Swafoto Hingga Kisah Cinta Rai Srimben
Puncak kunjungannya memang sore sampai malam hari, karena spot foto bagus saat gelap.
SINGARAJA, NusaBali
Kharisma Soekarno tetap menyala. Tak hanya dalam politik, Presiden RI pertama ini juga disegani dalam wujud patung di ruang publik. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, dengan maskot patung Bung Karno, pasca diplaspas, Minggu (19/12/2021), terbukti. Karena RTH ini langsung menjadi destinasi primadona teranyar di Buleleng.
Di RTH ini, pengunjung bebas mencari spot selfi terbaik, lanjut relief bercerita tentang kisah cinta orangtua Soekarno yakni Raden Soekemi dengan Ni Nyoman Rai Srimben dari Lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Sejak hari pertama dibuka untuk umum hingga kini, pengunjung masih ramai. Terutama saat sore hingga malam. Masyarakat Buleleng tampak antusias mengunjungi RTH terluas dan termegah di Buleleng ini. Terlebih ikon RTH menampilkan sosok Putra Sang Fajar Ir Soekarno. Selain itu, sejumlah spot di RTH seluas 2 hektare lebih ini juga sangat mendukung sebagai background berfoto. Seperti spot air mancur menari dengan pantulan lampu warna- warni dan open stage (panggung terbuka) dengan patung Singa Ambara Raja dan ukiran khas Buleleng. Pengunjungnya pun dari semua kalangan dan semua umur.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, kunjungan per harinya rata-rata berkisar 600 - 700 orang per hari. Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Made Adiana mengatakan, masyarakat sangat antusias dengan keberadaan Taman Bung Karno (TBK) ini. “Puncak kunjungannya memang sore sampai malam hari, karena spot foto bagus saat gelap, lampu air mancur, open stage juga akan terlihat dengan indah,” ungkap Adiana.
Sejauh ini, masyarakat yang ingin berkunjung ke RTH tidak dikenakan biaya sepeser pun alis gratis. Lalu soal pengamanan dan juga pemeliharaan DLH sebagai pengelola telah mengerahkan puluhan tenaga kerja. Ada 10 orang sebagai tenaga pertamanan, 15 tenaga penyapuan, dan 15 petugas Keamanan dan Pengendalian (Kamdal). Mereka dibagi menjadi tiga shift.
RTH Bung Karno yang sejak awal dirancang selain untuk tempat rekreasi juga sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan maupun pertunjukan. Hanya saja saat ini untuk proses dan mekanisme izin kegiatan masih dalam tahap penyempurnaan Standar Operasional Prosedur (SOP). “Kami masih dalam penyiapan SOP. Mudah-mudahan dapat memberikan informasi tentang alur dan prosedur dalam pengajuan penggunaan RTH TBK untuk menampilkan kreasi kesenian. Selain itu dalam penampilan pergelaran seni nantinya ada sinergitas dengan Dinas Kebudayaan,” imbuh Adiana.
Sementara itu, pesona RTH ini makin banyak diupload para pengguna media sosial, hingga menjadi pemikat tersendiri bagi yang belum sempat datang. Hal itu pun diakui pasutri asal Seririt, Made Suartini dan Ketut Arsika. Mereka mengaku rela menempuh perjalanan 45 menit dari rumahnya untuk datang langsung melihat dan menikmati suasana RTH Bung Karno. Mereka mengaku penasaran untuk datang langsung.
“Penataan RTH sudah sangat bagus sekali dan sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi. Kalau tidak jauh pasti saya sudah sering kesini untuk joging dan jalan santai,” kata Arsika.
Pembangunan RTH Bung Karno yang dibangun untuk menambah ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, dimulai sejak tahun 2017 silam. Proyek pembangunan pun memerlukan anggaran tak sedikit, sehingga tak bisa diselesaikan dalam satu tahun anggaran. Proyek penuntasan proyek tahap ke IV pada tahun 2021 lalu, terakhir menghabiskan anggaran Rp 16 miliar, yang sumber anggarannya dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali.
