Wayan Kusmiantha Dusak, Putra Bali yang Jabat Dirjen Pemasyarakatan Kemenkum HAM
Pernah 2 Bulan Jadi Wartawan Freelance, Tidur di Stasiun Kereta.Merantau ke Cibinong bermodalkan ijazah SMEA, Wayan Kusmiantha Dusak akhirnya bisa kuliah di Akademi Ilmu Pemasyarakatan.
JAKARTA, NusaBali
Sebelum dipromosikan menjadi Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (Dirjen Pas Kemenkum HAM), 10 Agustus 2015 lalu, I Wayan Kusmiantha Dusak, 58, punya pengalaman menggeluti beragam jenis pekerjaan. Salah satu putra terbaik Bali asal Tabanan ini merangkak mulai dari sebagai pekerja pabrik es, petugas asuransi, sopir tembak, kenek kuli bangunan, jadi wartawan, hingga instalator listrik.
Semua pekerjaan di masa mudanya itu dijalani dengan penuh tanggung jawab, lantaran kondisi perekonomian keluarganya saat itu terbatas. Kedua orangtuanya, I Nengah Rapuk dan Ni Ketut Batang, hanyalah pasutri petani penggarap di kampung halamannya kawasan Banjar Pangkung, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan. Wayan Kusmiantha Dusak sendiri merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara.
Ketika itu, Kusmiantha Dusak tinggal bersama kakak keriganya yang berdinas sebagai tentara di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Nah, kakak ketiga yang mengajaknya sejak tamat SD itu, ekonominya belumlah mapan. Maka, untuk bisa mendapatkan penghasilan, Kusmiantha harus bekerja, terutama setelah kembali tinggal di Cibinong bersama kakak ketiganya setamat SMEA tahun 1976.
"Begitu tamat SMEA Dwi Tunggal Tabanan tahun 1976, saya balik ke Cibinong. Tadinya ingin melanjutkan pendidikan, tapi perekonomian saat itu belum mapan, se-hingga saya harus bekerja apa saja," kenang Kusmiantha saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya di Gedung Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkum HAM, Jalan Veteran Nomor 11 Jakarta Pusat, Rabu (16/9) lalu.
Berbekal ijazah SMEA Jurusan Tata Niaga, Kusmiantha melamar ke sejumlah pabrik di Cibinong. Namun, dia ditolak berkali-kali dari satu pabrik ke pabrik lainnya. Sampai akhirnya dia diterima kerja di sebuah pabrik es. Berhubung bekerja di pabrik es cukup berat dengan penghasilan sangat kecil, Kusmiantha pilih keluar. Dia beralih ke pekerjaan sebagai petugas asuransi, yang khusus mencari nasabah.
Selama menjadi petugas asuransi, lebih banyak duka dari pada sukanya. Sebab, Ku-smiantha sering ditolak saat menawarkan asuransi. Kalau pun ada yang tertarik mendengarkan presentasinya tentang asuransi, ujung-ujungnya mereka tetap saja tidak bersedia menjadi nasabah. Kusmiantha pun banting setir menjadi sopir tembak angkot Jurusan Cibinong-Cilengsi.
Jadi sopir tembak juga tidak bertahan lama. Setelah berhenti jadi sopir tembak, Ku-smiantha justru beralih menjadi kenek buruh bangunan. Kebetulan, seorang tetang-ganya di Cibinong bekerja sebagai tukang bangunan. Berhubung sang tetangga me-mbutuhkan anak buah, Kusmiantha ditarik. Nah, dari kenek bangunan, Kusmiantha kemudian belajar bagaimana menjadi instalator listrik. Dia pun pernah mengalami kesetrum listrik sampai dua kali. Dari pengalamnan kesetrum itu, Kusmiantha pilih tidak lagi melanjutkan kerja sebagai instalator listrik. Selanjutnya...
1
2
Komentar