ODGJ Tikam Bapaknya hingga Tewas
Musibah di Desa Blahkiuh
Sebelum aksi penikaman, pelaku Made Suardana sempat minta rokok kepada ayahnya, Made Nata, namun tak dikasi karena rokoknya habis.
MANGUPURA, NusaBali
Musibah maut lingkup keluarga di mana orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) nekat tikam ayahnya hingga tewas terjadi di Banjar Beneh Kawan, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung, Senin (7/2) malam pukul 23.30 Wita. Pelakunya adalah I Made Suardana, 30, ODGJ yang mengamuk dan tikam sang ayah, I Made Nata, 58, menggunakan pisau hingga tewas. Terungkap, sebelum aksi penikaman terjadi, pelaku sempat minta rokok kepada ayahnya, namun tidak dikasi.
Peristiwa bapak ditikam anak kandungnya yang menderita gangguan mental hingga tewas tersebut terjadi di dalam kamar tidur korban I Made Nata. In-formasi di lapangan, kejadiannya berlangsung singkat. Saat kejadian malam itu, di rumah hanya ada korban Made Nata dan istrinya, I Gusti Ayu Ariati, 54, serta anak mereka yang ODGJ yakni pelaku Made Suardana.
Sebelum kejadian, pelaku Made Suardana sempat minta rokok kepada ayahnya, namun tidak dikasi karena rokoknya sudah habis. Pelaku kemudian meminta uang kepada ibunya IGA Ariati, untuk beli rokok. Setelah mendapatkan uang, pria ODGJ berusia 30 tahun ini langsung keluar dari rumah hendak beli rokok. Tak lama berselang, Suardana balik dari warung.
Nah, sekembalinya dari beli rokok, Suardana disuguhi kopi oleh ibunya, IGA Ariati. Belum habis seruput kopi yang disuguhkan ibunya, Suardana ngeloyor pergi ke dapur. Saat itu, ibunya melihat Suardana mengambil pisau kecil jenis temutik. Balik dari dapur sambil memegang pisau temutik, Suardana langsung masuk ke kamar tidur ayahnya, Made Nata.
"Saat pelaku keluar dari dapur sambil membawa pisau, ibunya tidak curiga sama sekali. Pasalnya, tidak ada tanda-tanda pelaku mau menikam orang. Ketika ibunya mendengar suar ribut-ribut di dalam kamar, tetap tidak dihiraukan," ungkap Kasi Humas Polres Badung, Iptu Ketut Sudana, dalam keterangan persnya di Mapolres Badung, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Selasa (8/2).
Tak berselang lama, pelaku Suardana keluar dari dalam kamar ayahnya. Kemudian, sang ibu IGA Ariati masuk ke dalam kamar yang juga ditempati suaminya, korban Made Nata. Perempuan berusia 54 tahun ini terkejut bukan main melihat suaminya terkapar bersimbah darah dalam kondisi lemas. Setelah dicek, ternyata korban Made Nata mengalami luka tusuk di bagian punggung.
Melihat suaminya terkapar bersimbah darah dalam kondisi sekarat, IGA Ariati pun berteriak meminta bantuan kepada tetangga. Kemudian, para tetangga berdatangan ke lokasi. Peristiwa ini juga dilaporkan kepada Aipda Kadek Septiawan, anggota Polsek Abiansemal yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Desa Blahkiuh. Saat itu pula, Aipda Kadek Septiawan langsung menghubungi ambulans untuk mengevakuasi korban Made Nata ke Puskemas Abiansemal 1.
Sempat selama 1 jam dirawat di Puskemas Abiansemal 1, korban Made Nata yang terluka tusuk di bagian punggung diizinkan pulang ke rumah. Namun, Selasa dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, pria berusia 58 tahun ini kembali mengeluh sakit di sekujur tubuhnya. Selain itu, korban Made Nata juga mengalami kejang-kejang. "Korban pun kembali dihantar ke Puskesmas Abiansemal I,” papar Iptu Ketut Sudana.
