Ida Pedanda Sebali Tianyar Lebar
Bali kehilangan salah satu tokoh spiritual dan umat menyusul lebar (meninggal)-nya Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa, 74, Senin (27/2) pagi.
DENPASAR, NusaBali
Mantan Ketua Sabha Pandita (Dharma Adhyaksa) PHDI Pusat tiga periode (2001-2006, 2006-2011, 2011-2016) yang juga President World Hindu Summit ini menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di ICU Burn Unit RSUP Sanglah, Denpasar, akibat penyakit komplikasi.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Senin pagi pukul 06.00 Wita, Ida Pedanda Sebali Tianyar sempat selama dua hari dirawat di Ruang ICU RS Sanglah, sejak Minggu (26/2), karena kondisinya melemah. Sebelum dipindahkan ke Ruang ICU, Ida Pedanda Sebali Tianyar selama 4 hari dirawat di Ruang Mahottama RS Sanglah, sejak masuk 22 Februari 2017 lalu. Jauh sebelumnya, almarhum sempat keluar masuk rumah sakit, termasuk dirawat di RS BaliMed Amlapura (Karangasem).
Kepada awak media, keponakan Ida Pedanda Sebali Tianyar yang ditunjuk sebagai perwakilan keluarga, Ida Bagus Jendra, mengatakan almarhum sudah bolak-balik masuk RS. “Sebetulnya, Minggu siang kondisi beliau dinyatakan stabil. Namun malam harinya, kondisi beliau menurun, hingga tadi pagi (Senin) dinyatakan lebar oleh tim medis," ungap Ida Bagus Jendra, Senin kemarin.
Berdasarkan keterangan Direktur Medik dan Keperawatan RS Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD, Ida Pedanda Sebali Tianyar dirawat di Ruang Mahottama Lantai III RS Sanglah, sejak 22 Februari 2017. Ruangan ini memang khusus diprogramkan RS Sanglah untuk sulinggih. "Beliau saat itu datang ke RS dengan kondisi gagal ginjal kronis stadium lima. Selain itu, juga mengalami kelainan jantung dan diabetes melitus (DM)," terang dr Sudartana.
Menurut dr Sudartana, gagal ginjal biasanya terjadi karena ada sumbatan pada saluran kencing atau karena konsumsi obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter. Tapi, bisa juga karena diawali diabetes melitus. "Biasanya kencing manis dulu, sehingga bisa komplikasi ke mana-mana, bisa ke jantung, ke ginjal. Ini karena proses penuaan," imbuhnya.
Komplikasi yang cukup berat tersebut, kata dr Sudartana, mengakibatkan kondisi Ida Pedanda Sebali Tianyar melemah, sehingga dipindah ke ICU untuk mendapatkan perawatan lebih intensif. "Tanggal 26 Februari dipindah sekitar pukul 23.00 Wita. Tadi pagi (kemarin) beliau lebar pukul 06.00 Wita," katanya.
Setelah lebar kemarin pagi, layon (jenazah) Ida Pedanda Sebali Tianyar langsung disemayamkan di Rumah Duka Kerta Semadi, Jalan Cargo Denpasar. Selanjutnya, layon almarhum akan dikremasi di Krematorium Kerta Semadi Mumbul, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Selasa (28/2) ini.
Dipilihnya prosesi pelebon melalui tahapan kremasi, karena merupakan permintaan almarhum. "Kondisi kesehatan beliau terus menurun, hingga pada suatu ketika berpesan supaya nanti kepergian beliau dikremasi saja. Beliau ingin dikremasi layaknya sang Nabe," jelas keponakan almarhum, IB Jendra.
Jendra menyebutkan, sang Nabe (guru), Ida Pedanda Gede Pidada dan istrinya saat lebar beberapa tahun silam, juga jenazahnya di kremasi di Jakarta. Kemudian, galih (tulang) setelah kremasi diupacarai. "Sang Nabe niki sekaligus mertua beliau (da Pedanda Sebali Tianyar). Jadi, beliau tidak ingin melebihi maupun mengurangi pamargin sang Nabe," jelas Jendra.
