Layanan Sampah TPA Mandung Mulai Normal
TABANAN, NusaBali
Layanan pengangkutan sampah ke TPA Mandung di Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, sudah mulai normal.
Kondisi ini pasca Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tabanan menutup dua hari TPA tersebut. Meski normal, bukan berarti layanan penampungan sampah di TPA ini subah baik. Karena tetap saja sampah menggunung karena over load (kelebihan dari daya tampung). Guna mengatasi kondisi ini, maka pengangkutan sampah diberlakukan dua shif untuk angkutan layanan DLH dan angkutan sampah layanan swasta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tabanan I Made Subagia mengungkapkan, layanan sampah ke TPA Mandung sudah normal. Artinya, tidak sampai terjadi penutupan seperti yang dilakukan sebelumnya. “TPA ini sudah normal pelayananya, hanya dua hari saja ditutup,” ujarnya, Minggu (23/1).
Kendatipun sudah normal, layanan sampah ke TPA Mandung diatur supaya tidak terjadi penumpukan sampah yang tak bisa dikendalikan. Pengaturan itu meliputi sampah yang dilayani oleh truk DLH dibuang pada pagi hari sampai pukul 11.00 wita. Kemudian baru dilakukan pembuangan sampah untuk layanan swasta pada siang hari. “Jadi kami bagi dua shif, sopit truk sampah sudah atur itu dan sudah paham,” tegasnya.
Menurut dia pengaturan dua shif dilakukan untuk mengantisipasi antrian truk yang mengular untuk membuang sampah. Shift ini sekaligus untuk mengatur agar alat berat dapat mendorong sampah ke belakang di lokasi sampah yang menggunung. “Sekarang atur-atur dulu perlahan, agar tak sampai terjadi penutupan layanan kembali,” katanya.
Seiring itu, DLH Tabanan terus mengkampanyekan pengelolaan sampah berbasis sumber ke seluruh desa. Seluruh pejabat eselon III dan fungsional di DLH ikut turun mengedukasi warga di desa-desa. Edukasi ini dilakukan agar pengelolaan sampah di Tabanan bisa dikendalikan mengingat kondisi TPA Mandung sekarang sudah memprihatinkan.
Menurut Made Subagia edukasi yang diberikan kepada tim ke desa ini ada sejumlah point yang ditekankan. Mulai dari pemberdayaan bank sampah, pembangunan TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah - Reduce Reuse Recycle), pembuatan eco enzyme, pembuatan lubang di belakang rumah untuk mengendalikan sampah organik yang bersifat umum, hingga pembuatan lubang biopori di masing-masing rumah tangga. “Edukasi ini kami gencarkan. Sehari bisa sampai tiga kali turun sehingga kami libatkan seluruh pejabat di DLH karena kami tidak memiliki penyuluh lingkungan,” katanya.
Dengan seringnya road show ke desa-desa, Subagia menyimpulkan desa sudah mulai sadar untuk mengolah sampahnya sendiri. Apalagi khusus item pembuatan lubang biopori yang kini sudah meluas. Tahun 2021, Desa Kuwum, Kecamatan Marga, telah meluncurkan 700 lubang biopori. Kini DLH sedang melakukan edukasi di Desa Selanbawak dan Peken Belayu, Kecamatan Marga untuk membuat lubang biopori. “Pembuatan biopori ini sudah semakin luas, di tiap kecamatan sudah ada. Bahkan di masing-masing rumah OPD sudah ada 500 biopori,” terangnya.
Mantan Kadis Perikanan dan Kelautan Tabanan ini berharap di Tabanan masyarakat semakin terus sadar dalam pengelolaan sampahnya sendiri. Selain bisa menciptakan lingkungan bersih juga dapat mengurangi pembuangan sampah ke TPA Mandung yang sudah over load. “Kami harapkan, masyarakat terus semakin sadar untuk kelola sampahnya sendiri, tidak ada secara perlahan daripada tidak sama sekali,” pintanya. *des
Komentar