Sayangnya, belum sampai di Puskesmas Abiansemal I, korban Made Nata keburu meninggal dunia dalam perjalanan. Setelah dilakukan musyawarah keluarga dan Desa Adat Bahkiuh, akhirnya disepakati jenazah korban dititip sementara di RSD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi.
Sebaliknya, ODGJ Made Suardana yang diduga sebagai pelaku penusukan ayahnya hingga tewas, langsung diamankan aparat Polsek Abiansemal. Sehari kemuduian, Suardana dibawa ke RSJ Provinsi Bali di Bangli untuk menjalani pemeriksaan kondisi kejiwaannya, Selasa kemarin.
Di sisi lain, Kapolsek Abiansemal, Kompol Ruli Agus Susanto, mengatakan korban Made Nata tewas mengenaskan dengan satu luka tikaman di bagian punggung sebelah kanan. Tim medis Puskesmas Abiansemal I sempat menjarit luka yang dialami korban.
“Saat itu, pihak medis mengatakan luka yang diderita Made Nata tidak terlalu parah, sehingga korban penusukan oleh anaknya yang menderita gangguan jiwa ini diizinkan pulang,” papar Kompol Ruli Agus Susanto saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Sementara itu, pelaku Made Suardana diketahui menderita gangguan jiwa sejak belasan tahun lalu. Selama itu, Suardana terus bolak-balik mendapat perawatan di RSJ Bangli. Hal ini diungkapkan salah satu keluarga korban, I kadek Septiawan, saat NusaBali berkunjung ke rumah duka di Banjar Beneh Kawan, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Selasa kemarin.
Kadek Septiawan mengisahkan, Suardana memang memiliki gangguan kejiwaan sejak tamat SMA. Pada tahun 2006, untuk kali pertama Suardana dirawat di RSJ Bangli. “Sudah bolak-balik masuk rumah sakit jiwa. Jika dihitung mungkin sudah 8 kali dibawa ke RSJ,” ungkap Septiawan.
Menurut Septiawan, saat kejadian tikam ayahnya hingga tewas, Senin melam, Suardana awalnya meminta rokok kepada korban. Namun, korban mengatakan bahwa rokoknya habis. Kemudian, Suardana meminta uang kepada ibunya, IGA Ariati untuk beli rokok. Setelah mendapatkan uang pelaku keluar dari rumah untuk beli rokok.
Tak lama berselang, Suardana balik ke rumah. Kemudian, dia disuguhi kopi oleh ipunya. Setelah menyuguhkan kopi, ibunya disuruh membuat air panas di dapur. Ternyata, saat itu pelaku masuk ke kamar ayahnya, Made Nata, seraya melakukan penikaman. “Ibunya melihat pas suaminya dipukul. Pas posisi pisaunya di tangan satunya, langsung diambil oleh ibunya,” jerang Septiawan, dengan versi sedikit beda dengan kepolisian.
Disinggung mengenai permasalahan di antara Suardana dan ayahnya, Made Nata, menurut Septiawan, diduga mereka pernah berselisih. Ada keinginan pelaku yang tak mampu dipenuhi oleh ayahnya. Begitu juga korban Made Nata kerap marah kepada anaknya ketika mengutarakan keinginan yang tidak bisa dipenuhi.
Pas saat kejadian maut, Senin malam, kata Septiawan, pelaku Suardana tumben sampai menghardiknya. Padahal, keseharian pelaku dikenal sangat penurut. Kebetulan, Septiawan mengetahui cara-cara pendekatan dan penanganan bila bertemu dengan orang gangguan jiwa. Bahkan, dia sering dipercaya masyarakat Desa Blahkiuh untuk menangani bila ada orang gangguan jiwa di wilayahnya.