Lewat kremasi ini, almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar berpesan supaya menerapkan kesederhanaan. Meski dikremasi, secara tattwa pelaksanaan pelebon sesuai dengan ajaran agama Hindu di Bali. "Sederhana dalam prosesi, tattwa tetap mamargi. Istilahnya, beliau Makingsan ring Gni,” katanya.
jauh sebelum lebar, Ida Pedanda Sebali Tianyar sempat menyampaikan pesan khusus kepada keluarganya. Sulinggih yang semasa walaka bernama Ida Bagus Ratu Suparta ini berpesan agar diupacarai secara sederhana, mengingat sulinggih asal Karangasem adalah tokoh agama. "Beliau memang diminta diupacarai secara sederhana," papar Jendra.
Nah, seusai kremasi di Krematorium Kerta Semadi Mumbul hari ini, barulah galih (tulang) Ida Pedanda Sebali Tianyar akan dibawa ke kediaman almarhum di Griya Tegeh, Banjar Gede, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. "Setelah dikremasi, mulai besok (hari ini) akan dilaksanakan upacara selama 12 hari di Griya Tegeh," jelas keponakan almarhum, IB Jendra.
Menurut Jendra, upacara yang bakal digelar selama hampir dua minggu itu dilakukan karena mengikuti tradisi sang Nabe sebelumnya, baik lanang (laki-laki) maupun istri (perempuan). "Di samping itu, upacara 12 hari ini juga agar semua pihak dapat ngaturang ayah," tandas Jendra.
Mulai Rabu (1/3) hingga Jumat (10/3) nanti, setiap sore diberikan kesempatan kepada kerabat maupun umat yang berkeinginan menyampaikan bela sungkawa. "Upacara palebon Ida Pedanda akan dilangsungkan pada Sukra Wage Wariga, Jumat, 10 Maret 2017 mendatang, tengah malam tepat pukul 24.00 Wita di Pantai Jasri lewat prosesi Mebasmi, yaitu upacara terhadap galih beliau. Setelah itu, abunya dihanyutkan ke segara. Keesokan harinya, pada malam hari, digelar prosesi Maligia Punggel," ungkap Jendra.
Ida Pedanda Sebali Tianyar sendiri merupakan salah satu sulinggih yang paling aktif di berbagai organisasi. Hingga ajal menjemputnya, almarhum masih menjabat sebagai President Wolrd Summit. Dia juga yang mendirikan Yayasan Weda Posana Yadnya. Sulinggih yang dikaruniai 4 anak, 10 cucu, dan 1 cicit ini sempat tiga kali periode menjadi Dharma Adhyaksa PHDI Pusat.
Dia baru digantikan oleh Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (sulinggih dari Griya Gede Punggul Manuaba, Banjar Kelodan, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung) sebagai Ketua Sabha Pandhita PHDI Pusat melalui Mahasabha XI PHDI di Graha Samudera Bumimoro, Morokrembangan Kodiklatal Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2016 lalu.
Sementara itu, pantauan NusaBali di Rumah Duka Kertha Semadi, Jalan Kargo Denpasar, Senin sore pukul 16.00 Wita, dilangsungkan prosesi Nyiramang Layon (memandikan jenazah) almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar. Prosesi ini dihandle oleh Veda Poshana Ashram Bali, Bali Homa Yadnya, dibantu Suka Duka Swarga Shanti.
Seluruh keluarga besar almahrum, kerabat, tokoh agama maupun organisasi tampak hadir silih berganti mengucapkan bela sungkawa. Mantan Rektor Unud, Prof Dr dr Made Bhakta, yang kini menjabat Ketua World Hindu Pharisad, mengaku sangat kehilangan sosok Ida Pedanda Sebali Tianyar.
