Guru Besar Unud Tewas Gantung Diri
Sebelum Ditemukan Ulahpati, Prof Buda Arsa Masih Sempat Ikut Apel Pagi
Rektor Unud akui Prof Dr Ir Komang Buda Arsa MS sebagai salah satu akademisi terbaik yang concern di bidang pengabdian masyarakat.
DENPASAR, NusaBali
Guru besar Fakultas Peternakan Unud, Prof Dr Ir Komang Buda Arsa MS, 63, ditemukan tewas gantung diri, Senin (21/2) siang pukul 13.30 Wita. Akademisi kelahiran Jembrana, 4 Desember 1958, ini ditemukan ulahpati (meninggal tak wajar) di rumahnya di Jalan Kerta Winangun II Gang Tratai Nomor 3B kawasan Banjar Kertha Dalem, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan.
Kematian tragis Prof Komang Buda Arsa pertama kali diketahui oleh anaknya, Kadek Dwi Yogiantara. Profesor berusia 63 tahun ini ditemukan tewas menggantung di ruang keluarga dengan menjerat leher menggunakan tali tambang warna biru, yang dikaitkan pada kayu tangga menuju ke Lantai II rumahnya.
Begitu melihat ayahnya gantung diri, Kadek Dwi Yogiantara langsung berteriak minta tolong. Para tetangga pun berdatangan ke lokasi TKP. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke polisi. Selanjutnya, Unit Identifikasi Sat Reskrim Polresta Denpasar terjun ke lokasi kejadian untuk melakukan langkah-langkah kepolisian, Senin sore sekitar pukul 16.05 Wita.
Polisi juga melakukan olah TKP dan melakukan pemeriksaan luar dengan membonceng petugas kesehatan. "Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban,” ungkap Kasi Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi.
Menurut Iptu Sukadi, Prof Buda Arsa disimpulkan tewas murni bunuh diri dengan cara gantung diri. Hal itu diperkuat dengan keluarnya air mani di kemaluan korban, lidah dalam kondisi menjulur terjepit oleh gigi, dan pada leher korban ditemukan bekas jerat tali hingga dibawah daun telinga, sebagaimana layaknya tanda-tanda korban gantung diri.
Setelah dilakukan pemeriksaan luar di lokasi TKP dan dipastikan sudah meninggal dunia, jenazah korban kemarin dievakmuasi ke Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah menggunakan ambulans BPBD Kota Denpasar. "Anak korban belum berhasil dimintai keterangan, karena masih shock dengan peristiwa tersebut. Kami masih menunggu waktu untuk menggali keterangannya," tandas Iptu Sukadi.
Hingga kemarin sore, belum diketahui apa motif di balik aksi ulahpati guru besar Unud ini. Salah seorang tetangga, Nyoman Suardana, mengaku mengenal korban sebagai pribadi yang baik. Oleh warga di lingkungan tempat tinggalnya, Prof Buda Arsa dianggap sebagai orang penting hingga sering dilibatkan dalam setiap kegiatan.
Selama berbaur dengan warga di lingkungannya, korban tidak pernah menceritakan masalah atau keluhan apa pun. Menurut Suardana, kondisi fisik korban juga tampak baik-baik saja, tidak terlihat sedang sakit. "Beliau (korban) kami anggap sepuh di lingkungan kami. Orangnya sangat baik dan selalu gabung setiap ada kegiatan," kenang Suardana.
Suardana membeberkan, selama ini Prof Buda Arsa hanya tinggal berdua dengan anaknya, Kadek Dwi Yogiantara, di rumah tersebut. Sedangkan istri-nya sudah lama meninggal dunia.
Versi Suardana, sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban masih terlihat segar dan sehat. Bahkan, kemarin siang pukul 12.00 Wita, Prof Buda Arsa sempat terlihat ngobrol dengan anaknya, Kadek Dwi Yogiantara. "Anaknya itu (Kadek Dwi Yogiantara, Red) baru tadi subuh pukul 05.00 Wita pulang dari Jawa urusan pekerjaan. Anaknya kaget pukul 13.30 Wita menemukan sang ayah gantung diri,” papar Suardana.
Sementara itu, Rektor Unud Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng menyatakan keluarga besar Kampus Palma berduka sangat mendalam, karena kehilangan salah satu akademisi terbaik dari Fakultas Peternakan. “Kami terkejut dengan berita duka ini. Saya selaku Rektor Unud sekaligus junior beliau, merasa sangat kehilangan. Kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya,” ujar Prof Antara saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, tadi malam.
Menurut Prof Antara, almarhum Prof Buda Arsa merupakan salah satu tokoh yang sangat concern di bidang pengabdian masyarakat. Almarhum selalu memperjuangkan agar pengabdian di masyarakat itu bisa dilakukan secara baik dan bermanfaat untuk masyarakat.
“Setahu saya, sejak bergabung di Unud, beliau sangat concern di bidang pengabdian masyarakat. Beliau ingin agar program pengabdian masyarakat yang dilakukan Unud bisa bermanfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat,” jelas akademisi Fakultas Teknik Unud ini.
Prof Antara mengungkapkan, almarhum Prof Buda Arsa merupakan dosen senior dan dosen peneliti pengabdi di Fakultas Peternakan. Namun, karena keilmuannya sangat dibutuhkan, almarhum sempat mengajar di fakultas lain, seperti Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan. “Keilmuan beliau sangat dibutuhkan oleh fakultas-fakultas lain,” papar Prof Antara.