“Biasanya, dia (Suardana) penurut. Tapi, ini tumben saat itu dia enghardik saya. Namun, saya lakukan pendekatan-pendekatan agar tidak memancing emosinya. Pada akhirnya, dia nurut juga,” kata Septiawan.
Sementara, hingga Selasa kemarin jenazah korban Made Nata masih dititip di RSD Mangusada, Menurut Septiawan, rencananya jenazah korban akan diabenkan keluarganya pada Wraspati Wage Bala, Kamis (17/2) depan. *pol,ind
Peristiwa bapak ditikam anak kandungnya yang menderita gangguan mental hingga tewas tersebut terjadi di dalam kamar tidur korban I Made Nata. In-formasi di lapangan, kejadiannya berlangsung singkat. Saat kejadian malam itu, di rumah hanya ada korban Made Nata dan istrinya, I Gusti Ayu Ariati, 54, serta anak mereka yang ODGJ yakni pelaku Made Suardana.
Sebelum kejadian, pelaku Made Suardana sempat minta rokok kepada ayahnya, namun tidak dikasi karena rokoknya sudah habis. Pelaku kemudian meminta uang kepada ibunya IGA Ariati, untuk beli rokok. Setelah mendapatkan uang, pria ODGJ berusia 30 tahun ini langsung keluar dari rumah hendak beli rokok. Tak lama berselang, Suardana balik dari warung.
Nah, sekembalinya dari beli rokok, Suardana disuguhi kopi oleh ibunya, IGA Ariati. Belum habis seruput kopi yang disuguhkan ibunya, Suardana ngeloyor pergi ke dapur. Saat itu, ibunya melihat Suardana mengambil pisau kecil jenis temutik. Balik dari dapur sambil memegang pisau temutik, Suardana langsung masuk ke kamar tidur ayahnya, Made Nata.
"Saat pelaku keluar dari dapur sambil membawa pisau, ibunya tidak curiga sama sekali. Pasalnya, tidak ada tanda-tanda pelaku mau menikam orang. Ketika ibunya mendengar suar ribut-ribut di dalam kamar, tetap tidak dihiraukan," ungkap Kasi Humas Polres Badung, Iptu Ketut Sudana, dalam keterangan persnya di Mapolres Badung, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Selasa (8/2).
Tak berselang lama, pelaku Suardana keluar dari dalam kamar ayahnya. Kemudian, sang ibu IGA Ariati masuk ke dalam kamar yang juga ditempati suaminya, korban Made Nata. Perempuan berusia 54 tahun ini terkejut bukan main melihat suaminya terkapar bersimbah darah dalam kondisi lemas. Setelah dicek, ternyata korban Made Nata mengalami luka tusuk di bagian punggung.
Melihat suaminya terkapar bersimbah darah dalam kondisi sekarat, IGA Ariati pun berteriak meminta bantuan kepada tetangga. Kemudian, para tetangga berdatangan ke lokasi. Peristiwa ini juga dilaporkan kepada Aipda Kadek Septiawan, anggota Polsek Abiansemal yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Desa Blahkiuh. Saat itu pula, Aipda Kadek Septiawan langsung menghubungi ambulans untuk mengevakuasi korban Made Nata ke Puskemas Abiansemal 1.
Sempat selama 1 jam dirawat di Puskemas Abiansemal 1, korban Made Nata yang terluka tusuk di bagian punggung diizinkan pulang ke rumah. Namun, Selasa dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, pria berusia 58 tahun ini kembali mengeluh sakit di sekujur tubuhnya. Selain itu, korban Made Nata juga mengalami kejang-kejang. "Korban pun kembali dihantar ke Puskesmas Abiansemal I,” papar Iptu Ketut Sudana.
Sayangnya, belum sampai di Puskesmas Abiansemal I, korban Made Nata keburu meninggal dunia dalam perjalanan. Setelah dilakukan musyawarah keluarga dan Desa Adat Bahkiuh, akhirnya disepakati jenazah korban dititip sementara di RSD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi.