"Hampir beberapa tahun saya ngiring beliau. Bagi kami, beliau adalah seorang pelindung yang selalu menginspirasi. Pikiran beliau sangat terbuka di tingkat dunia. Kami sangat kehilangan," tandas Prof Bhakta. Akademisi dari Fakultas Kedoktern Unud ini menegaskan, melalui prosesi kremasi, Ida Pedanda Sebali Tianyar menyampaikan sebuah pesan bahwa meskipun almarthum seorang sulinggih, namun tetap ingin sama dengan umat. * in,nvi
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Senin pagi pukul 06.00 Wita, Ida Pedanda Sebali Tianyar sempat selama dua hari dirawat di Ruang ICU RS Sanglah, sejak Minggu (26/2), karena kondisinya melemah. Sebelum dipindahkan ke Ruang ICU, Ida Pedanda Sebali Tianyar selama 4 hari dirawat di Ruang Mahottama RS Sanglah, sejak masuk 22 Februari 2017 lalu. Jauh sebelumnya, almarhum sempat keluar masuk rumah sakit, termasuk dirawat di RS BaliMed Amlapura (Karangasem).
Kepada awak media, keponakan Ida Pedanda Sebali Tianyar yang ditunjuk sebagai perwakilan keluarga, Ida Bagus Jendra, mengatakan almarhum sudah bolak-balik masuk RS. “Sebetulnya, Minggu siang kondisi beliau dinyatakan stabil. Namun malam harinya, kondisi beliau menurun, hingga tadi pagi (Senin) dinyatakan lebar oleh tim medis," ungap Ida Bagus Jendra, Senin kemarin.
Berdasarkan keterangan Direktur Medik dan Keperawatan RS Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD, Ida Pedanda Sebali Tianyar dirawat di Ruang Mahottama Lantai III RS Sanglah, sejak 22 Februari 2017. Ruangan ini memang khusus diprogramkan RS Sanglah untuk sulinggih. "Beliau saat itu datang ke RS dengan kondisi gagal ginjal kronis stadium lima. Selain itu, juga mengalami kelainan jantung dan diabetes melitus (DM)," terang dr Sudartana.
Menurut dr Sudartana, gagal ginjal biasanya terjadi karena ada sumbatan pada saluran kencing atau karena konsumsi obat-obatan tanpa sepengetahuan dokter. Tapi, bisa juga karena diawali diabetes melitus. "Biasanya kencing manis dulu, sehingga bisa komplikasi ke mana-mana, bisa ke jantung, ke ginjal. Ini karena proses penuaan," imbuhnya.
Komplikasi yang cukup berat tersebut, kata dr Sudartana, mengakibatkan kondisi Ida Pedanda Sebali Tianyar melemah, sehingga dipindah ke ICU untuk mendapatkan perawatan lebih intensif. "Tanggal 26 Februari dipindah sekitar pukul 23.00 Wita. Tadi pagi (kemarin) beliau lebar pukul 06.00 Wita," katanya.
Setelah lebar kemarin pagi, layon (jenazah) Ida Pedanda Sebali Tianyar langsung disemayamkan di Rumah Duka Kerta Semadi, Jalan Cargo Denpasar. Selanjutnya, layon almarhum akan dikremasi di Krematorium Kerta Semadi Mumbul, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Selasa (28/2) ini.
Dipilihnya prosesi pelebon melalui tahapan kremasi, karena merupakan permintaan almarhum. "Kondisi kesehatan beliau terus menurun, hingga pada suatu ketika berpesan supaya nanti kepergian beliau dikremasi saja. Beliau ingin dikremasi layaknya sang Nabe," jelas keponakan almarhum, IB Jendra.
Jendra menyebutkan, sang Nabe (guru), Ida Pedanda Gede Pidada dan istrinya saat lebar beberapa tahun silam, juga jenazahnya di kremasi di Jakarta. Kemudian, galih (tulang) setelah kremasi diupacarai. "Sang Nabe niki sekaligus mertua beliau (da Pedanda Sebali Tianyar). Jadi, beliau tidak ingin melebihi maupun mengurangi pamargin sang Nabe," jelas Jendra.
