Bali Terancam Sepi Turis Lagi
Melonjaknya kasus Omicron di Tanah Air salah satu penyebabnya
DENPASAR,NusaBali
Kasus Omicron, varian Covid-19 yang membayangi pariwisata Bali membuat pelaku pariwisata tidak berani memprediksi kunjungan wisatawan ke Bali pada liburan Imlek atau Tahu Baru China 2022, yang akan jatuh pada 1 Februari. Karena diyakini tergantung pada dinamika pandemi Covid-19, terutama omicron. Bila kasus meningkat, kemungkinan kunjungan wisatawan seret. Sebaliknya jika kasus melandai, ada peluang kunjungan wisatawan ramai.
Ismoyo S Soermarlan, salah seorang pelaku pariwisata Bali mengatakan Minggu (23/11). “Kalaupun ada kunjungan, tidak akan seheboh (seramai) Imlek sebelum pandemi,” ujar pemilik Uma Sapna Villa di kawasan Basangkasa, Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Alasannya karena untuk saat ini belum ada wisman, khususnya wisatawan Tiongkok yang datang ke Bali.
Kondisi yang jelas berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19, 2 tahun lalu, dimana wisman China atau Tiongkok, memang meluber datang ke Bali. Pada saat yang sama wisdom juga banyak berlibur ke Bali. Sehingga gabungan antara wisman China dengan wisatawan domestik, menjadikan tingkat hunian hotel pada liburan Imlek sebelum pandemi, tinggi.
“Dulu kalau Imlek hotel kami juga ramai,” ungkap Ismoyo, yang juga pengurus BPC PHRI Badung dan BPD PHRI Bali.
Namun kini, karena pandemi Ismoyo mengatakan tidak bisa memperkirakan kunjungan maupun tingkat hunian pada liburan Imlek nanti. Sesuatu yang pasti kata Ismoyo adalah tingkat hunian hotel yang merosot pasca Nataru (Natal dan Tahun Baru). "Saat Nataru di tempat kami sempat di atas 80 persen. Sekarang sudah merosot jauh,"ujar Ismoyo.
Terpisah, hal senada disampaikan Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan atau Jro Hendrawan. “Kami kira untuk Imlek ini kunjungan akan drop,” ujarnya.
Perkembangan omicron dan aturan pembatasan kegiatan masyarakat kata dia, tentu berpengaruh terhadap pergerakan orang. “Antusias orang bepergian, untuk berlibur akan menurun,” ujar pria asal Banjar/Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Karenanya kondisi pariwisata Bali diperkirakan Jro Hendrawan kembali melesu, setelah sempat menggeliat pada Oktober-Desember 2021. Apalagi kegiatan Finance Track, salah satu dari agenda G20 dipindah dari Bali ke Jakarta. Kata dia hal tersebut jelas memperparah pariwisata Bali. Ini ironis, karena Bali sendiri sudah siap dengan penerapan prokes dan lainnya. Dia berharap ada kompensasi untuk Bali karena pemindahan agenda finance track dari Bali.
"Apa nanti kompensasi untuk Bali? Semestinya harus ada, "harap Jro Hendrawan. Sementara tingkat hunian villa maupun hotel sekarang ini merosot 20 persen ke bawah. Turun 60 persen dibanding pada saat liburan Nataru dimana tingkat hunian mencapai 80 persen lebih.
Sementara Ketua BPC PHRI Badung I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya menyatakan Imlek merupakan moment Chinese market bagi pariwisata Bali. Namun untuk saat ini belum memungkinkan ada wisman China ke Bali.
“Karena untuk China kan belum buka, (penerbangan),” ujarnya. Kalaupun umpamanya ada wisman China, kemungkinan nanti adalah lewat carter flight. Intinya memang belum memungkinkan mendapatkan wisman, meskipun pada Imlek 2022.
