sumbangan investasi dari industri besar dengan adanya penambahan kapasitas PLTU Celukan Bawang," ujar Kuta.
Kuta melanjutkan, khusus untuk tahun 2022, pihaknya sejauh ini telah menyiapkan pengembangan sektor perikanan. Mengingat sektor ini, punya peluang untuk berkembang seiring perbaikan ekonomi. "Kalau pariwisata kami prediksi masih stagnan akibat pandemi. Karena itu perikanan akan kami genjot dan disiapkan aturan soal itu," ujar Kuta.
Guna menyiapkan adanya lonjakan investasi kedepan, DPMPTSP telah berkoordinasi dengan sejumlah Organiasi Perangkat Daerah (OPD) di Buleleng agar bersinergi untuk memberikan kemudahan izin investasi. "Kami optimis angka investasi ini akan terus naik seiring dengan perbaikan sistem melalui OSS. Tinggal kami evaluasi kelemahan yang akan dikoordinasikan dengan OPD terkait," kata Kuta. *mz
Pandemi Covid-19 yang melantakkan perekonomian nasional, ternyata tidak telalu memengaruhi iklim investasi di Buleleng. Dengan penggunaan sistem Online Single Submission- Risk Based Approach (OSS-RBA), terjadi peningkatan investasi di Buleleng. Peningkatan bahkan sampai 400 persen selama tahun 2021, jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Data dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Buleleng, nilai investasi di Buleleng tahun 2021 sekitar Rp 10,507 triliun. Padahal, target yang diberikan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat hanya Rp 891,715 miliar.
Kepala DPMPTSP Buleleng Made Kuta mengatakan, tingginya nilai investasi berpengaruh pada tingkat perekonomian di Buleleng. Dari investasi ini, Kuta optimis perekonomian di Buleleng kedepan akan lebih baik. "Target BKPM itu meliputi delapan sektor yakni, industri besar, perikanan, properti, pariwisata, perdagangan, usaha kecil menengah, kesehatan, dan jasa, sebesar Rp 1,273 triliun," kata Kuta, dikonfirmasi Jumat (7/1) siang
Kuta menjelaskan, target sebesar Rp 1,273 triliun itu, terbagi dalam dua model perizinan investasi yakni Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). PMDN ditarget Rp 891,715 miliar, tercapai Rp 9 triliun lebih. Sektor PMA diberikan target Rp 380 miliar dan realisasi Rp 321 miliar lebih. Maka total realisasi invetasi tahun 2021 sebesar Rp 10,57 triliun.
Kuta membeberkan, perbandingan nilai investasi tahun 2020, target dari BPKM Pusat Rp 1,243 triliun, dan tercapai hanya 40 persen. PMDN tercapai Rp 363 miliar lebih. PMA ditarget Rp 380 miliar, hanya tercapai Rp 197 miliar lebih.
"Jika melihat data, ada kenaikan investasi secara signifikan sebesar 400 persen. Ini artinya, investor melirik Buleleng sebagai daerah sangat layak untuk berinvestasi. Sektor terbesar yang memberikan sumbangan investasi dari industri besar dengan adanya penambahan kapasitas PLTU Celukan Bawang," ujar Kuta.
Kuta melanjutkan, khusus untuk tahun 2022, pihaknya sejauh ini telah menyiapkan pengembangan sektor perikanan. Mengingat sektor ini, punya peluang untuk berkembang seiring perbaikan ekonomi. "Kalau pariwisata kami prediksi masih stagnan akibat pandemi. Karena itu perikanan akan kami genjot dan disiapkan aturan soal itu," ujar Kuta.
Guna menyiapkan adanya lonjakan investasi kedepan, DPMPTSP telah berkoordinasi dengan sejumlah Organiasi Perangkat Daerah (OPD) di Buleleng agar bersinergi untuk memberikan kemudahan izin investasi. "Kami optimis angka investasi ini akan terus naik seiring dengan perbaikan sistem melalui OSS. Tinggal kami evaluasi kelemahan yang akan dikoordinasikan dengan OPD terkait," kata Kuta. *mz
Komentar