Lewat kremasi ini, almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar berpesan supaya menerapkan kesederhanaan. Meski dikremasi, secara tattwa pelaksanaan pelebon sesuai dengan ajaran agama Hindu di Bali. "Sederhana dalam prosesi, tattwa tetap mamargi. Istilahnya, beliau Makingsan ring Gni,” katanya.
jauh sebelum lebar, Ida Pedanda Sebali Tianyar sempat menyampaikan pesan khusus kepada keluarganya. Sulinggih yang semasa walaka bernama Ida Bagus Ratu Suparta ini berpesan agar diupacarai secara sederhana, mengingat sulinggih asal Karangasem adalah tokoh agama. "Beliau memang diminta diupacarai secara sederhana," papar Jendra.
Nah, seusai kremasi di Krematorium Kerta Semadi Mumbul hari ini, barulah galih (tulang) Ida Pedanda Sebali Tianyar akan dibawa ke kediaman almarhum di Griya Tegeh, Banjar Gede, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. "Setelah dikremasi, mulai besok (hari ini) akan dilaksanakan upacara selama 12 hari di Griya Tegeh," jelas keponakan almarhum, IB Jendra.
Menurut Jendra, upacara yang bakal digelar selama hampir dua minggu itu dilakukan karena mengikuti tradisi sang Nabe sebelumnya, baik lanang (laki-laki) maupun istri (perempuan). "Di samping itu, upacara 12 hari ini juga agar semua pihak dapat ngaturang ayah," tandas Jendra.
Mulai Rabu (1/3) hingga Jumat (10/3) nanti, setiap sore diberikan kesempatan kepada kerabat maupun umat yang berkeinginan menyampaikan bela sungkawa. "Upacara palebon Ida Pedanda akan dilangsungkan pada Sukra Wage Wariga, Jumat, 10 Maret 2017 mendatang, tengah malam tepat pukul 24.00 Wita di Pantai Jasri lewat prosesi Mebasmi, yaitu upacara terhadap galih beliau. Setelah itu, abunya dihanyutkan ke segara. Keesokan harinya, pada malam hari, digelar prosesi Maligia Punggel," ungkap Jendra.
Ida Pedanda Sebali Tianyar sendiri merupakan salah satu sulinggih yang paling aktif di berbagai organisasi. Hingga ajal menjemputnya, almarhum masih menjabat sebagai President Wolrd Summit. Dia juga yang mendirikan Yayasan Weda Posana Yadnya. Sulinggih yang dikaruniai 4 anak, 10 cucu, dan 1 cicit ini sempat tiga kali periode menjadi Dharma Adhyaksa PHDI Pusat.
Dia baru digantikan oleh Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba (sulinggih dari Griya Gede Punggul Manuaba, Banjar Kelodan, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, Badung) sebagai Ketua Sabha Pandhita PHDI Pusat melalui Mahasabha XI PHDI di Graha Samudera Bumimoro, Morokrembangan Kodiklatal Surabaya, Jawa Timur, 24 Oktober 2016 lalu.
Sementara itu, pantauan NusaBali di Rumah Duka Kertha Semadi, Jalan Kargo Denpasar, Senin sore pukul 16.00 Wita, dilangsungkan prosesi Nyiramang Layon (memandikan jenazah) almarhum Ida Pedanda Sebali Tianyar. Prosesi ini dihandle oleh Veda Poshana Ashram Bali, Bali Homa Yadnya, dibantu Suka Duka Swarga Shanti.
Seluruh keluarga besar almahrum, kerabat, tokoh agama maupun organisasi tampak hadir silih berganti mengucapkan bela sungkawa. Mantan Rektor Unud, Prof Dr dr Made Bhakta, yang kini menjabat Ketua World Hindu Pharisad, mengaku sangat kehilangan sosok Ida Pedanda Sebali Tianyar.
"Hampir beberapa tahun saya ngiring beliau. Bagi kami, beliau adalah seorang pelindung yang selalu menginspirasi. Pikiran beliau sangat terbuka di tingkat dunia. Kami sangat kehilangan," tandas Prof Bhakta. Akademisi dari Fakultas Kedoktern Unud ini menegaskan, melalui prosesi kremasi, Ida Pedanda Sebali Tianyar menyampaikan sebuah pesan bahwa meskipun almarthum seorang sulinggih, namun tetap ingin sama dengan umat. * in,nvi
1
Komentar