Trah Perlu Belajar dari Filosofi Kaca Mobil
Bedah Buku Dinamika Dinasti Kresna Kepakisan di Bali
Agar kita lebih banyak fokus ke depan, ketimbang lebih banyak menoleh ke belakang.
GIANYAR, NusaBali
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace menegaskan agar trah atau komunitas pasemetonan di Bali mau belajar dari filosofi kaca mobil. Wagub asal Puri Agung Ubud, Gianyar ini, menekankan itu saat membuka acara Bedah Buku ‘Dinamika Kepemimpinan Dinasti Ida Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan di Balidwipa 1352 – 1560’ oleh Manca Agung Trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung Provinsi Bali.
Bedah buku melalui FGD (focus discussion group) di Hotel The Royal Pitamaha, Desa Kadewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Minggu (9/1). Buku belum diterbitkan itu ditulis sejarawan yang penekun susastra lontar, Anak Agung Gede Mayun dari Puri Ageng Tulikup, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar.
Wagub Cok Ace mengingatkan kepada trah-trah atau pasemetonan di Bali untuk lebih arif melihat persoalan atau tantangan diri ke depan, ketimbang terlalu banyak menoleh ke belakang. Mantan Bupati Gianyar 2008-2013 ini beranalogi tentang fungsi kaca mobil. Menurutnya, setiap orang perlu belajar dari fungsi kaca ini. Kaca mobil, jauh lebih lebar di bagian depan, agar orang lebih banyak melihat ke depan, dibandingkan kaca spion yang lebih kecil untuk melihat kondisi di belakang.
‘’Makna inti dari fungsi kaca ini, agar kita lebih banyak fokus ke depan, ketimbang lebih banyak menoleh ke belakang (masa lalu, Red),’’ jelas adik kandung Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati ini.
Wagub Cok Ace bangga pada acara tersebut. Karena selama ini banyak buku-buku, termasuk buku tentang trah, dibuat dan langsung diedarkan, tanpa melalui bedah buku. Menurutnya, bedah buku adalah cara terbaik untuk menggali dan menyuguhkan kebenaran, bukan hanya pembenaran. Karena kebenaran sejarah tidak didapatkan dari obrolan di warung-warung atau di jalan-jalan.
Dari simakannya, guru besar Arsitektur ISI Denpasar ini menyitir kata ‘dinamika’ dalam judul buku. Kata ini sebuah penanda kuat bahwa sempat terjadi perubahan dalam setiap kepemimpinan, baik karena faktor internal maupun eksternal. Cok Ace juga bangga dengan kehadiran Manca Agung yang merupakan bagian dari implementasi program unggulan Pemprov Bali bidang Jana Kertih dan Jagat Kertih, yakni sameton Manca Agung sebagai makhluk individu maupun sosial yang ikut membangun peradaban di Bali.
Pangageng-ageng (ketua umum) Manca Agung Trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung Provinsi Bali, Prof DR Drs Dewa Nyoman Oka MPd mengatakan, penulisan buku ini berangkat dari sejumlah pertanyaan mendasar, antara lain, apa sih pentingnya tahu leluhur, silsilah, dan siapa leluhur kita? Menyitir sebuah pandangan psikologis, dia menyebut penting tahu leluhur dan silsilah, guna melihat ada nilai tradisi, lanjut nilai-nilai itu dicermati dan diterapkan. Penulisan buku ini juga untuk menggali kebenaran peran Ida Dalem Tegal Besung. Karena dalam banyak catatan atau buku-buku tentang sejarah, ‘kebenaran’ ini cenderung dilenyapkan. ‘’Apakah karena sejarahnya yang kurang referensi, atau karena penyebab lain. Ini yang kami suguhkan dalam buku ini,’’ ujarnya. Dia berharap buku ini menghasilkjan novelty atau temuan baru terkait keberadaan Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung di Bali.
Ketua Panitia Sang Putu Eka Pertama SE Ak MMCA mengatakan, penulisan buku ini sebagai wujud nyata subhakti pertisentana Manca Agung untuk meneruskan visi dan tuntunan Ida Batara Lelangit. Dirinya mengundang para akademisi dari sejumlah kampus di Bali, agar bedah buku ini dapat menemukan kebenaran hakiki dari sejarah, bukan pembenaran. Dia mengharapkan buku yang akan diterbitkan dan rencana diluncurkan pada 30 Januari 2022, menjadi buku ilmiah yang bermutu. Dia tak ingin isi buku hanya menyanjung-nyanjung trah. ‘’Kalau toh nanti buku ini direvisi, harus digodok ulang dulu oleh akademisi, tentu dengan pendekatan ilmiah pula,’’ jelas dosen terbang sejumlah kampus pariwisata ini.
