Tekuni Hobi Baru, Ukir Bungkil Jati Jadi Patung
I Wayan Adi Astika, Kepala Gudang Bulog di Buleleng
TABANAN, NusaBali
Kepala Gudang Bulog Tangguwisia, Kabupaten Buleleng, I Wayan Adi Astika,50, kini terbius dengan hobi barunya.
Sejak pandemi Covid-19, Maret 2020, dia mengisi waktu luangnya dengan kegiatan mematung. Bahannya, limbah bungkil (bongkol) kayu jati dikreasikan jadi patung menarik dan estetik.
‘’Ya, untuk menghilangkan kejenuhan di tengah rutinitas,’’ jelasnya, saat ditemui di rumahnya, Banjar Senapahan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan, belum lama ini.
Dia mengaku patungnya dibuat tanpa fanatis aliran tertentu. Namun hasilnya tetap mengagumkan. Adi Astika mengaku membuat patung berdasarkan inspirasi. Apa pun yang terlintas di pikiran atau yang ada di sekitar tempat tinggalnya, hal tersebut jadi ide untuk menuangkan inspirasi. Bahan patung diambil dari limbah kayu jati yang sudah terbuang. "Saya belajar mematung sejak tahun 2020. Saya tugas di Buleleng tahun 2018," ujar Adi Astika, warga dari Banjar Senapahan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan ini.
Menurutnya, patung yang dibuat awalnya hanya iseng atau bisa dibilang hanya mengisi kejenuhan di tengah beraktivitas. Apalagi sejak tugas di Buleleng, dia hanya tinggal seorang diri dan keluarganya tinggal di Tabanan. Untuk itu sepulang dari kerja, agar tidak bengong saja tinggal di rumah dinas, dia sendiri pilih untuk belajar mematung. "Saya pulang kerja pukul 17.00 Wita, selepas itu sudah tidak ada kegiatan, dari pada bengong makanya saya belajar mematung," tuturnya.
Patung yang dibuat Adi Astika, tidak monoton. Artinya, tidak ada aliran khusus, apapun yang menjadi inspirasi dan yang dilihat di sekitar tempat tinggalnya. Saat ini patung yang sudah dibuat bermacam-macam mulai dari patung Dewa Siwa, Krisna, hingga patung berbentuk hewan. "Tidak ada nama aliran patung yang saya buat, macam-macam bentuknya tergantung apa yang dilihat dan apa yang ada dalam pikiran," kata ayah tiga anak ini.
Dalam belajar mematung, Adi Astika mengaku hanya secara otodidak. Di keluarganya tidak ada yang memiliki darah seniman, sehingga belajar mematung dilakukan otodidak. Dia juga mengaku tidak ada belajar di mana-mana.
Mengenai dengan bahan baku yang dia buat bisa dibilang menarik. Dia sendiri memanfaatkan limbah bongkol (batang) kayu jati yang sudah terbuang untuk dijadikan patung. Bongkol kayu jati ini dia dapatkan dari lokasinya bekerja, kemudian dia beli dari warga. Harga yang dibeli pun bervariasi mulai dari Rp 1 juta - Rp 1,5 juta. "Bongkol kayu jati ini sudah berada di pinggir jalan, kayu ini terbawa arus aliran sungai di Bendungan Titab. Orang di Buleleng biasanya menggunakan kayu ini untuk kayu bakar, nguling. Saya beli untuk dijadikan patung," paparnya.
Dengan memanfaatkan kayu tersebut kini Adi Astika telah memiliki 9 jenis patung yang siap jual. Tinggi patung bervariasi mulai dari 1 meter - 1,5 meter. Namun dia sendiri bingung dalam menjual karena jujur belum mengerti seni meskipun sudah ada yang menanyakan terkait dengan patung yang dibuat. "Jujur kalau masalah berapa harga patung ini saya tidak bisa jawab, belum paham. Aji kude kaden adep (dengan harga berapakah saya jual)," ujar bingung.
Kendatipun belum bisa mematok harga, namun aktivitas barunya akan terus dilakukan. Kini untuk finishing patung, dia dibantu anak dan istri. Adi Astika yang bertugas untuk memahat, sedangkan anak dan istrinya ngamplas. "Saya buat patung ini hanya menggunakan alat manual, sehingga pengerjaan sedikit lambat. Rencananya saya akan beli alat-alat agar lebih modern dan bisa menghasilkan karya dalam waktu yang lebih cepat," kata mantan Kepala Gudang Bulog di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini*des
Komentar