RTH Bung Karno juga menjadi ikon destinasi sejarah di Buleleng, karena sosok Presiden RI Ir Soekarno. Patung Bung Karno dibuat istimewa dengan menggunakan logam tembaga setinggi 8 meter. RTH ini dilengkapi relief yang bercerita kisah cinta orangtua Soekarno yakni Raden Soekemi dengan Ni Nyoman Rai Srimben. *k23
Di RTH ini, pengunjung bebas mencari spot selfi terbaik, lanjut relief bercerita tentang kisah cinta orangtua Soekarno yakni Raden Soekemi dengan Ni Nyoman Rai Srimben dari Lingkungan Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Sejak hari pertama dibuka untuk umum hingga kini, pengunjung masih ramai. Terutama saat sore hingga malam. Masyarakat Buleleng tampak antusias mengunjungi RTH terluas dan termegah di Buleleng ini. Terlebih ikon RTH menampilkan sosok Putra Sang Fajar Ir Soekarno. Selain itu, sejumlah spot di RTH seluas 2 hektare lebih ini juga sangat mendukung sebagai background berfoto. Seperti spot air mancur menari dengan pantulan lampu warna- warni dan open stage (panggung terbuka) dengan patung Singa Ambara Raja dan ukiran khas Buleleng. Pengunjungnya pun dari semua kalangan dan semua umur.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng, kunjungan per harinya rata-rata berkisar 600 - 700 orang per hari. Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng Made Adiana mengatakan, masyarakat sangat antusias dengan keberadaan Taman Bung Karno (TBK) ini. “Puncak kunjungannya memang sore sampai malam hari, karena spot foto bagus saat gelap, lampu air mancur, open stage juga akan terlihat dengan indah,” ungkap Adiana.
Sejauh ini, masyarakat yang ingin berkunjung ke RTH tidak dikenakan biaya sepeser pun alis gratis. Lalu soal pengamanan dan juga pemeliharaan DLH sebagai pengelola telah mengerahkan puluhan tenaga kerja. Ada 10 orang sebagai tenaga pertamanan, 15 tenaga penyapuan, dan 15 petugas Keamanan dan Pengendalian (Kamdal). Mereka dibagi menjadi tiga shift.
RTH Bung Karno yang sejak awal dirancang selain untuk tempat rekreasi juga sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan maupun pertunjukan. Hanya saja saat ini untuk proses dan mekanisme izin kegiatan masih dalam tahap penyempurnaan Standar Operasional Prosedur (SOP). “Kami masih dalam penyiapan SOP. Mudah-mudahan dapat memberikan informasi tentang alur dan prosedur dalam pengajuan penggunaan RTH TBK untuk menampilkan kreasi kesenian. Selain itu dalam penampilan pergelaran seni nantinya ada sinergitas dengan Dinas Kebudayaan,” imbuh Adiana.
Sementara itu, pesona RTH ini makin banyak diupload para pengguna media sosial, hingga menjadi pemikat tersendiri bagi yang belum sempat datang. Hal itu pun diakui pasutri asal Seririt, Made Suartini dan Ketut Arsika. Mereka mengaku rela menempuh perjalanan 45 menit dari rumahnya untuk datang langsung melihat dan menikmati suasana RTH Bung Karno. Mereka mengaku penasaran untuk datang langsung.
“Penataan RTH sudah sangat bagus sekali dan sangat cocok untuk dijadikan tempat rekreasi. Kalau tidak jauh pasti saya sudah sering kesini untuk joging dan jalan santai,” kata Arsika.
Pembangunan RTH Bung Karno yang dibangun untuk menambah ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, dimulai sejak tahun 2017 silam. Proyek pembangunan pun memerlukan anggaran tak sedikit, sehingga tak bisa diselesaikan dalam satu tahun anggaran. Proyek penuntasan proyek tahap ke IV pada tahun 2021 lalu, terakhir menghabiskan anggaran Rp 16 miliar, yang sumber anggarannya dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali.
RTH Bung Karno juga menjadi ikon destinasi sejarah di Buleleng, karena sosok Presiden RI Ir Soekarno. Patung Bung Karno dibuat istimewa dengan menggunakan logam tembaga setinggi 8 meter. RTH ini dilengkapi relief yang bercerita kisah cinta orangtua Soekarno yakni Raden Soekemi dengan Ni Nyoman Rai Srimben. *k23
Komentar