Versi Prof Antara, sebelum ditemukan tewas gantung diri, Prof Buda Arsa masih sempat mengikuti apel yang biasa dilakukan setiap fakultas termasuk Rektorat Unud, Senin pagi. “Selama apel, tidak ada masalah apa-apa. Bahkan, selama ini kepada teman-teman yang dekat dengan beliau, pimpinan, dan saya sebagai rektor, beliau sama sekali tidak pernah ada keluhan apa-apa,” tandas akademisi asal Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung lulusan Nagaoka University of Technology Jepang ini. *pol,ind
Kematian tragis Prof Komang Buda Arsa pertama kali diketahui oleh anaknya, Kadek Dwi Yogiantara. Profesor berusia 63 tahun ini ditemukan tewas menggantung di ruang keluarga dengan menjerat leher menggunakan tali tambang warna biru, yang dikaitkan pada kayu tangga menuju ke Lantai II rumahnya.
Begitu melihat ayahnya gantung diri, Kadek Dwi Yogiantara langsung berteriak minta tolong. Para tetangga pun berdatangan ke lokasi TKP. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke polisi. Selanjutnya, Unit Identifikasi Sat Reskrim Polresta Denpasar terjun ke lokasi kejadian untuk melakukan langkah-langkah kepolisian, Senin sore sekitar pukul 16.05 Wita.
Polisi juga melakukan olah TKP dan melakukan pemeriksaan luar dengan membonceng petugas kesehatan. "Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban,” ungkap Kasi Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi.
Menurut Iptu Sukadi, Prof Buda Arsa disimpulkan tewas murni bunuh diri dengan cara gantung diri. Hal itu diperkuat dengan keluarnya air mani di kemaluan korban, lidah dalam kondisi menjulur terjepit oleh gigi, dan pada leher korban ditemukan bekas jerat tali hingga dibawah daun telinga, sebagaimana layaknya tanda-tanda korban gantung diri.
Setelah dilakukan pemeriksaan luar di lokasi TKP dan dipastikan sudah meninggal dunia, jenazah korban kemarin dievakmuasi ke Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah menggunakan ambulans BPBD Kota Denpasar. "Anak korban belum berhasil dimintai keterangan, karena masih shock dengan peristiwa tersebut. Kami masih menunggu waktu untuk menggali keterangannya," tandas Iptu Sukadi.
Hingga kemarin sore, belum diketahui apa motif di balik aksi ulahpati guru besar Unud ini. Salah seorang tetangga, Nyoman Suardana, mengaku mengenal korban sebagai pribadi yang baik. Oleh warga di lingkungan tempat tinggalnya, Prof Buda Arsa dianggap sebagai orang penting hingga sering dilibatkan dalam setiap kegiatan.
Selama berbaur dengan warga di lingkungannya, korban tidak pernah menceritakan masalah atau keluhan apa pun. Menurut Suardana, kondisi fisik korban juga tampak baik-baik saja, tidak terlihat sedang sakit. "Beliau (korban) kami anggap sepuh di lingkungan kami. Orangnya sangat baik dan selalu gabung setiap ada kegiatan," kenang Suardana.
Suardana membeberkan, selama ini Prof Buda Arsa hanya tinggal berdua dengan anaknya, Kadek Dwi Yogiantara, di rumah tersebut. Sedangkan istri-nya sudah lama meninggal dunia.
Versi Suardana, sebelum ditemukan tewas gantung diri, korban masih terlihat segar dan sehat. Bahkan, kemarin siang pukul 12.00 Wita, Prof Buda Arsa sempat terlihat ngobrol dengan anaknya, Kadek Dwi Yogiantara. "Anaknya itu (Kadek Dwi Yogiantara, Red) baru tadi subuh pukul 05.00 Wita pulang dari Jawa urusan pekerjaan. Anaknya kaget pukul 13.30 Wita menemukan sang ayah gantung diri,” papar Suardana.
Sementara itu, Rektor Unud Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara MEng menyatakan keluarga besar Kampus Palma berduka sangat mendalam, karena kehilangan salah satu akademisi terbaik dari Fakultas Peternakan. “Kami terkejut dengan berita duka ini. Saya selaku Rektor Unud sekaligus junior beliau, merasa sangat kehilangan. Kami mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya,” ujar Prof Antara saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, tadi malam.
Menurut Prof Antara, almarhum Prof Buda Arsa merupakan salah satu tokoh yang sangat concern di bidang pengabdian masyarakat. Almarhum selalu memperjuangkan agar pengabdian di masyarakat itu bisa dilakukan secara baik dan bermanfaat untuk masyarakat.
“Setahu saya, sejak bergabung di Unud, beliau sangat concern di bidang pengabdian masyarakat. Beliau ingin agar program pengabdian masyarakat yang dilakukan Unud bisa bermanfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat,” jelas akademisi Fakultas Teknik Unud ini.
Prof Antara mengungkapkan, almarhum Prof Buda Arsa merupakan dosen senior dan dosen peneliti pengabdi di Fakultas Peternakan. Namun, karena keilmuannya sangat dibutuhkan, almarhum sempat mengajar di fakultas lain, seperti Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan. “Keilmuan beliau sangat dibutuhkan oleh fakultas-fakultas lain,” papar Prof Antara.
Versi Prof Antara, sebelum ditemukan tewas gantung diri, Prof Buda Arsa masih sempat mengikuti apel yang biasa dilakukan setiap fakultas termasuk Rektorat Unud, Senin pagi. “Selama apel, tidak ada masalah apa-apa. Bahkan, selama ini kepada teman-teman yang dekat dengan beliau, pimpinan, dan saya sebagai rektor, beliau sama sekali tidak pernah ada keluhan apa-apa,” tandas akademisi asal Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung lulusan Nagaoka University of Technology Jepang ini. *pol,ind
1
Komentar