Pasutri Griya Telaga Jumpung Peliatan Madwijati
GIANYAR, NusaBali
Pasangan suami istri (pasutri) Ida Bagus Ketut Wilantara Putra,52, dan Ida Ayu Mas Yuniari,50, dari Griya Tengah Telaga Jumpung, Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, memilih jalan hidup menjadi sulinggih (pendeta).
Serangkaian madwijati (prosesi penyucian diri untuk jadi pendeta), pasutri ini menjalani prosesi Diksa Pariksa (uji kelayakan dan kepatutan diri) di Griya Tengah Telaga Jumpung, Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Wraspati Umanis Matal, Kamis (20/1) pagi.
Prosesi tersebut dilaksanakan Parisada Hindu Dharma Bali (PHDI) Kabupaten Gianyar dan Guru Nabe Ida Pedanda Gede Putra Keniten, dihadiri Pedanda Siwa Budha dan sejumlah tokoh puri. Hadir pula, ribuan sisya (pengikut griya) untuk turut mendoakan.
Dalam prosesi Diksa Pariksa, Guru Nabe Ida Pedanda Gede Putra Keniten dari Griya Kediri, Desa Sangeh, Badung, menyebutkan jika kedua dhiksita (calon sulinggih) ini sudah sejak lama dan bertahap mempersiapkan diri untuk menjalankan kesucian. Kini sebelum menjalan kawikuan atau kependetaan, sang dhiksita diberika pemahaman tentang kewajiban dan tanggung jawab sebagai sulinggih. Mereka dituntut agar selalu belajar jujur, ikhlas, tidak lagi memiliki kepentingan atau sesepilan dan harus selalu berpatokan pada sastra Hindu.
Ditegaskan pula, ada empat kewajiban yang nantinya harus dijalani sebagai tongkat kawikuan, yakni, Amari Aran atau berubah nama, Amari Wesa atau penampilan, Amari Sasana atau perilaku dan Amari Wisaya atau kewajiban.
Ketua PHDI Gianyar I Wayan Ardhana pada kesempatan itu, mengungkapkan secara administrasi, pihaknya memastikan jika dhiksita sudah memenuhi syarat. Secara fisik dan kemampuan nantinya dipercayakan ke Guru Nabe. Karena itu, PHDI hanya mengharapkan prosesi dwijati berjalan lancar dan nantinya dhiksita menjadi sulinggih yang menyinari umat.
Pada kesempatan ini Ardana juga berpesan agar setelah dwijati pasangan ini menjaga kesulinggihannya. Terlebih, di jagat maya kini kerap muncul kejadian atau kasus yang melibatkan sulinggih. Bahkan dari sekian kasus itu ada dua sulinggih dari Gianyar, bahkan salah satunya kini berstatus narapidana. "Kami nunas (mohon), agar sulinggih berhati-hati menggunakan sarana media sosial," pesannya.
Dhiksita Ida Bagus Ketut Wilantara Putra mengatakan madwijati ini merupakan dharmanya untuk melanjutkan titah (perintah) Ida Betara Lelangit sebagai pelayan umat. Mengenai tantangan menjalankan dwijati pun sudah dijalani secara bertahap, utamanya mengurangi hal-hal yang bersifat keduniawian. Dirinya juga telah bersiap untuk menjalani Siwa Sasana atau sebagai seorang yang sudah didwijati. “Kami hanya ingin melanjutkan titah Ida Betara Lelangit sebagai pelayan umat,” jelasnya lagi. Sebelumnya, pasutri ini adalah serati banten.
Panglingsir Griya Tengah Telaga Jumpung Ida Bagus Putu Arnawa mengatakan serangkaian prosesi diksa pariksa ini sudah disiapkan sejak beberapa hari dan dipastikan mengikuti prokes (protokol kesehatan) secara ketat. Khusus untuk prosesi diksa pariksa ini wajib dilaksanakan sebelum kedua calon diksita menjalani prosesi dwijati. Dikatakan, Guru Nabe dhiksita yakni Ida Pedanda Gede Putra Keniten dari Griya Kediri, Desa Sangeh, Badung.
Ida Bagus Arnawa menambahkan untuk puncak karya Padiksan akan dilaksanakan pada Anggara Umanis Uye, Selasa (25/1) bertepatan dengan hari kelahiran dhiksita menurut paweton. "Sehari sebelumnya, dhiksita menjalankan prosesi Masiram dan Maringkes. Dalam prosesi padiksan ini akan ditapak Ida Pedanda Nabe dan disaksikan guru waktra dan guru saksi," jelasnya.
Prosesi diksa pariksa juga dihadiri PHDI Gianyar, Ida Pedanda Siwa Budha se Kabupaten Gianyar, tokoh puri, Camat Ubud, Perbekel Peliatan, Bendesa Peliatan, dan sejumlah bendesa desa adat lainnya. Ribuan umat atau siswa juga hadir dalam posisi berpencar untuk memastikan prokes.*nvi
Komentar