Minyak Goreng Langka di Badung
Masih Ada Pedagang Jual di Atas HET
Dalam upaya menstabilkan harga, Pemkab Badung akan melakukan operasi pasar, melibatkan pihak terkait.
MANGUPURA, NusaBali
Ketersediaan minyak goreng di tingkat pengecer yang ada di pasar tradisional di Kabupaten Badung cenderung langka. Hal ini diketahui setelah tim dari pemerintah Kabupaten Badung melakukan monitoring ke sejumlah pasar tradisional.
Kadis Koperasi, UKM dan Perdagangan Badung, I Made Widiana, mengakui seretnya pasokan minyak goreng tersebut. “Iya, untuk minyak goreng saat ini agak seret. Pada pedagang mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena mereka juga dapat dari distributor,” kata Widiana saat dikonfirmasi, Kamis (17/2) petang.
Meski demikian, untuk harga rata-rata sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 14.000 per liter untuk semua kemasan dan semua merk terhitung mulai 19 Januari 2022. Kalaupun ada harga di atas Rp 14.000 per liter, pedagang beralasan karena minyak goreng yang dijual merupakan stok yang belum habis.
Disinggung apa penyebab kelangkaan minyak goreng tersebut, mantan Camat Kuta Selatan itu mengaku juga berupaya mencari tahu dengan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak. “Namun dalam upaya menstabilkan harga yang bisa kami lakukan dengan cara melakukan operasi pasar. Kami sudah merancang itu dengan stakeholder terkait,” kata Widiana.
“Kami juga akan melibatkan Bulog dalam melakukan operasi pasar, karena bukan saja minyak goreng yang kami siapkan, tapi juga beras, gula pasir, hingga tepung,” imbuh Widiana.
Dia berharap melalui operasi pasar ini dapat membantu masyarakat mendapatkan minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya dengan harga terjangkau. “Kami sudah jadwalkan, pelaksanaan operasi pasar akan dilakukan di sejumlah pasar tradisional di Badung,” tandasnya.
Sementara, Kabag Perekonomian Kabupaten Badung, AA Sagung Rosyawati, saat dikonfirmasi juga tak menyangkal kelangkaan minyak goreng. Dia mengaku telah berkoordinasi terus dengan pihak terkait guna menyikapi kondisi tersebut. “Betul berdasarkan hasil pemantauan yang kami terima memang kecenderungan terjadi kelangkaan minyak goreng. Disamping itu, distributor dan pedagang juga belum sepenuhnya menerapkan HET (harga eceran tertinggi) sesuai ketentuan,” katanya.
Rosyawati mengatakan, hasil pemantauan di sejumlah pasar tradisional terdapat kenaikan harga hingga Rp 1.000 per liter dari HET yang telah ditentukan, sehingga minyak goreng ada dijual seharga Rp 15.000 per liter.
Ironisnya, hasil pemantauan ke beberapa toko modern, harga minyak goreng memang menggunakan harga baru. Namun stoknya kosong. “Bahkan ada yang menyatakan bahwa sudah lama stok minyak goreng kosong,” kata Rosyawati. *asa, ind
Kadis Koperasi, UKM dan Perdagangan Badung, I Made Widiana, mengakui seretnya pasokan minyak goreng tersebut. “Iya, untuk minyak goreng saat ini agak seret. Pada pedagang mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena mereka juga dapat dari distributor,” kata Widiana saat dikonfirmasi, Kamis (17/2) petang.
Meski demikian, untuk harga rata-rata sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 14.000 per liter untuk semua kemasan dan semua merk terhitung mulai 19 Januari 2022. Kalaupun ada harga di atas Rp 14.000 per liter, pedagang beralasan karena minyak goreng yang dijual merupakan stok yang belum habis.
Disinggung apa penyebab kelangkaan minyak goreng tersebut, mantan Camat Kuta Selatan itu mengaku juga berupaya mencari tahu dengan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak. “Namun dalam upaya menstabilkan harga yang bisa kami lakukan dengan cara melakukan operasi pasar. Kami sudah merancang itu dengan stakeholder terkait,” kata Widiana.
“Kami juga akan melibatkan Bulog dalam melakukan operasi pasar, karena bukan saja minyak goreng yang kami siapkan, tapi juga beras, gula pasir, hingga tepung,” imbuh Widiana.
Dia berharap melalui operasi pasar ini dapat membantu masyarakat mendapatkan minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya dengan harga terjangkau. “Kami sudah jadwalkan, pelaksanaan operasi pasar akan dilakukan di sejumlah pasar tradisional di Badung,” tandasnya.
Sementara, Kabag Perekonomian Kabupaten Badung, AA Sagung Rosyawati, saat dikonfirmasi juga tak menyangkal kelangkaan minyak goreng. Dia mengaku telah berkoordinasi terus dengan pihak terkait guna menyikapi kondisi tersebut. “Betul berdasarkan hasil pemantauan yang kami terima memang kecenderungan terjadi kelangkaan minyak goreng. Disamping itu, distributor dan pedagang juga belum sepenuhnya menerapkan HET (harga eceran tertinggi) sesuai ketentuan,” katanya.
Rosyawati mengatakan, hasil pemantauan di sejumlah pasar tradisional terdapat kenaikan harga hingga Rp 1.000 per liter dari HET yang telah ditentukan, sehingga minyak goreng ada dijual seharga Rp 15.000 per liter.
Ironisnya, hasil pemantauan ke beberapa toko modern, harga minyak goreng memang menggunakan harga baru. Namun stoknya kosong. “Bahkan ada yang menyatakan bahwa sudah lama stok minyak goreng kosong,” kata Rosyawati. *asa, ind
Komentar