Acara ini dihadiri, Ketua PHDI Bali IGN Sudiana, Panglingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati dan adiknya, Tjokorda Gde Raka Sukawati, sejumlah akademisi, perwakilan pangageng-ageng Manca Agung se Bali. Bedah buku menghadirkan penulis buku, juga penyaji, Anak Agung Gede Mayun. *lsa
Bedah buku melalui FGD (focus discussion group) di Hotel The Royal Pitamaha, Desa Kadewatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, Minggu (9/1). Buku belum diterbitkan itu ditulis sejarawan yang penekun susastra lontar, Anak Agung Gede Mayun dari Puri Ageng Tulikup, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar.
Wagub Cok Ace mengingatkan kepada trah-trah atau pasemetonan di Bali untuk lebih arif melihat persoalan atau tantangan diri ke depan, ketimbang terlalu banyak menoleh ke belakang. Mantan Bupati Gianyar 2008-2013 ini beranalogi tentang fungsi kaca mobil. Menurutnya, setiap orang perlu belajar dari fungsi kaca ini. Kaca mobil, jauh lebih lebar di bagian depan, agar orang lebih banyak melihat ke depan, dibandingkan kaca spion yang lebih kecil untuk melihat kondisi di belakang.
‘’Makna inti dari fungsi kaca ini, agar kita lebih banyak fokus ke depan, ketimbang lebih banyak menoleh ke belakang (masa lalu, Red),’’ jelas adik kandung Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati ini.
Wagub Cok Ace bangga pada acara tersebut. Karena selama ini banyak buku-buku, termasuk buku tentang trah, dibuat dan langsung diedarkan, tanpa melalui bedah buku. Menurutnya, bedah buku adalah cara terbaik untuk menggali dan menyuguhkan kebenaran, bukan hanya pembenaran. Karena kebenaran sejarah tidak didapatkan dari obrolan di warung-warung atau di jalan-jalan.
Dari simakannya, guru besar Arsitektur ISI Denpasar ini menyitir kata ‘dinamika’ dalam judul buku. Kata ini sebuah penanda kuat bahwa sempat terjadi perubahan dalam setiap kepemimpinan, baik karena faktor internal maupun eksternal. Cok Ace juga bangga dengan kehadiran Manca Agung yang merupakan bagian dari implementasi program unggulan Pemprov Bali bidang Jana Kertih dan Jagat Kertih, yakni sameton Manca Agung sebagai makhluk individu maupun sosial yang ikut membangun peradaban di Bali.
Pangageng-ageng (ketua umum) Manca Agung Trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung Provinsi Bali, Prof DR Drs Dewa Nyoman Oka MPd mengatakan, penulisan buku ini berangkat dari sejumlah pertanyaan mendasar, antara lain, apa sih pentingnya tahu leluhur, silsilah, dan siapa leluhur kita? Menyitir sebuah pandangan psikologis, dia menyebut penting tahu leluhur dan silsilah, guna melihat ada nilai tradisi, lanjut nilai-nilai itu dicermati dan diterapkan. Penulisan buku ini juga untuk menggali kebenaran peran Ida Dalem Tegal Besung. Karena dalam banyak catatan atau buku-buku tentang sejarah, ‘kebenaran’ ini cenderung dilenyapkan. ‘’Apakah karena sejarahnya yang kurang referensi, atau karena penyebab lain. Ini yang kami suguhkan dalam buku ini,’’ ujarnya. Dia berharap buku ini menghasilkjan novelty atau temuan baru terkait keberadaan Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung di Bali.
Ketua Panitia Sang Putu Eka Pertama SE Ak MMCA mengatakan, penulisan buku ini sebagai wujud nyata subhakti pertisentana Manca Agung untuk meneruskan visi dan tuntunan Ida Batara Lelangit. Dirinya mengundang para akademisi dari sejumlah kampus di Bali, agar bedah buku ini dapat menemukan kebenaran hakiki dari sejarah, bukan pembenaran. Dia mengharapkan buku yang akan diterbitkan dan rencana diluncurkan pada 30 Januari 2022, menjadi buku ilmiah yang bermutu. Dia tak ingin isi buku hanya menyanjung-nyanjung trah. ‘’Kalau toh nanti buku ini direvisi, harus digodok ulang dulu oleh akademisi, tentu dengan pendekatan ilmiah pula,’’ jelas dosen terbang sejumlah kampus pariwisata ini.
Acara ini dihadiri, Ketua PHDI Bali IGN Sudiana, Panglingsir Puri Agung Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati dan adiknya, Tjokorda Gde Raka Sukawati, sejumlah akademisi, perwakilan pangageng-ageng Manca Agung se Bali. Bedah buku menghadirkan penulis buku, juga penyaji, Anak Agung Gede Mayun. *lsa
1
Komentar