“Untuk survive, mendatangkan wisatawan domestik sebanyak mungkin diusahakan ” kata Rai Suryawijaya.
Sales mission atau promosi penjualan ke kota-kota besar di Indonesia, kata Rai Suryawijaya akan diusulkan kepada Pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisdom ke Bali. “Kita akan sampaikan nanti,” ujar pria yang juga Wakil Ketua PHRI Bali. *K17
Ismoyo S Soermarlan, salah seorang pelaku pariwisata Bali mengatakan Minggu (23/11). “Kalaupun ada kunjungan, tidak akan seheboh (seramai) Imlek sebelum pandemi,” ujar pemilik Uma Sapna Villa di kawasan Basangkasa, Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Alasannya karena untuk saat ini belum ada wisman, khususnya wisatawan Tiongkok yang datang ke Bali.
Kondisi yang jelas berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19, 2 tahun lalu, dimana wisman China atau Tiongkok, memang meluber datang ke Bali. Pada saat yang sama wisdom juga banyak berlibur ke Bali. Sehingga gabungan antara wisman China dengan wisatawan domestik, menjadikan tingkat hunian hotel pada liburan Imlek sebelum pandemi, tinggi.
“Dulu kalau Imlek hotel kami juga ramai,” ungkap Ismoyo, yang juga pengurus BPC PHRI Badung dan BPD PHRI Bali.
Namun kini, karena pandemi Ismoyo mengatakan tidak bisa memperkirakan kunjungan maupun tingkat hunian pada liburan Imlek nanti. Sesuatu yang pasti kata Ismoyo adalah tingkat hunian hotel yang merosot pasca Nataru (Natal dan Tahun Baru). "Saat Nataru di tempat kami sempat di atas 80 persen. Sekarang sudah merosot jauh,"ujar Ismoyo.
Terpisah, hal senada disampaikan Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan atau Jro Hendrawan. “Kami kira untuk Imlek ini kunjungan akan drop,” ujarnya.
Perkembangan omicron dan aturan pembatasan kegiatan masyarakat kata dia, tentu berpengaruh terhadap pergerakan orang. “Antusias orang bepergian, untuk berlibur akan menurun,” ujar pria asal Banjar/Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Karenanya kondisi pariwisata Bali diperkirakan Jro Hendrawan kembali melesu, setelah sempat menggeliat pada Oktober-Desember 2021. Apalagi kegiatan Finance Track, salah satu dari agenda G20 dipindah dari Bali ke Jakarta. Kata dia hal tersebut jelas memperparah pariwisata Bali. Ini ironis, karena Bali sendiri sudah siap dengan penerapan prokes dan lainnya. Dia berharap ada kompensasi untuk Bali karena pemindahan agenda finance track dari Bali.
"Apa nanti kompensasi untuk Bali? Semestinya harus ada, "harap Jro Hendrawan. Sementara tingkat hunian villa maupun hotel sekarang ini merosot 20 persen ke bawah. Turun 60 persen dibanding pada saat liburan Nataru dimana tingkat hunian mencapai 80 persen lebih.
Sementara Ketua BPC PHRI Badung I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya menyatakan Imlek merupakan moment Chinese market bagi pariwisata Bali. Namun untuk saat ini belum memungkinkan ada wisman China ke Bali.
“Karena untuk China kan belum buka, (penerbangan),” ujarnya. Kalaupun umpamanya ada wisman China, kemungkinan nanti adalah lewat carter flight. Intinya memang belum memungkinkan mendapatkan wisman, meskipun pada Imlek 2022.
“Untuk survive, mendatangkan wisatawan domestik sebanyak mungkin diusahakan ” kata Rai Suryawijaya.
Sales mission atau promosi penjualan ke kota-kota besar di Indonesia, kata Rai Suryawijaya akan diusulkan kepada Pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisdom ke Bali. “Kita akan sampaikan nanti,” ujar pria yang juga Wakil Ketua PHRI Bali. *K17
Komentar