Hapus Kesan Angker, Setra Adat Buleleng Ditata
SINGARAJA, NusaBali
Desa Adat Buleleng, Kecamatan/Kabupaten Buleleng terus menata setra (kuburan) desa adat setempat.
Penataan ini agar setra tampak lebih asri, bersih, dan hijau dengan penanaman pohon, hingga terhapus dari kesan angker. Rencananya, setra akan dijadikan seperti hutan kota, mengingat lokasi setra tepat berada di pusat Kota Singaraja.
Kegiatan penataan Setra Desa Adat Buleleng didukung oleh Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra. Menurut Sutjidra penataan sudah dilakukan sedemikian rupa oleh desa adat. Setra ini sudah terlihat asri, meskipun masih ada beberapa bagian yang masih perlu ditata.
Masih menurut Sutjidra, penataan setra untuk menghilangkan kesan angker. Penataan tersebut juga diperlukan untuk menjadikan Setra Desa Adat Buleleng menjadi ikonik. Menurutnya, keadaan Setra Desa Adat Buleleng saat ini tidak seperti pemakaman pada umumnya. Karena suasananya terlihat asri seperti di taman.
Kata Sutjidra, penataan harus terus dilakukan seperti balai pasandekan (tempat beristirahat), angkringan yang akan disiapkan, dan jalan akses menuju ke setra. Semua itu akan dilakukan oleh Desa Adat Buleleng. "Kami dari Pemkab Buleleng mendukung penataan ini sebagai pelestarian aset dari Desa Adat Buleleng," ujar Sutjidra, Jumat (11/2) siang.
Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna menyebutkan, dalam program kerjanya mencoba mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana (hubungan harmonis antar manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang pencipta). Setra Desa Adat Buleleng akan didesain memiliki seluruh unsur konsep Tri Hita Karana. "Maka dari itu, setra ini ditata untuk memberikan rasa nyaman dan kebersihan," sebutnya.
Setra ini juga didesain untuk beberapa kegunaan. Pertama, sebagai tempat Pitra Yadnya (upacara kematian). Kedua, untuk penghijauan atau hutan kota, dan ketiga pemanfataan setra ini bisa digunakan untuk jalan-jalan santai atau joging oleh masyarakat. Bahkan, ke depan Desa Adat Buleleng akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Buleleng untuk menjadikan setra sebagai objek kunjungan di tengah kota melalui program city tour.
"Semoga bisa dipertimbangkan. Penataan akan terus dilakukan. Didahului dengan penataan jalan. Kemudian, penataan peninggalan sejarah dalam setra berupa tempat pemantauan kapal-kapal perang penjajah dulu yang lebih dikenal dengan rumah pohon," jelas Sutrisna. *mz
1
Komentar