Sambut Tahun Macan Air, Pernak-Pernik Imlek Diburu Warga Denpasar
DENPASAR, NusaBali.com - Kendati perekonomian Bali belum 'normal', antusias menyambut Tahun Baru Imlek 2573 pada Selasa (1/2/2022) sudah terasa sejak beberapa hari terakhir di Pulau Dewata.
Bukan hanya persiapan 'bersih-bersih' di vihara atau klenteng yang tersebar di Pulau Dewata, namun persiapan juga dilakukan oleh warga Tionghoa dengan berburu kelengkapan pernak-pernik menyambut Imlek.
Bahkan, warga non-Tionghoa terlihat ikut berburu pernak-pernik Imlek guna turut merayakan kegembiraan tahun baru macan air.
Salah satu pemilik toko yang menjual perlengkapan Imlek, Andi Wijaya, menuturkan seminggu sebelum perayaan tahun baru imlek masyarakat sudah mulai ramai datang ke tokonya di kawasan Jalan Sutomo.
“Tahun baru Imlek yang sekarang animo masyarakat membeli perlengkapan imlek lebih bagus dibanding tahun lalu,” ujar Andi Wijaya, ditemui NusaBali.com, Rabu (26/1/2022).
Dikatakan, adanya pandemi sangat mempengaruhi geliat masyarakat dalam merayakan tahun baru imlek. Banyaknya orang kena PHK, perusahaan yang tutup mengakibatkan perayaan imlek ikut redup.
Meski merasakan adanya peningkatan jumlah pembeli, Andi mengatakan kondisinya masih terlalu jauh dibanding penjualan di masa sebelum pandemi.
Menyambut imlek masyarakat banyak mencari hiasan seperti lampion dan berbagai hiasan gantung lainnya. Harga pernak-pernik di toko milik Andi berkisar mulai Rp 5.000 hingga Rp 300.000.
Selain itu kue keranjang, manis-manisan, dan kacang-kacangan juga yang paling banyak dicari masyarakat keturunan Tionghoa untuk dipersembahkan kepada leluhur.
“Semua simbol-simbol ini semua bermanfaat membawakan dampak positif berdasarkan teori-teori feng shui, kalau kita sudah positif pasti yang akan datang positif, tapi kalau kita sudah negatif ya kita akan susah,” ujar Andi.
Menurut Andi, Tahun Baru Imlek saat ini bisa dijadikan momentum untuk semakin jauh meninggalkan masa kelam pandemi. Dengan simbol-simbol positif yang ada pada perayaan Imlek diharapkan dapat segera melenyapkan pandemi Covid-19 yang kasusnya sudah lebih melandai jika dibandingkan tahun-tahun awal pandemi.
Di sisi lain Andi mengakui banyak warga yang datang ke tokonya membeli pernak-pernik Imlek berasal dari warga non-Tionghoa. Mereka biasanya membeli pernak-pernik Imlek untuk menghias tempat usaha ataupun menghias kantor tempat kerja mereka.
“Tahun Baru Imlek sudah diakui pemerintah dan juga hari libur nasional. Masyarakat luas ikut merayakannya seperti juga merayakan Galungan, Natal juga bersama-sama,” ucap Andi.
Beberapa pembeli yang datang ke toko milik Andi memang cukup banyak yang berasal dari warga yang tidak merayakan Imlek. Salah satunya Nita Astari salah seorang staf rumah sakit swasta di Denpasar.
Ia mencari pernak-pernik Imlek untuk menghias tempat kerjanya sekaligus ikut memeriahkan perayaan tahun baru Tionghoa. “Memang langganan setiap tahun beli hiasan Imlek di sini, soalnya lengkap di sini,” ujarnya.
Sementara itu di toko perlengkapan sembahyang umat Konghucu juga ada peningkatan pembelian uang kertas sembahyang menjelang perayaan Imlek. Uang kertas sembahyang ini biasanya dipakai sebagai sarana persembahyangan di klenteng dengan cara dibakar.
“Ada peningkatan, tapi untuk penjualan masih sama kayaknya dengan tahun lalu,” kata Sutomo pemilik toko perlengkapan sembahyang warga Konghucu di kawasan Jalan Sesetan.
Selain uang kertas sembahyang, dikatakannya kue-kue imlek juga mengalami peningkatan permintaan.
1
Komentar