Sebaliknya, ODGJ Made Suardana yang diduga sebagai pelaku penusukan ayahnya hingga tewas, langsung diamankan aparat Polsek Abiansemal. Sehari kemuduian, Suardana dibawa ke RSJ Provinsi Bali di Bangli untuk menjalani pemeriksaan kondisi kejiwaannya, Selasa kemarin.
Di sisi lain, Kapolsek Abiansemal, Kompol Ruli Agus Susanto, mengatakan korban Made Nata tewas mengenaskan dengan satu luka tikaman di bagian punggung sebelah kanan. Tim medis Puskesmas Abiansemal I sempat menjarit luka yang dialami korban.
“Saat itu, pihak medis mengatakan luka yang diderita Made Nata tidak terlalu parah, sehingga korban penusukan oleh anaknya yang menderita gangguan jiwa ini diizinkan pulang,” papar Kompol Ruli Agus Susanto saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Sementara itu, pelaku Made Suardana diketahui menderita gangguan jiwa sejak belasan tahun lalu. Selama itu, Suardana terus bolak-balik mendapat perawatan di RSJ Bangli. Hal ini diungkapkan salah satu keluarga korban, I kadek Septiawan, saat NusaBali berkunjung ke rumah duka di Banjar Beneh Kawan, Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Selasa kemarin.
Kadek Septiawan mengisahkan, Suardana memang memiliki gangguan kejiwaan sejak tamat SMA. Pada tahun 2006, untuk kali pertama Suardana dirawat di RSJ Bangli. “Sudah bolak-balik masuk rumah sakit jiwa. Jika dihitung mungkin sudah 8 kali dibawa ke RSJ,” ungkap Septiawan.
Menurut Septiawan, saat kejadian tikam ayahnya hingga tewas, Senin melam, Suardana awalnya meminta rokok kepada korban. Namun, korban mengatakan bahwa rokoknya habis. Kemudian, Suardana meminta uang kepada ibunya, IGA Ariati untuk beli rokok. Setelah mendapatkan uang pelaku keluar dari rumah untuk beli rokok.
Tak lama berselang, Suardana balik ke rumah. Kemudian, dia disuguhi kopi oleh ipunya. Setelah menyuguhkan kopi, ibunya disuruh membuat air panas di dapur. Ternyata, saat itu pelaku masuk ke kamar ayahnya, Made Nata, seraya melakukan penikaman. “Ibunya melihat pas suaminya dipukul. Pas posisi pisaunya di tangan satunya, langsung diambil oleh ibunya,” jerang Septiawan, dengan versi sedikit beda dengan kepolisian.
Disinggung mengenai permasalahan di antara Suardana dan ayahnya, Made Nata, menurut Septiawan, diduga mereka pernah berselisih. Ada keinginan pelaku yang tak mampu dipenuhi oleh ayahnya. Begitu juga korban Made Nata kerap marah kepada anaknya ketika mengutarakan keinginan yang tidak bisa dipenuhi.
Pas saat kejadian maut, Senin malam, kata Septiawan, pelaku Suardana tumben sampai menghardiknya. Padahal, keseharian pelaku dikenal sangat penurut. Kebetulan, Septiawan mengetahui cara-cara pendekatan dan penanganan bila bertemu dengan orang gangguan jiwa. Bahkan, dia sering dipercaya masyarakat Desa Blahkiuh untuk menangani bila ada orang gangguan jiwa di wilayahnya.
“Biasanya, dia (Suardana) penurut. Tapi, ini tumben saat itu dia enghardik saya. Namun, saya lakukan pendekatan-pendekatan agar tidak memancing emosinya. Pada akhirnya, dia nurut juga,” kata Septiawan.
Sementara, hingga Selasa kemarin jenazah korban Made Nata masih dititip di RSD Mangusada, Menurut Septiawan, rencananya jenazah korban akan diabenkan keluarganya pada Wraspati Wage Bala, Kamis (17/2) depan. *pol,ind
Komentar