Karyawan Hotel ‘Pilih’ Jualan 'Kuud'
Pendapatan Menurun karena Pandemi
DENPASAR,NusaBali
Pandemi Covid-19 memberi banyak pelajaran kepada orang bagaimana survive.
Terutama bagaimana mendapatkan tambahan pendapatan, untuk menambal penghasilan, agar ekonomi keluarga bisa bertahan. Contohnya Putu Januarta Putra.
Karyawan sebuah hotel besar di kawasan Jimbaran, Kuta Selatan ini memilih jualan kuud atau kelapa muda. Jualan kepala muda dilakoni Januarta memang dipicu pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir 2 tahun.
Ditemui dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Bali Satya Madani/BSM di Hotel Hotel Vasini, Denpasar, Minggu (9/1) Januarta menuturkan, semua berawal dari pandemi Covid-19. Sebagaimana diketahui pandemi Covid-19 menyebabkan , pariwisata Bali terpuruk. Pekerja pariwisata tak bisa berkelit, tak luput dari imbas.
”Banyak waktu luang, karena jam kerja di hotel berkurang. Penghasilan juga,” kata pria asal Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Di pihak lain, kebutuhan hidup butuh biaya. Karenanya harus ada penghasilan tambahan. Hal itulah yang mengantarkan Juanuarta jadi penjual kelapa muda. “ Yang punya inisiatif awalnya adalah istri saya,” ungkap suami dari Putu Andini Priandini.
Kuud atau kelapa bukan kelapa muda polos. Namun kelapa muda yang telah telah ‘dikreasi’, diolah dengan tambahan jelly. Karena itu dinamakan coconut jelly. Dikemas sedemikian apik, menarik, namun kesegaran tetap terjaga.
Januarta mengaku tak ada pelatihan khusus untuk itu. Dia dan istrinya belajar dari medsos.
“Di Youtube kan banyak ada toturialnya,” ungkap Januarta.
Untuk penjualan dilakukan via medsos, seperti WA dan lainnya.
Ternyata usahanya bersambut. Karena setelah dipasarkan langsung dapat respon, ada pesanan.
“Teman- teman dari istri yang pertama kali membeli,” Setelah itu pesanan terus berdatangan, baik dari teman, keluarga, kerabat dan pembeli lainnya.
Dalam sehari paling tidak antara 15 sampai 20 buah coconout jelly yang terjual. Lebih banyak lagi pada moment-moment tertentu yang dihadiri banyak orang seperti pameran.
“Bisa habis 50 biji, bahkan bisa sampai kekurangan,” kata karyawan yang bertugas di bagian housekeeping.
Untuk semua itu Januarta harus rela berpayah-payah. Mulai dari membeli kelapa, membentuk dan mengemas dan mengirimnya kepada pemesan. Kecuali kalau ada pesanan banyak, barulah dia minta bantuan kepada teman atau orang lain unruk membantu. Apalagi kalau pesanan itu harus segera dikirim.”Jadi kalau ditanya suka dukanya, kita harus berani payah,” kata Januarta.
Sementara bahan baku yakni kelapa muda, sejauh ini tidak ada kendala. Kalau orderan dalam jumlah kecil di kisaran 10 sampai 30 butir, kuud bisa dibeli di warung-warung penjualan kuud. Namun bila pesanan lebih dari itu, Januarta membelinya dari suplier, dari Mengwi, Badung Tabanan dan Jembrana.
Harga bahan baku perbiji, untuk saat ini antara Rp 4.000 sampai Rp 5.000 per buah. Kalau sudah diolah menjadi coconout jelly, tentu harganya lebih tinggi. “Cukuplah untuk membeli jajan anak-anak,” kata Januarta merendah soal pendapatannya dari bisnis kelapa muda ini. *k17
Komentar